Usai insiden di ruang tengah tadi, aku baru memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Naura sekarang. Hanya dua ketukan, lalu Naura memberikan izin untuk masuk. Aku sedikit kesulitan menenteng kanvas lukisan dan segala perabotannya untuk dibawa masuk. Benda ini aku letakkan bersandar di samping lemari kecil dekat tempat tidur, kemudian menyusul Naura untuk duduk di pinggir ranjang. "Maaf ... masalah tadi. Aku pikir Adit pernah cerita?" Aku membuka percakapan dengan hati-hati. "Aku seriusan nggak tau apa-apa selain ... aku nikah sama Adit atas dasar balas budi dan saling menguntungkan. Adit bayar biaya operasi Ayah ... dan aku menikah sama dia ...." Aku tidak melanjutkan memberitahu alasan pernikahan kami, dan malah menatap perut Naura yang dilapisi kaus abu-abu longgar siang ini. "N