Part 1
Raut wajah kelelahan tampak pada diri Kahfi. Dia harus berusaha untuk mengejar ketertinggalan mata kuliah agar bisa menyelesaikan pendidikan tepat waktu. Sekarang Kahfi sudah memasuki semester 6 sedangkan Fiyah sudah mengajukan cuti kerena kehamilan yang sudah berada pada fase akhir menjelang melahirkan.
"Mandi dulu Bang biar segar," ucap Fiyah ketika melihat sang suami yang mulai mendekat.
"Kangen," lirih Kahfi. Dia langsung memeluk sang istri dengan sangat erat. Memang sejak Fiyah, Kahfi menjadi lebih manja dari pada sebelumnya. Bahkan kelakuannya berubah 180 derajat.
"Bang jangan peluk dulu, badan kamu itu banyak kumannya," tegur sang Mama.
"Iya Mama ku sayang, mau dipeluk juga nggak?" goda Kahfi.
"Enggak usah, mandi sana. "
Kahfi memutuskan untuk segera mandi. Rahmi dan Angga memang tinggal bersama mereka. Mereka sepakat untuk membantu segala apa yang diperlukan Fiyah karena faktor keterbatasan. Semenjak kecelakaan yang pernah terjadi, kaki Fiyah masih belum bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Dia sudah menjalankan trapi tetapi trapi tersebut harus diberhentikan sementara waktu karena kehamilan yang sudah membesar.
Sudah menjadi rutinitas Kahfi menjelang tidur membacakan Al-qur'an kepada anak yang masih berada di dalam perut Fiyah. Hal ini dilakukan agar sang anak terbiasa mendengarkan kalamullah. Tidak hanya itu, setiap hari Murotal Al-qur'an berbunyi dikamar mereka. Kahfi berusaha menjadi sosok ayah dan suami yang baik. Dia mulai menjadwalkan kajian yang harus dihadiri bersama sang istri ataupun sendiri.
"Abang keliatan capek, mau dipijitin" mereka sedang duduk ditempat tidur yang tidak terlalu besar ataupun kecil.
"Enggak usah yang, kaki kamu kok gak hilang-hilang bengkaknya"
"Ya mau gimana bang, kan gak boleh dipijit sembarang. Fiyah boleh nanya gak bang" Raut wajah Fiyah mendadak murung.
"Boleh, nanya apa?"
"Abang gak malu ya punya istri cacat, Fiyah gak bisa ngapa-ngapain. Bahkan untuk buat makanan abang aja gak bisa"
Kahfi tidak suka dengan topik pembicaraan saat ini, bukan hanya kali ini Fiyah menanyakan soal keadaannya. Jika Kahfi boleh menghitung mungkin sudah sampai 20 kali sang istri bertanya.
"Kamu sendiri lo yang bilang apapum yang telah Allah berikan sama kita, kita harus ridho ikhlas dan sabar. Karena keadaan itu pasti terbaik untuk hambanya. Mungkin Allah pengen abang berusaha jadi suami yang baik. Abang mohon sama Fiyah jangan bahas ini. Setiap kita bahas ini ujung-ujungnya pasti nangis. Kan kan baru dibilang udah nangis aja" Kahfi membawa Fiyah kedalam dekapannya.
"Semua butuh waktu Fi, dokter perkirakan 6 bulan terapi udah bisa jalan. Sekarang karena ada anak kita makanya terapinya dihentikan dulu. Sabar ya sayang, jangan khawatirin abang. Abang bisa masak kok, kalau Fiyah khawatir tentang itu. Mama dan Papa juga ada disini buat bantuin kita. Allah ngasih keadaan ini sama Fiyah karena Allah percaya bahwa Fiyah bisa menghadapinya. Bukan dikasih keabang atau ke yang lain karena mungkin yang lain tidak akan setangguh Fiyah" sambung Kahfi.
Tangis Fiyah mulai mereda, dia sangat bersyukur betapa Allah mengabulkan doa-doanya agar sang suami bisa kembali ke jalan yang benar.
"Maafin Fiyah ya, semenjak Hamil suka sensitif. Kata Mama sih biasa bang" ucap Fiyah.
"Abang tau kok, bahkan abang telat pulang aja Fiyah udah nangis haha" Kahfi tertawa mengingat bagaimana istrinya marah, cemberut bahkan menangis karena nya.
"Iya iya, Bang? " panggil Fiyah pelan. Jangan lupakan wajahnya yang sembab masih begitu menggemaskan menurut Kahfi.
"Iya sayangku, kenapa" rona merah mulai bertebaran di pipi tembam Fiyah.
"Kok merah sih yang, hahaha"
Fiyah menyembunyikan wajahnya didada Kahfi. Dia masih merasa malu dengan tingkah manis suaminya itu.
"Auu sakit yang, ketek abang jangan dicabutin bulu nya. Kebiasaan ni"
Fiyah tertawa puas karena bisa membuat sang suami berhenti menggodanya.
"Makanya jangan sering godain istri sendiri"
"Bibirnya jangan di majuin majuin gitu, mau dicium sini" Kahfi menangkap tubuh Fiyah dan mulai mendekatkan wajahnya.
"Mama, Abang nakal ni" Fiyah teriak untuk meminta bantuan kepada nyonya besar dirumah.
"Abang, jangan nakal. Udah malam istirahat" Rahmi membalas teriakan Fiyah. Rahmi dan Angga masih berada diruang Tamu untuk menonton televisi. Acara yang ditonton tidak jauh dari berita ataupun kajian islami.
"Kan Mama marah, Jangan teriak dong Yang. Kebiasaan sikit sikit ngadu huu" Kahfi memperlihatkan wajah cemberutnya. Dia beranjak bangkit menuju kamar mandi.
Hiks hiks hiks
"Ya Allah nak, kenapa nangis? Suami kamu mana" ucap Rahmi buru-buru.
Fiyah masih menangis sambil memeluk guling kesayangannya.
"Bang, ini kamu apain anak Mama sih. Kok bisa nangis gini" teriak Rahmi sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.
"Ada apa Ma, gempa ya"
"Gempa apanya, kamu apain anak Mama sampai nangis gitu"
Kahfi tentu kaget dengan pemandangan didepannya. Dia merasa bahwa sebelum kekamar mandi, istrinya baik-baik saja. Lantas kenapa sekarang menangis penuh drama begitu.
"Ah bakal kena omel Mama ni. Tapi kok Gemes liatnya ya" batin Kahfi.
"Ka-kahfi gak tau Ma, tadi Fiyah baik-baik aja kok" jawab Kahfi panik.
"Yang kamu kenapa? Ada yang sakit ya. Kasih tau abang. Apa kita kerumah sakit aja" kata-kata beruntun keluar dari mulut Kahfi.
"A-abang gak marah sama Fiyah" tanya Fiyah polos.
"Ya Allah, ini istri siapa sih. Istri lo kaf. Sabar sabar" pikiran Kahfi.
"Enggak yang, tadi abang becanda doang lo. Udah jangan nangis lagi. Kan ingusnya udah muncul lagi"
Baru sehari Fiyah sehat dari pileknya sekarang timbul lagi dengan undangan tangisannya. Kahfi buru-buru mengambil tisu kemudian membersihkan hidung sang istri. Dia tidak merasa jijik sedikitpun, begitu pun Fiyah yang tidak merasa jijik dengan bau ketek sang suami. Haha
"Ma kalau dikasih obat pilek bahaya gak" Kahfi meminta pendapat nyonya besar.
"Gak sembarang obat lo bang, Gimana Nak udah enakan" Rahmi melihat bahwa Fiyah susah bernafas karena ada seperti sumbatan dihidungnya.
"Kedokter aja yuk Ma, kemaren malam juga gini. Fiyah susah nafas soalnya kalau udah pilek" usul Kahfi.
"Kenapa, Fiyah pilek lagi" Angga-Papa Kahfi datang menghampiri.
"Iya Pa, liat ni susah nafas takutnya mimisan juga" keluh Kahfi khawatir. Dia masih berusaha membersihkan cairan yang mengalir di hidung sang istri.
"Fiyah gak apa kok bang, Ma, Pa. Dikasih minyak angin juga agak mendingan" lerai Fiyah terhadap obrolan mereka.
"Bener nak" ragu-ragu Fiyah menganggukkan kepalanya.
Setelah dirasa keadaan Fiyah mulai membaik, Angga dan Rahmi beranjak keluar untuk memberikan waktu Fiyah beristirahat.
"Bang" panggil Fiyah pelan. Sudah menjadi kebiasaan ketika ingin tidur. Kahfi menepuk nepuk pelan tubuh Fiyah seperti anak kecil.
"Iya kenapa yang, masih sakit"
"Udah mendingan, Fiyah mau kelapa muda" lirihnya pelan, takut sang suami marah.
"Mau banget ya" Kahfi berpikir dimana orang jual kelapa muda malam-malam begini.
"Iya" Jawab Fiyah polos.
"Bentar ya, abang tanya teman dulu. Barang kali mereka ada yang tau. Sayang nya Daddy sabar ya" Kahfi berucap sembari mengelus perut Fiyah.
Om-Om Jomblo penanti Ponaan
Anda, Andi, Arka, Bima dan Ray
Assalamu'alaikum Om-Om
jomblo ngenes
Info yang tau jual kelapa muda dong
Sekarang!!!
Bantuin gue, anak gue kepengen banget
Arka
Wa'alaikumsalam.
Sorry bro lagi di Bandung haha
Tapi gue coba tanya yang lain ya.
Ray
Wa'alaikumsalam Daddy Muda hahah
Kurang tau gue. Gue diluar ni, gue otw cari dulu ya buat keponaan ntar gue kabari
Anda
@arka Iye iye yang dibandung mha. Makasih bro
@Ray Thank's bro, gue tunggu kabar dari lo
Andi
Wa'alaikumsalam, baru nongol lo. Pasutri gak jelas haha
Pas banget keponakan gue ya, ni gue lagi minum kelapa muda campur telur ayam kampung. Sini hahaha
Sent to picture
Bima
Wa'alaikumsalam. Gue telat nongong ya baru sempat buka hp oii. Laporan gue segubrek #curhat.
Eh ponaan gue mau kepala muda ya? Bentar gue coba cari ya, sekalian Mau beli makan.
Ray
@Andi enak kayaknya. Haha lo ma minum sendiri-sendiri. Ketahuan deh jomblonya.
@bima kasian kamu nak-nak, jam segini baru makan
Arka
Bima mha gitu, mau cepat kelar. Dia ngebet nikah tu sama si doi haha
Andi
Siapa oii? Kalian main rahasian sama gue. Mentang-mentang gue stay di kampung
Bima
Hoaxx, Arka penyebar hoax. Jangan dengarin
Ray
Gue tau kalian iri liat Kahfi tapi please jangan langkahin gue ya
Anda
Nikah itu enak oi, perasaan mu akan terbang terbang keangkasa haha
Bima
Alay lo
Arka
1000
Ray
0.111
Andi
Keluar dari grub
Ray
Ni gue dapat Kaf, gue beliin langsung aja ya. Dibuka atau kepala bulatnya yang istri lo mau?
Anda
Makasih banyak bro
Gak usah, kirim loknya aja.
Fiyah maunya gue yang beli langsung
Bima
Sabar
Ray
Lokasi anda saat ini
Andi
Sabar
Arka
Sabar
Anda
Terima kasih dukungannya sahabat ku tercinta
Otw Ray
Kahfi menutup smartphonenya, dia mengambil jaket dan kunci motor.
"Sabar ya anak daddy, Yang abang keluar dulu ya. Kalau ada apa-apa panggil aja Mama" pamit Kahfi.
"Iya bang, sini dulu bentar"
"Kenapa" tanya Kahfi bingung.
"Itu diatas kepala abang ada apa tu" ucap Fiyah. Kahfi lantas mendekatkan kepalanya kepada Fiyah.
Cup
"Makasih Daddy" ucap Fiyah malu-malu. Kahfi terdiam sesaat, dia tidak tau bahwa akan ada serangan dadakan seperti ini. Jantungnya berpacu sangat cepat.
"Akhh, efeknya besar banget yang. Sini abang balas"
"Stopp. Beliin dulu sana ntar keburu tutup"cegah Fiyah sebelum Kahfi mendekat.
"Yaah, oke nanti aja deh mintanya hehe. Abang pamit ya. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam" balas Fiyah.
Cup
"Abang" teriak Fiyah yang kaget dengan serang balik sang suami.
"Satu sama hahaha"
"Ma abang keluar dulu mau beli kelapa muda, anak Mama ngidam tu. Assalamu'alaikum"
"iya hati-hati dijalan, jangan ngebut. Wa'alaikumsalam"