05-Angel

1531 Kata
Happy reading 2 minggu lagi adalah hari pernikahan Bisma dan Annelise. Hari ini mereka baru menyelesaikan fitting gaun mereka dan sudah menyebarkan undangan untuk teman-teman terdekat juga keluarga. Lalu sisanya akan di sebar minggu depan. "Ingin makan apa?" tanya Bisma sembari menjalankan mobilnya untuk keluar dari area parkiran butik. "Kamu ingat aku pernah membawakan greentea pancake untukmu?" "Hm." Bisma mengangguk. "Ayo ke sana, aku ingin membeli pancake di sana. Dan di seberang tokonya ada restoran Jepang. kita ke sana, ya?" pinta Annelise. "Dengan senang hati, Baby." Sesaat hening menyelimuti keduanya hingga Annelise mengingat sesuatu. "Ah, aku ingat, Vanya memintaku menemaninya datang ke pesta pertunangan mantan kekasihnya malam ini. Boleh?" "Mantan kekasihnya?" "Ya. Mantan kekasih Vanya dijodohkan dengan wanita lain jadi Vanya akan datang agar tidak dikira lemah. Boleh?" Annelise berharap Bisma mengizinkannya karena Vanya adalah sahabatnya. "Tentu saja. Nanti malam aku akan meneleponmu, Baby." Annelise mengangguk. "Terima kasih, Bisma. Setelah ini kamu akan kembali ke kantor?" "Bukankah aku sudah bilang akan lembur tadi?" "Ya, aku hanya memastikan." "Ingat, Baby, jangan menyentuh alkohol di sana. Kau hanya boleh minum jika ada aku yang bisa menjagamu." "Tenang saja, aku tidak akan lama. Vanya bilang hanya akan muncul sebentar di hadapan mantannya lalu memberikan selamat dan pergi." "Temanmu itu pendendam sekali sepertinya." Annelise tertawa kecil. "Kau ingat Vanesa?" "Kau, Vanesa dan Vanya pernah menginap bersama di apartemenmu dan melarangku untuk menghubungimu selama 8 jam ke depan. Benar?" ucap Bisma sedikit kesal karena larangan Annelise itu. 2 jam tak mendengar suaranya saja Bisma sudah sangat merindukannya. Apalagi sampai 8 jam. "Ya, yang itu. Vanesa bahkan ingin menemani Vanya juga dan ingin menendang kepala mantan kekasih Vanya. Menggelikan, bukan?" Annelise masih tertawa. Bisma mengusap kepala Annelise. Ia sangat senang mendengar tawa merdu pujaan hatinya itu. "Hati-hati nanti malam, hubungi aku jika sesuatu terjadi." "Yes, Sir. Aku akan baik-baik saja." "Kirimkan gaun yang akan kau kenakan nanti malam padaku." "Aku akan mengirimnya. Itu bukan gaun terbuka. Tenang saja." "Good girl." Bisma memarkirkan mobilnya di toko kue yang Annelise maksud walau Annelise belum memberitahu tempatnya. Jangan lupakan Bisma yang sering diam-diam menyuruh orang untuk mengikuti gadis itu. Meskipun Annelise tahu ia selalu diawasi Bisma, tapi Annelise tak pernah tahu siapa atau dengan apa saja Bisma mengawasinya. Annelise turun dari mobil, tak menganggap ini hal aneh karena ini bukan pertama kalinya terjadi. Bisma memang tahu banyak tentang dirinya walau tak sedang bersama. *** Menunggu adalah hal yang paling membosankan bagi semua orang, tapi untuk Annelise sepertinya hal itu sudah biasa. Annelise terbiasa menunggu jadi saat Vanya datang ke apartemennya dan ingin merias ulang wajahnya, dengan senang hati Annelise mempersilakannya menggunakan semua alat make up yang ia punya dan ia yang sudah siap berangkat tadi harus rela menunggu lebih lama lagi. Annelise tertawa kecil mendapat balasan dari Bisma. Mereka saling bertukar pesan untuk mengusir rasa bosan masing-masing. Annelise juga begitu kasihan padanya yang harus lembur ntah sampai jam berapa nanti. Gaun yang Annelise kenakan sudah disetujui Bisma karena memang bukan gaun terbuka. Hanya dress merah sederhana dengan high heels berwarna cream yang sangat cocok dikenakan Annelise. Bisma tadi hanya memprotes rambutnya yang digulung ke atas karena memperlihatkan leher jenjangnya. Dan tentu saja Bisma tak merelakan hal itu menjadi tontonan gratis pria-pria di luar sana. Akhirnya Annelise menggerai rambutnya daripada Bisma menarik izinnya untuk pergi ke pesta itu. "Apa ini terlihat berlebihan?" Annelise menoleh dan menatap Vanya yang terlihat khawatir dengan make up-nya. "Coba lihat," ucapnya. Vanya memutar diri yang masih duduk, menghadap pada Annelise. "Kau sangat cantik, Va. Itu cocok untukmu." "Benarkah? Aku takut Kenan akan meremehkanku," ucap Vanya lesu. "Kau tidak cantik saat melunturkan senyum seperti itu, Va." "Annelise," rajuknya dengan bibir sedikit mengerucut. Annelise tertawa pelan. "Siap? Ini hampir jam 7. Bukankah acaranya jam 7?" "Apa aku benar-benar tampak baik dengan make up seperti ini?" "Hey! Kau mengkhawatirkan hal yang tidak perlu, my sweetie. Ayolah, kau sangat cantik jika kau juga percaya itu." "Aku percaya padamu," ucap Vanya lantas meraih clutch bag nya yang berwarna pastel di atas meja dan berdiri. Annelise memilih sling bag merah muda sebagai pemanisnya malam ini dan ikut berdiri dari tepi ranjang. "Aku yakin Ken akan menyesal melepaskanmu." "Annelise, hentikan itu. Kau membuatku merona saja." Annelise terkekeh melihat wajah malu sahabatnya. * * * Vanya meremas lengan Annelise saat acara penyematan cincin oleh pasangan tunangan pemilik pesta. Annelise mengusap bahu sahabatnya penuh motivasi. "It's okay, Va, masih banyak pria di luar sana yang lebih baik dari Ken." "Sialan, ternyata aku masih mencintainya," umpat Vanya kesal. Suaranya sangat pelan. Hanya Annelise yang bisa mendengarnya. Annelise tak terkejut jika Vanya masoh mencintai Ken karena hubungan mereka sudah berjalan cukup lama. *** Tok tok tok Suara pintu ruangan Bisma diketuk dari luar. "Masuk," titahnya santai. Bisma mendongak untuk melihat siapa yang datang. Seketika pria itu menatap gadis di depannya dengan malas. "Ini sudah jam 7 malam, Angel, kenapa kamu datang kemari?" "Aku tidak memiliki pasangan malam ini untuk ke pesta sahabatku, Kak, temani aku, ya." "Kau tidak lihat aku sedang sangat sibuk?" "Oh, Kak Bisma. Lihat, aku sudah berdandan dari sore tadi dan aku tidak mau make upku sia-sia," rengek Angel dan berdiri di sebelah kakak sepupunya itu. "Ajak temanmu yang lain. Aku sedang sangat sibuk." Bisma meraih ponselnya yang bergetar di atas meja. Pesan dari Annelise, gadis itu sudah berangkat. Bisma meletakkan kembali ponselnya setelah mengirimkan balasan, 'Have fun, baby.' "Kak... aku baru datang kemarin, aku juga baru tahu Giselle akan bertunangan hari ini. Please kakakku yang paling tampan. Jangan biarkan aku datang sendiri." "Aku sibuk, Angel, kau dengar itu?" "Please... Giselle adalah teman dekatku. Please..." Bisma menghela napasnya ketika Angel mulai menarik jasnya. Pria itu lantas memberesi mejanya dari kertas-kertas yang begitu penting baginya juga mematikan laptopnya. "Yeyy!!" Angel bersorak girang dan langsung mencium pipi Bisma. "Jaga sikapmu, aku sudah bertunangan." "Gadis itu pasti polos sekali karena mau bertunangan dengan Kak Bisma." "Jika aku tidak menyayangimu, aku pasti sudah mematahkan lehermu, Angelica Felice." "Aku tahu kau tak akan melakukannya, Bisma Karisma." "Hei!!" "Maafkan aku, Kak Bisma yang sangat tampan." Angel pun lebih dulu keluar dari ruangan Bisma karena tak ingin mendengar kekesalan Bisma. *** "Lembur?" gumam Annelise yang melihat Bisma datang ke pesta yang sama dengan seorang gadis yang bergelayut di lengannya. Setelah memberi selamat pada pasangan utama malam ini, Vanya pergi ke toilet dan meninggalkan Annelise di tempat asing itu. Tadinya Annelise tak melihat satu pun orang yang ia kenal, tapi sekarang tunangannya ada di jarak 20 meter darinya bersama seorang gadis yang terus tertawa bersama teman-temannya. Annelise juga melihat tawa Bisma di sana. Tawa menikmati momen itu. Sesekali gadis di sebelahnya menenggelamkan wajahnya di lengan atau d**a Bisma saat bercanda dengan teman-temannya dan Bisma terlihat sama sekali tak risih atas hal itu. "Lembur?" Annelise kembali bergumam. "b******k," umpatnya tanpa sadar. Dengan suara pelan yang menekan. Dadanya bergemuruh hebat menyaksikan hal itu. Bisma begitu marah saat melihat dirinya berteman dengan seorang pria, tapi sekarang setelah hal manis yang keluar dari mulut Bisma, Annelise seperti dihempaskan ke dasar bumi dengan tak manusiawi. "Bagaimana bisa aku percaya dengan mulut sialannya!?" geram Annelise pada dirinya sendiri. "Annelise, you okay?" Vanya datang dan begitu khawatir melihat tatapan Annelise yang begitu gelap juga tangannya yang menggenggam erat gelas berisi jus apel. Apalagi saat dengan jelas Bisma malah merengkuh pinggang gadis itu. Annelise merasa udara di sekitarnya menipis hingga ia tiba-tiba merasakan sesak di dadanya. Annelise memalingkan wajahnya ketika gadis di sebelah Bisma mencium pipi tunangannya. Bahkan Bisma malah tertawa di sana. Umpatan terus keluar dari benak Annelise. Membuat dirinya semakin panas saja. "Annelise," panggil Vanya cemas. Annelise menoleh pada Vanya kemudian memberikan senyum pahitnya. "Kau sudah selesai? Ayo pulang," ucapnya dengan suara parau. Annelise ingin menangis di sana. Vanya mengangguk cepat saat menyadari ada yang tidak beres dengan sahabatnya. Mereka berjalan keluar dari ballroom hotel itu dan meninggalkan pesta yang belum selesai. *** "Kita ke sana, Kak." Angel menarik lengan Bisma ke arah beberapa muda-mudi. "Guys!" Sapa Angel antusias. "Oh My God! Angelica Felice, kau kah itu?" tanya wanita berambut coklat memastikan dan berpelukan dengan Angel. "Tentu saja, kau pikir aku hantunya Angel?" canda Angel dan memeluk mereka bergantian. "Kau tidak bilang akan datang, Cutie." Pria berwajah bule itu menatap Angel penuh selidik yang sekarang kembali bergelayut di lengan Bisma. "C'mon, Justin, aku tidak perlu melapor dulu kan saat aku akan ke Indonesia?" Yang lain terkekeh geli mendengarnya. "Apa si tampan ini kekasihmu?" tanya Vara mengerling pada Bisma. Angel tertawa. "Kau tertarik? Dia sudah bertunangan, Vara." "Denganmu?" seru Vara terkejut. Bisma tersenyum kecil melihatnya. Sudah lama ia tak pergi berdua dengan Angel jadi banayk yang tak tahu bahwa Angel adalah adik sepupunya. Padahal mereka sejak kecil sudah sangat dekat. "Dia kakak sepupuku. Kak Bisma." Angel melesakkan kepalanya di d**a Bisma dengan manja. "Syukurlah," ucap Justin pelan dan hanya dia yang mendengar gumamannya sendiri. "Apa kami terlihat cocok?" Bisma melepaskan tangan Angel dari lengannya lalu meraih pinggang gadis itu lebih merapat padanya. "Tidak," jawab Yura dan Kevin bersamaan. Angel tertawa kecil. "Kalian takut Justin cemburu?" "Apa? Aku?" Justin menunjuk dirinya sendiri. "Mana mungkin?" "Benarkah?" Angel langsung mencium pipi Bisma. "Tidak cemburu?" Bisma terkekeh dengan ulah jahil Angel tadi yang ingin memanasi Justin, tanpa menyadari sepasang mata yang terus memperhatikannya dengan tatapan tersakiti. Jangan lupa tinggalkan vote dan komen, gengs
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN