Fulan, dia seorang pria yang merupakan orang alim, taat beragama. Ia sangat menjaga dirinya dari perbuatan tercela, mabuk-mabukan, zina, mencuri dan hal tercela lainnya. Setiap hari Fulan selalu menghabiskan waktunya dengan beribadah kepada Allah. Kealiman dan ketaatan Fulan terdengar di mana-mana, bahkan sampai ke desa lain.
Suatu hari, ada dua pemuda yang hendak berjihad di medan perang. Mereka sangat ini membela agama Allah SWT tapi mereka berdua bimbang untuk meninggalkan adik perempuannya sendirian. Lalu mereka mendengar kealiman Fulan, mereka berniat untuk menitipkan adik mereka pada Fulan. Mereka mendatangi Fulan dengan harapan besar, tapi Fulan menolak karena adik mereka adalah perempuan. Fulan tidak mau ada fitnah karena semua ini. Keputusan Fulan sudah tepat namun iblis datang dan membimbingkan keputusan Fulan.
“Kenapa kamu menolak permintaan mereka? Mereka ingin berjihad di jalan Allah, kenapa kamu tidak mau memberikan pertolongan kecil ?”
“Jika kamu takut fitnah, maka mudah saja, minta kedua pemuda itu untuk membangun sebuah gubuk di seberang rumahmu. Gadis itu bisa tinggal di sana. Kamu bisa menjaganya tanpa ada fintah. Dan dua pemuda itu bisa berperang.”
Fulan tanpa sadar membenarkan saran Iblis. Ia akhirnya menerima permintaan kedua pemuda itu, dengan syarat mereka harus membuat gubuk untuk adiknya. Keduanya setuju. Mereka pergi, dengan perasaan tenang meninggalkan adiknya.
Fulan menjaga gadis itu dari jauh. Ia meletakan makanan di depan pintu gubuk gadis itu, gadis itu akan mendapatkan makanan jika ia membuka pintunya. Berhari-hari, berbulan-bulan terjadi seperti itu. Tidak ada interaksi di antara mereka. Fulan sangat menjaga untuk tidak melakukan interaksi dengan gadis itu.
Iblis datang lagi untuk menggoda Fulan. Ia kembali bermain dengan perasaan Fulan, dengan berpura-pura menujukan jalan lurus pada Fulan.
“Hey, tidakkah kamu kasihan pada gadis itu. Kamu tidak pernah mengetuk pintu, atau memanggil gadis itu saat memberinya makanan sehingga terkadang makanannya diambil binatang liar.”
“Kasihan gadis itu, dia bisa kelaparan jika makanannya diambil binatang liar.”
“Seharusnya kamu mengetuk pintu atau memberi isyarat agar gadis itu tahu kalo kamu meletakkan makanan di depan pintunya.”
Siasat iblis itu kembali didengar oleh Fulan. Setiap meletakkan makanan, Fulan selalu mengetuk dan memanggil gadis itu, agar gadis itu tahu mengenai makanan yang ia letakan.
Iblis kembali datang memberi saran pada Fulan.
“Kasihan gadis itu, sekarang dia hanya di dalam gubuk itu saja. Tidak melakukan apapun. Bahkan dia tidak bisa pergi ke pasa untuk membeli apa yang diinginkan.”
“Tidakkah kamu kasihan padanya? Coba tanyakan padanya saat kamu hendak pergi ke pasar. Barang kali dia ingin membeli sesuatu.”
Fulan setuju. Untuk pertama kalinya terjadi interaksi antara Fulan dan gadis itu. Fulan berteriak dari luar dan menanyakan apa yang gadis itu butuhkan, gadis itu menjawab dari dalam rumah. Beberapa hari berlalu, iblis datang lagi mengusik hati Fulan.
“Coba kamu tanyakan, barang kali dia merasa bingung. Dia sendirian di gubuk itu, dia tidak banyak tahu soal ilmu.”
Fulan kembali mendatangi gadis itu. Ia duduk di luar rumah, dan berteriak dari luar menanyakan sesuatu yang sekiranya ingin gadis itu ketahui. Gadis itu menanyakan banyak hal mengenai pengetahuan tentang Islam dan sebagainya, terjadi interaksi tanya jawab di antar mereka.
Lalu iblis datang kembali pada Fulan.
“Dia mungkin ini menanyakan pertanyaan yang lebih privasi tapi malu karena takut yang lain mendengar. Dia tidak akan leluasa menanyakan apa yang ada dihatinya jika kamu berada di luar rumah.”
Fulan mendatangi gadis itu di gubuk. Ia mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk. Gadis itu memberi izin. Mereka berada di dalam gubuk hanya berdua. Maka saat itulah iblis datang kembali, menjadi pihak ketiga dari mereka. Iblis membangkitkan nafsu mereka hingga terjadilah perzinaan.
Terdengar kabar bahwa dua pemuda, kakak dari gadis itu akan kembali dari medan perang. Fulan ketakutan, karena ternyata gadis itu kini tengah berbadan dua hasil zina mereka. Fulan kembali terbujuk rayuan iblis, Fulan gelap mata lalu membunuh gadis itu, ia lalu menguburnya di lahan belakang rumahnya.
Fulan menyampaikan kabar pada kedua pemuda itu, bahwa adiknya mengalami sakit dan wafat. Kedua pemuda itu percaya dan pulang ke rumahnya. Saat malam pemuda itu bermimpi, iblis datang dalam mimpinya dan mengatakan yang sebenarnya mengenai adiknya yang dibunuh Fulan. Mereka lalu mendatangi Fulan kembali, mereka meminta agar kuburan adiknya dibongkar dan terlihat bahwa adiknya mati dibunuh bukan karena sakit.
Fulan mendapat hukuman mati. Di detik-detik terakhirnya iblis kembali datang untuk menyesatkan Fulan.
“Semua ini adalah perbuatanku. Aku yang sudah menghasutmu untuk berjalan mendekat pada perzinaan dan pembunuhan. Maka tidak ada yang bisa menyelamatkan kamu selain aku! “
“Maka bersaksilah atas nama diriku, aku akan membantumu.”
Fulan terbujuk. Ia mengingkari Allah SWT dan berpaling pada Iblis. Iblis tertawa.
“Sekarang sudah lengkap. Kau mati dalam keadaan kafir. Sesungguhnya aku tidak bisa menolongmu! “
Fulan mendapatkan hukuman matinya dalam keadaan kafir. Fulan yang dulu taat beragama dalam hitungan menit menjadi pezina, pembunuh bahkan menjadi kafir.
Iblis tidak datang dan langsung membujuk pada perbuatan tercela. Mereka bermain dengan sangat halus, iblis seolah mengarahkan pada jalan yang kanan, lalu saat kita terlena ia langsung membelokkan jalan kita menuju jalan kiri tanpa disadari.
.
.
Udara pagi menyapa dengan lembut, Zahra tersenyum lebar, langkahnya bergerak dengan sangat ringan. Sapaan angin terasa seperti tengah mengajaknya menari. Siapa yang tidak suka udara sesejuk ini ? Mood-nya sangat baik pagi ini.
Hari ini Zahra tengah berjoging pagi di taman, Maryam tadinya mau ikut tapi gadis itu membatalkannya karena masih mengantuk, semalam dia begadang nonton drama Korea, sungguh kegiatan yang ‘sangat berfaedah', ingin rasanya Zahra menyanyikan lagu legendaris, begadang jangan begadang, kalo tiada artinya. Alhasil gadis itu mengantuk di pagi hari dan melewatkan waktu dimana rezeki sedang diturunkan.
“Masyaallah, seger banget,” gumam Zahra, sembari kembali melanjutkan lari paginya.
Fabiaa....
Zahra berhenti di depan masjid. Murotaal Al-Qur’an itu menyita perhatiannya, hatinya terasa hangat dan sejuk. Senyum lebar muncul diwajah Zahra. Jogging pagi yang sempurna, batinnya.
Zahra baru hendak melanjutkan langkahnya, saat tanpa sengaja sepasang matanya menangkap sesuatu yang familiar diingatannya.
“Kelvin.”
Kelvin duduk di sisi teras masjid. Ia menggunakan jaket hitam dan tudung kepala yang menutupi seluruh kepalanya bahkan juga menutupi setengah wajahnya. Entah kenapa Zahra bisa mengenakannya, meski tidak melihat wajah Kelvin sepenuhnya.
Melihat Kelvin di sana membuat Zahra teringat akan sebuah ceramah singkat yang ia dengarkan di media online.
Jin....
Zahra mendekatkan langkahnya menuju Kelvin. Kelvin tidak sadar akan kehadiran Zahra. Zahra duduk di sebelah Kelvin dengan satu meter jarak di antara mereka.
“Semakin suka mendengar murotaal Al-Qur’an ?”
Hening. Zahra menoleh, Kelvin terlihat tengah khusyuk mendengarkan ayat Al-Qur’an yang masih diputar.
“Zahra! Bahkan Kelvin lebih khusyuk ketimbang kamu! Bagaimana bisa mengajak mengobrol saat di dengarkan ayat Al-Qur’an seharusnya kamu simak dan dengarkan agar mendapat hidayah,” gumam Zahra, setelahnya ia hening mencoba untuk khusyuk.
“Sadaqallahuazim.”
Zahra mengusap wajahnya. Kelvin menoleh, dan baru menyadari ada Zahra di sana.
“Zahra, kamu dari tadi di sini? “
“Hem, iya.”
“Sejak? “
“Sejak dua puluh menit yang lalu.”
“Kenapa tidak memanggil?”
“Memanggil tapi kamu sangat khusyuk mendengarkan murotaal.”
“Maafkan saya.”
“Kenapa minta maaf ?” Zahra tersenyum. “Saya senang karena kamu semakin dekat dengan hidayah.”
“Hem.”
“Apa yang menghalangimu untuk bertobat ?”
“Banyak hal.”
“Tapi kamu hanya butuh satu hal untuk kembali.”
Kelvin tersenyum. “Itu benar.”
“Lalu? “
“Lalu apa? “ Kelvin tersenyum, Zahra ikut tersenyum, keduanya malah saling menertawakan diri mereka.
“Jogging pagi? “
“Yap. Dan kamu? “
“Biasa, vampir tidak memiliki pekerjaan selain mondar-mandir bukan?”
“Hem. Apa kamu tidak ingin mencari pekerjaan? “
“Ha? Buat apa? “
“Ya, sama seperti sekolah, mungkin kamu juga bisa berkerja.”
“Kalo saya bekerja saya jadi semakin mirip dengan manusia, iyakan? “
“Tidak. Tetap beda.”
“Apa bedanya?”
“Hem...” Zahra berpikir sejenak.
“Jadi itu alasan saya tidak berkerja, saya tidak mau kamu bingung mencari perbedaan saya dan manusia kalo saya berkerja.” Kelvin menyelah.
Zahra terkekeh, alasan konyol macam apa itu.
“Bagaimana luka Maryam, sudah sembuh? “
“Alhamdulillah sudah. Tapi sepertinya dia belum sadar lukanya sudah hilang.”
“Akan semakin lebih baik jika dia sadar setelah beberapa hari. Maryam akan mengira jika lukanya sembuh secara alami.”
“Yap.”
Keduanya lalu membisu. Zahra bangkit dan berpamitan untuk pulang. Kelvin tersenyum menatap kepergian Zahra. Ia membuka tudung kepalanya dan melepaskan sesuatu dari telinganya.
“Zahra, kamu sangat baik.” Senyum Kelvin memudar lalu ia berbalik dan menghilang.