10. Secuil perhatian (1)

1093 Kata
"Ya, ya, udahh kekunci gimana donggg?" Selina yang baru saja datang langsung dihadapkan dengan pagar sekolah yang menjulang tinggi, dan terkunci rapat. Gadis itu berjinjit jinjit di depannya untuk bisa melihat ke dalam. Selina hari ini telat, semua karena bukunya yang lupa taruh entah di mana, jadilah telat sekarang. "Aduhh gimana anjir mana bentar lagi ada ulangan," risau Selina sudah ketar-ketir ketakutan. Selina melihat sekelilingnya, harus masuk dari mana coba. Masalahnya ini baru pertama kali Selina telat. Gadis itu terus berdiri tak tenang, hingga sang dewa penolong datang. Siapa lagi kalau bukan Mahesa. Cowok paling nakal di SMA Garuda. Dengan gaya tengilnya Mahesa tersenyum dari kejauhan saat melihat punggung Selina. Langsung saja Mahesa mendekat. "Telat ya mbak?" Mahesa bertanya dari belakang. "Iyaa duh gimana ya?" balas Selina tidak sadar jika itu adalah Mahesa. Dia menjawab tanpa menoleh ke belakang. Mahesa tertawa pelan. "Aturan sekolah kalau telat kan harus balik pulang. Sekarang kenapa masih ada di sini?" Selina baru terdiam. Dengan gerakan sangat lambat Selina memutar kepala dan badannya. Detik itu juga Selina melihat Mahesa nyengir kepadanya. Karena kesal, Selina langsung memukul lengan cowok itu. "MAHESA! Ngagetin banget sih!" pekiknya membuat Mahesa malah tertawa. "Ngapain lo ada di sini?" tanya Selina kemudian dengan ketus. Mahesa jadi kesusahan menahan tawanya. "Yang ada gue yang nanya kenapa murid teladan ini bisa telat? Bukan gara-gara gue kan? Kemarin kita pulang jam setengah sembilan soalnya, gak mungkin kemaleman," kata Mahesa. Selina berdecih. "Gue telat gara-gara buku gue nyelip!" "Oohhh." "Mau gue bantu masuk ke dalam nggak?" tanya Mahesa menawari. "Emang bisa?" Bagaimana Selina ini, meragukan sekali nadanya. Mahesa terkekeh pelan. "Jangan sebut gue Mahesa kalau telat gak bisa masuk ke dalam sekolah," ujar cowok itu menyombongkan diri. "Ikut gue sini," ajak Mahesa. Selina nurut saja, gadis itu berjalan tepat di belakang Mahesa mengikuti ke mana Mahesa pergi. Cowok itu mengajak Selina untuk ke belakang sekolah, tempat paling ampuh untuk keluar masuk sekolah. Sampai di wabes, Selina sedikit kaget karena ternyata ada banyak murid SMA Garuda yang bolos. Bukan Selina tau pertama kali, Selina sudah sering dengar tentang Warung Belakang Sekolah itu, tapi untuk melihat langsung baru kali ini. Gimana tidak, tempatnya saja dipenuhi cowok, rata-rata anak geng motor pula, Selina ataupun anak Garuda lainnya jelas harus pikir ribuan kali untuk datang ke wabes. Sejauh ini sih hanya Anggi yang dengan mudah bisa datang ke tempat itu. Di sana Anggi sudah dijadikan layaknya ratu, mengingat dia adalah pacarnya Laskar, fighter di Titan. Anggi juga yang paling cantik di sekolah jadi tak heran jika banyak orang yang ingin melindungi gadis itu. "Lin, lo tunggu sini gue ambil kursi dulu," ujar Mahesa menyuruh Selina untuk menunggu sebentar di bawah tembok belakang yang cukup tinggi itu. Setelah mendapat anggukan, Mahesa segera berlari kecil menuju warung. Sejauh itu kedatangan Mahesa dan Selina cukup menarik perhatian. Banyak yang melihat mereka sejak tadi, tapi Selina hanya diam saja selagi mereka tidak menganggu kan? "WUIHHH SEKARANG LAGI DEKET SAMA CEWEK BOS?" celetuk Damar saat Mahesa mengambil kursi plastik si sebelahnya. "Bisa diem gak?" bentak Mahesa. "Ternyata bos bisa suka sama cewek juga gak tanggung-tanggung lagi, langsung anak paling pinter yang di deketin," balas cowok bernama Varo. "Gak ada niat terselebung kan bos?" Mahesa menarik napasnya dalam. Melotot kepada kedua cowok itu hingga mereka langsung kicep. "Berisik njing!" Damar dan Varo benar-benar langsung terdiam sama sekali tidak mau cari gara-gara dengan yang namanya Mahesa. Bisa-bisa bonyok sebulan kalau sampai terjadi. Mahesa yang telah membawa kursi kembali berjalan kepada Selina. Mahesa kesal, rasanya ingin mencolok semua mata yang terus menatap Selina. Mereka kira Selina barang tontonan. "Buruan naik, gue pegangin," kata Mahesa dengan dingin kepada Selina. Efek kesal dengan teman-temannya, biasalah. Selina yang bingung lantas hanya melihat secara bergantian Mahesa dan kursi itu. "Ini gimana manjat temboknya nanti, Sa?" tanya Selina. Mahesa menghela berat. "Lo tinggal naik kursi terus lompat dikit ke atas." "Ha? Lompat?" "Gak tinggi, udah buruan katanya lo ada ulangan hari ini," kata Mahesa. "Tapi, Sa ini tinggi banget." "Apa harus gue gendong?" Sontak saja Selina terdiam menatap Mahesa tak percaya. "Ish apasih? Gak perlu. Udah gue naik sendiri." "Hati-hati." Selina hanya mengangguk. Gadis itu mulai naik. Dari bawah, Mahesa terus berusaha untuk menutupi Selina, tidak mau Selina dilihat yang lain. Saat sedang lompat pada tembok pun dengan sengaja Mahesa berdiri menutupi bagian belakang gadis itu. Rok yang pendek membuat gampang tersingkap, takut saja kelihatan dalaman Selina. Namun, jujur saja Mahesa sama sekali tidak mengintip. "Mahesa! Terus turunnya gimana? Masa lompat? Kalau gue patah tulang gimana?" tanya Selina yang sudah nangkring di atas tembok. Bingung bagaimana caranya turun. Cewek memang ribet ya? Kemudian tanpa pikir panjang, Mahesa langsung ikut naik ke atas tembok lalu dengan cepat melompat ke bawah. Mulut Selina menganga tak percaya melihatnya. Semudah itu Mahesa naik turun. Benar-benar jiwa bolos profesional. "Lo turunan ninja ya, Sa?" tanya Selina random. "Turunan naruto kalau lo gak tau. Udah cepet lompat biar gue tangkap dari bawah," ujar Mahesa mendongak ke atas menatap Selina. "Yakin? Gue berat loh, Sa." "Jangan meragukan, buruan lompat ntar keburu ketahuan guru," kata Mahesa. Selina lalu mengangguk. Setelah menarik napas panjang. Setelah mengumpulkan niat dan tekad dalam hati. Setelah menghitung sampai tiga, dengan segenap rasa takut Selina melompat. Hup! Tepat sebelum tubuh Selina menyentuh tanah, Mahesa menangkapnya. Posisi mereka saat ini membuat keduanya saling tatap cukup lama, hingga Mahesa berdehem menyadarkan Selina. Mahesa menurunkan Selina dari gendongannya. Suasana langsung berubah awkard. "Makasih ya, Sa? Gue ke kelas dulu." Selina dengan cepat berjalan pergi karena malu. Namun, baru beberapa langkah, Mahesa tiba-tiba menarik tangan gadis itu. "Sa?" Mahesa menarik Selina seolah tengah menyembunyikan gadis itu. Mahesa mendorong Selina untuk pergi ke lorong satunya. Selina bingung tapi setelah mendengar suatu suara, Selina jadi terdiam cukup lama. "MAHESA! PASTI KAMU TELAT LAGI KAN?" Ya, ada guru yang lewat. Selina mengintip dari lorong tempatnya berdiri, jadi Mahesa menolongnya lagi? Pikir Selina. "Maaf Pak." Suara Mahesa masih terdengar jelas. Selina benar-benar tidak paham kenapa Mahesa melakukan semua ini untuknya? Pasti setelah ini Mahesa akan dihukum. Selina jadi tidak enak. "Maaf! Maaf! Maaf terus! Kapan kamu berubah? Sekolah bertahun-tahun tapi gak ada perubahan sama sekali. Bukannya tambah baik malah tambah sering buat salah! Niat gak sih kamu sekolah sebenarnya." Mahesa hanya menunduk saat dimarahi. Selina jadi kasihan melihatnya. "Kalau gitu kamu saya hukum!" Pak Bambang lalu menyeret Mahesa, membawa cowok itu entah ke mana. Saat ingin mengikuti, tiba-tiba ponsel Selina bergetar di saku kemeja sekolahnya. Segera Selina melihat pesan dari siapa itu. No name : [Cepetan masuk kelas! Pak Bambang aman sama gue lo gak bakal Ketahuan] [Mahesa] Selina tercekat membacanya. Kenapa Mahesa harus sebaik ini dengannya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN