Andini membersihkan gudang itu sampai terbatuk-batuk karena banyaknya debu dan kotoran yang ada disana. Setelah bersih, barulah dia kembali menemui Bastian.
Tok tok tok
"Mas, tolong buka pintunya mas. Aku ingin nanya, " ucap Andini agak keras sambil mengetuk pintu kamarnya.
CEKLEK
Pintu kamar Bastian langsung terbuka lebar," Ada apa? apa kamu nggak dengar tadi aku bilang apa? aku mau istirahat! kenapa kamu menggangguku?!"
"Mas aku mau nanya dimana kasurku? aku mau tidur pakai apa? " tanya Andini berusaha untuk tetap sabar meski sebenarnya dia ingin sekali menghantam kepala Bastian dengan batu ulekan.
"Kasur? sebentar aku akan bawakan, " Bastian masuk kembali ke dalam kamarnya lalu dia keluar lagi sambil menarik kasur lusuh yang tipis.
"Ini kasurnya, " Bastian memberikan kasur itu padanya. Andini tidak menyangka Bastian akan memberikan kasur tipis ini untuknya.
"Mas kasur ini tipis sekali, badanku bisa sakit jika tidur memakai kasur ini. "
"Kamu tidak udah banyak protes! kalau kamu mau beli kasur sendiri sana! " Bastian kembali menutup pintu kamarnya dengan keras tepat di depan wajah Andini. Andini hanya bisa pasrah membawa kasur tipis itu ke dalam kamarnya. Sebenarnya dia masih punya uang hasil jual tas kemarin tapi uang itu akan dia gunakan untuk biayanya berobat.
"Untuk sementara aku pakai dulu saja kasur ini, kalau uangnya cukup nanti aku akan beli kasur, " Andini melapisi kasur tadi dengan sprei agar lebih nyaman untuk ditiduri. Ruangan di gudang ini engap sekali karena tidak dilengkapi dengan AC dan jendela. Hanya ada kipas kecil yang memberikan kesejukan dan sedikit mengurangi rasa engapnya.
Dia mencoba berbaring melepas rasa lelahnya karena sedari tadi sibuk membersihkan gudang ini. Atap diatasnya juga sudah mulai berjamur dan dipastikan meninggalkan bau yang kurang sedap.
Tes tes tes
Kenapa di dunia ini tidak ada seorangpun yang mencintai dan menyayanginya dengan tulus. Dulu dia diadopsi untuk memancing seorang anak dalam sebuah keluarga. Tapi setelah mendapatkan anak, dia malah dilupakan begitu saja. Sekarang dia harus menjadi jalang sekaligus pembantu untuk Bastian.
Rasa sakit di kepalanya kembali menyerangnya, dia buru-buru meraih tasnya dan meminum obatnya. Obatnya tinggal sedikit, dia harus giat mencari uang agar bisa membeli obatnya yang tergolong mahal harganya.
"Sebaiknya aku tidur dulu sebentar, " perlahan Andini memejamkan matanya dan terlelap begitu saja di atas ranjang tipisnya.
Dua jam kemudian..
BYURRR
Andini langsung terbangun dari tidurnya saat merasakan guyuran air menerpa wajahnya. Dia terkejut melihat Bastian sudah ada di depannya sambil memegang gayung.
"Kamu enak banget ya ketiduran disini? kenapa kamu tidak menyiapkan makan malam?! cepat siapakan sekarang juga!! " bentak Bastian.
Andini kaget saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 7 malam tapi dia belum sama sekali prepare untuk menyiapkan makan malam, " Maaf mas aku tidak sengaja ketiduran. Bagaimana kalau kita beli lauk saja mas? "
"Kemarikan uang yang aku berikan tadi! dasar istri tidak becus!! " Bastian menagih uang 100 ribu yang sore tadi diberikannya olehnya pada Andini. Andini mau tak mau memberikan uang 100 ribu tadi kepada suaminya.
Tiba-tiba ponsel Bastian berdering, ternyata Adinda yang meneleponnya. Bastian mengangkat panggilan teleponnya di depan Andini.
"Halo sayang, mau makan malam? dimana? di resto biasa ya? baiklah aku akan segera menjemputmu. "
Bastian mematikan panggilan teleponnya dan berbalik pergi meninggalkan kamar Andini. Andini tidak mengejarnya dan membiarkan Bastian melakukan apapun sesuka hatinya. Dia sudah lelah meminta pria itu untuk meninggalkan Adinda adiknya. Kalaupun dia memintanya untuk tetap tinggal bersamanya, belum tentu pria itu mau melakukannya.
Setelah Bastian pergi selama beberapa menit, akhirnya dia juga keluar untuk mencari makanan karena di kulkas apartemen masih kosong melompong dan tidak ada makanan sama sekali. Di sekitaran apartemen tidak ada yang menjual pecel lele atau gerobak bakso, yang ada hanyalah sebuah minimarket. Dia masuk ke dalam minimarket tersebut lalu membeli satu cup popmie dan minuman air mineral. Selesai membayar dan menyeduh pop mie nya dia pun duduk di salah satu meja kecil dan memakan popmie dengan lahap. Tiba-tiba saja notifikasi di ponselnya berbunyi, dia melihat ada satu pesan dari adiknya Adinda.
"Hai kak, lihat sekarang aku sedang dinner berdua dengan kak Bastian di restoran pinggir pantai. Romantis banget kan. Jangan telat makan ya kak bye! "
Mata Andini memanas melihat pesan itu. Bastian sangat royal dan baik pada Adinda. Mereka dinner berdua dan menikmati makan makanan enak di pinggir pantai. Sementara dia hanya memakan satu cup popmie saja. Diluar tiba-tiba hujan turun dengan deras. Mie yang dia makan sebelumnya telah mengembang begitu saja. Nafsunya makannya langsung menghilang begitu saja setelah melihat pesan dari Adinda. Suara lagu diputar dalam minimarket itu seolah mewakili perasaannya saat ini.
Sedih...
Kutau kini perasaanmu kepadaku..
Sedih..
Saat kau tak yakin kepadaku... akan cintaku..
Jalan berliku.. tak kan membuatmu..
Menyerah akan cinta kita..
Tatap mataku.. dan kau akan tau..
Semuanya yang kurasakan..
Aku bertahan...
Karena ku yakin cintaku kepadamu..
Sesering kau coba tuk mematikan hatiku..
Takkan terjadi yang aku tau kau hanya untukku..
Aku bertahan..
Ku akan tetap pada pendirianku...
Sekeras kau coba untuk membunuh cintaku..
Yang aku tau kau hanya untukku..
Hujan di luar sana tidak lekas berhenti seolah menangis seperti hatinya saat ini. Dia masih berada disana menatap lalu lalang kendaraan beroda empat yang lewat di balik kaca minimarket. Entah berapa lama lagi hujan akan berhenti diluar sana. Dia juga tidak perlu lekas pulang karena tidak ada yang menunggunya untuk pulang.
***
Suara nada dering telepon milik Andini tiba-tiba saja berbunyi. Dia menyudahi pekerjaan rumahnya dan mengangkat panggilan teleponnya.
"Halo selamat pagi, apa benar saya sedang berbicara dengan ibu Andini Prameswari? " tanya seseorang di ujung telepon.
"Halo selamat pagi juga, benar bu saya adalah Andini Prameswari. Ada yang bisa saya bantu? " tanya Andini.
"Saya adalah kepala staff HRD pabrik mie Enak ingin menyampaikan bahwa ibu Andini diterima bekerja sebagai staff operational. Hari ini apakah anda bisa datang ke pabrik untuk mulai bekerja bu Andini? " tanya kepala staff HRD.
Andini terlonjak kaget sekaligus senang saat mendengar berita baik ini, "Benarkah bu saya diterima? syukurlah ya Tuhan! jam berapa saya harus sampai disana dan baju apa yang harus saya pakai bu? "
"Jam 10 pagi harus sudah sampai di pabrik dengan mengenakan baju putih dan celana dasar hitam ya bu Andini. "
"Baik bu saya akan sampai tepat pada waktunya. Terima kasih sudah memberikan saya kesempatan untuk bekerja ya bu. "
"Iya sama-sama bu Andini. Kalau begitu saya tutup dulu teleponnya ya. Selamat melanjutkan kembali aktivitas. "
"Iya bu. "
Setelah panggilan teleponnya berakhir, Andini cepat-cepat membersihkan rumah dan berberes-beres. Kemudian dia mandi dan bersiap-siap untuk pergi bekerja di pabrik. Beruntung mas Bastian sudah berangkat bekerja pagi-pagi sekali dan suka pulang larut malam jadi dia tidak perlu khawatir ketahuan bekerja. Jika suaminya tau di tempat kerjanya ada Bagaskara pasti dia akan disuruh berhenti. Sementara menemukan pekerjaan sangatlah sulit di kota besar begini.
Selesai bersiap-siap dia keluar dari apartemen untuk pergi berkerja. Baru saja melangkah keluar dari apartemen, matanya terbelalak saat melihat mas Bastian tiba-tiba muncul keluar dari pintu lift.