Tidak mungkin ada oli!

1687 Kata
“Assalamualaikum, Pakde.” “Waalaikumsalam...eh, neng Zahra, neng Maryam....” Pakde tersenyum pada Zahra dan Maryam lalu tersenyum juga pada Kerly dan Sarah yang belum dikenalnya. “Pakde, kita mau ikut belajar ngaji kitab di sini. Biar bisa jadi wanita sholeha.” Maryam tersenyum lebar, pakde manggut-manggut. “Kenali pakde, ini Kak Sarah dan Kak Kerly. Cantik-cantikkan, pakde.” “Apaan sih Maryam,” Sarah tersipu malu. “Belajarnya belum mulaikan, Pakde ?” tanya Kerly, memulai obrolan. “Belum Neng. Mungkin seperempat jam lagi. Mending sekarang, neng-neng ngadem di rumah pakde. Istri pakde ngerebus singkong hasil kebun, di jamin weeenakkk.” “Eh, makasih Pakde.” Kerly tersenyum ramah. “Gimana Zar? Masih lumayan lama loh.. “ Kerly menoleh pada Zahra. “Mending ngadem aja, ketimbang nunggu di sini. Malu ihh, banyak santri cowok. Gue malu.” Sahut Sarah. “Eh, tumben Queen of n****+ malu....biasanya paling suka tebar pesona,” cicit Kerly. “Iya sih. Tapikan ini tuh beda. Vibe nya beda, jadi itu loh agak sungkan. Mereka semua nunduk, menjaga mata banget.” “Iya, ya...,” sahut Kerly, setuju. “Eh, tapi yang lagi duduk di pondokkan ganteng banget, ya. Wajahnya teduh banget.” “Idih. Baru tadi bilangnya malu. Udah beraksi aja..,” sindir Kerly. Sarah nyengir. “Eh...eh... dia noleh...” bisik Sarah, salah tingkah. “Kerl, kayaknya dia mau ke sini deh....” Sarah langsung menyembunyikan wajahnya di belakang panggung Kerly. “Eh, itu kak Ilham kan.... “ Maryam sumringah melihat Ilham berjalan ke arah mereka. “Kamu kenal dia, Yam? “ tanya Kerly. “Kenal, Kak. Kak Ilham juga satu sekolah sama kita. Kelas 11 IPA 1.” “Eh, iya kah? Dia murid baru ya? “ “Gak ah, Kak Kerl. Seangkatan kakak.” “Kok gak pernah liat sih... “ “Sama. Aku juga gak pernah liat kak. Kak Ilham datangnya selalu pagi, terus kayaknya jarang ke kantin. Sering saum atau bawa makanan sendiri kayaknya. Mungkin karena itu kita gak pernah liat.” “Oh.” Kerly mengangguk, membenarkan hipotesis Maryam. “Bisa jadi sih... “ “Kerl, dia beneran ke sini tahu..,” bisik Sarah, ia mengintip dari punggung Kerly. “Apa dia mau ngajak gue nikah....kayak di n****+ yang baru aja gue baca. Omg....” Kerly memutar bola mata. “Dasar halu.” “Assalamualaikum, Pakde.” “Eh, nak Ilham. Waalaikumsalam. Ada apa nak?” “Itu Pakde, ustadz manggil Pakde ke mushola.” “Loh gimana ya.. Pakde ada tamu ini. Mau ngajak neng-neng ini mampir ke rumah.” Ilham menoleh. “Oh ya udah, Pakde. Biar Ilham aja yang nganterin mereka ke rumah Pakde. Di rumah ada bude kan? “ “Iya. Ide bagus tuh nak Ilham. Syukron ya.. Kalo gitu Pakde ke musholah dulu. “ Ilham mengangguk. “Ayo, biar saya antar ke rumah pakde. Rumah pakde dekat dari sini.” “Kak Ilham, gimana lukanya, udah agak enakan?” tanya Maryam, memecah hening yang terjadi. “Alhamdulillah, sudah gak nyeri lagi,” sahut Ilham sembari berjalan tanpa menoleh ke belakang. “Eh, kamu mondok, kok bisa sekolah umum sih? Emangnya di pondok gak ada sekolah formal gitu. I mean biasanya pondok sekalian sekolah gitu,” tanya Kerly. “Iya. Di pondok kita pondok salafiyah. Jadi belum ada sekolah formalnya.” “Oh gitu.... “ Tidak jauh berjalan dari pondok, mereka sudah sampai di depan rumah Pakde. Rumah pakde di d******i oleh kayu, hampir mirip rumah limas adat sumatera selatan yang di modifikasi. Ada perpaduan gaya jawa juga di bagian depan teras. Ada tulisan jawa sebagai hiasan di depan pintu. Lalu ada beberapa pot gantung di pinggir-pinggir sisi kanan yang tertata rapi. “Assalamualaikum, Bude.” Muncul seorang wanita berkerudung panjang dari dalam pintu yang baru saja dibuka, wanita ia tersenyum ramah melihat kehadiran mereka. “Waalaikumsalam...,” jawabnya. “Ada apa nak Ilham?” “Bude, ini pakde minta saya buat anterin tamunya ke sini.” Mendengar kata tamu, wajah bude menampakkan senyum sumringah seolah mendapatkan ratu datang bertandang ke rumahnya. Tidak sedikit pun bude melepas senyum di wajah teduhnya. Wajahnya berseri di bawa temara lampu bohlam. Zahra jadi ingat bagaimana bahagianya Abi jika kedatangan tamu. Abi selalu bilang, untuk selalu memuliakan tamu seperti yang Rasulullah SAW contohkan. “Kalo gitu ayo masuk... Kebetulan bude tadi buat banyak wedang jahet. Enak di minum jam segini. Ayo, ayo masuk. Ojo malu-malu. Anggap rumah sendiri,” kata bude. “Ayo, nak Ilham sekalian ikut juga.. “ ajak bude. “Matur nuhu, bude. Tapi Ilham harus balik ke pondok sekarang.” “Oalah... yowes lah.. “ Bude masuk bersama Kerly, Maryam dan Zarah. Zahra belum masuk. Ia masih berjalan di belakang ketiganya. “Zahra..,” panggil Ilham “Eh, kenapa mas Kaca? “ Zahra memundurkan langkahnya. “Ini.” Ilham menyodorkan sesuatu pada Zahra. Zahra baru sadar, sendari tadi Ilham membawa buku. “Eh. Ini buku sayakan....?” Zahra menatap lekat, buku bersampul biru muda di tangan Ilham. Buku itu miliknya, Zahra bisa langsung mengenali dengan sekali liat. Terutama juga karena stiker yang menempel di bagian depan buku itu. Stiker bertuliskan ‘ayo mengaji, Zahra..’ Itu stiker hadiah dari umi, sewaktu Zahra TK. “Iya. Kemarin kayaknya jatuh pas di mobil pondok.” “Oh, gitu. Makasih ya, mas Kaca.” “Kenapa gak di lanjutin? “ “Eh, Mas kaca baca n****+ abal-abal saya? “ “Itu n****+ kamu ya buat? “ “Hem, gak sepenuhnya sih, Mas. Ada beberapa yang di bantuin abi juga.” “Keren.” Senyum seketika menghampiri wajah Zahra. Ia tidak menduga akan mendapat pujian. “ Masyallah Tabarakallah. Mas kaca pembaca kedua setelah abi.” Ilham tersenyum. “Jangan berhenti melakukan kebaikan. Tulisannya indah. Penuh makna.” Wajah Zahra memerah. Dia menahan senyum karena malu. “Kalo ada lagi, saya mau baca lagi. Dan kalo boleh, saya mau pinjam bukunya.” “Wah.. Mas kaca bisa aja nih. Untung saya gak punya sayap. Kan bahaya kalo saya terbang tanpa sayap entar jatuh. Kan sakit. —batin Zahra. Ia tersenyum malu. “Banyak hikmah yang saya ambil dari tulisan kamu itu. Saya suka. Dan saya harap kamu bisa menyebarkan tulisan bermanfaat itu. Membaca buku itu seolah saya sedang membaca pemikiran seorang muslimah. Bagaimana dan seperti apa.” *** Grup cicit-cuit Sarah : list cowok ganteng di sekolah check. Sarah: 1. Kelvin 2. Ilham 3. ... Sarah : Ayo guys ditambahin... Sarah : Kerly, jangan jadi pembaca gelap ya.. Zahra juga nih... Sarah : Gue spam ya, kalo gak ada yang balas... Kerly : Idih, apaan sih. Gak jelas banget !! Sarah : ayo buruan isi. Kerly: Ogah. Sarah: BURUAAN... Kerly: 1. Kelvin 2. Ilham 3. Willy. Sarah : parah banget. Ihh serius Kerl . Kerly : Terserah gue dong. Tipe orang kan beda-beda. Atau jangan-jangan Lo cemburu ya? Sarah : prince muslimah, ada yang fitnah nih... keluarin semua dalil @Zahra. Zahra : Dari pada bahas gak berguna gini, mending bahas pelajaran semalam di pondok. Zahra : Gimana, ada yang perlu ditanya atau didiskusikan? Kerly : Kalo gue sih, bingung dibagian, kenapa mesti kumur-kumur, ngirup air dari hidung, bersihin telinga. I mean itu dulu yang di ajarin pas gue SD. Tapi ternyata anggota wajib wudu cuman membasuh wajah, tangan sampai sikut, menyampu rambut dan terakhir membilas kaki dan tertib. Zahra : tambahan itu, namanya sunnah Kerl. Sunnah di kerjakan mendapat pahala, ditinggalkan tidak berdosa. Zahra : Jadi gini, pasti tahu empat sehat lima sempurna kan? Empat sehat, kita di anjurin makan empat golongan makanan berupa sumber kalori untuk tenaga, protein untuk pembangun, sayur dan buah sumber vitamin dan mineral untuk pemeliharaan. Dan empat ini udah cukup sebenarnya. Tapi biar makin sempurna bisa ditambahkan dengan s**u. Jadi lima sempurna. Zarah: Nah sama halnya dengan wudu. Kita bisa ngerjain wajib aja kalo dalam keadaan terdesak, misalmya lagi sakit, lagi berpergian atau ada urusan lain lah yang urgent gak bisa lama-lama wudu, ya gak papa. Tapi dianjurkan kalo kita gak berada di situasi urgent, apa salahnya buat memaksimalkan wudu kita, lebih sempurna dengan sunnahnya. Kan lumayan buat nambah pahala. Zahra: Rasulullah Saw bersabda: "Tidak sekali-kali seseorang di antara kalian mendekati (akan me¬lakukan) wudunya, lalu ia berkumur dan ber-istinsyaq dan ber-istinsar (menyedot air untuk membersihkan hidung, kemudian mengeluarkannya), melainkan gugurlah semua kesalahan (dosa-dosa)nya dari mulut dan lubang hidungnya bersamaan dengan air ketika ber-istinsar. Kerly : Oh gitu. Gue baru tahu sih. Thank ya Zahr. Zahra : Iya. Sarah : Eh, Zahr, Lo gak nanya gue? Gue juga bingung nih... Zahra : bingung apa? Share aja.. Barang kali kita bisa bantu. Sarah : Gue bingung, kenapa Ilham masuk mimpi gue ya semalam.. Apakah ini pertanda jodoh? Kerly : Wah gawat tuh, Sar. Lo kan pernah mimpi ketemu gajah. Apa itu pertanda gajah juga jodoh Lo? Sarah: Dih. Jahat Lo. Kerly: Lah apa salah aim ya Allah.. Sarah: ihhh... Kok gue jadi kepikiran gajah sih. Kerly : Nah kan... Zahra : Apa sih, Sar. Zahra menggeleng pelan saat membaca chat super gak jelas di grup mereka. Kadang apa yang mereka bahas sangat random, kadang bermanfaat, kadang agak bermanfaat dan kadang gak bermanfaat sama sekali, tapi semua tetap asik. Kehadiran Sarah yang memberi banyak warna baru. Terkadang Sarah memang suka berulah aneh, kadang memacing sebel tapi kadang juga buat suasana jadi ramai karena dia. Orang seperti Sarah mesti di lestarikan. Tanpa kehadiran Sarah, grup mereka mungkin sepi senyap. Kerly yang jarang ngomong kalo gak di pancing dan Zahra yang sebelas dua belas sama Kerly. Zahra melirik jam dinding. Tidak terasa sudah waktunya untuk ia dan Maryam berangkat sekolah. Zahra buru-buru menyimpan ponselnya di dalam tas, meninggalkan chat yang masih terus berlanjut. Lalu berangkat ke sekolah bersama Maryam. Sesampainya di sekolah, rupanya chat grup masih berlanjut sejak tadi. Ada 500 notif dari grup cicit-cuit. “Masyallah...,” gumam Zahra saat mengecek ponselnya. Zahra: Ya Allah, guys.... kalian masih di sini aja. Kalian gak siap-siap berangkat sekolah? Ini udah jam berapa, entar kalian telat sibuk chatingan terus. Zahra memperlambat langkahnya menuju kelas. Zahra: Ingat sebaik-baik perkara adalah yang di tengah. Gak masalah chatingan tapi harus tetap ingat waktu dong, guys... Sarah: Kabur... Princess muslimah dah marah... Zahra menggeleng pelan. Ia kembali ingin menyambung langkahnya setelah menyimpan ponselnya di tas. Saat mengangkat kepala untuk kembali menyambung langkah, retina mata Zahra menangkap bayangan hitam berlari cepat di antara tiang pasak. Zahra menajamkan matanya, tiba-tiba... “Aargh.. “ Kaki Zahra tergelincir. Zahra spontan menutup matanya. Satu menit. Dua menit. Tidak terjadi apapun. Zahra membuka perlahan matanya. Ia terkesiap. Tubuhnya seolah kehilangan grativitasi. Ia membeku di udara. Zahra melihat sekeliling, matanya kembali menangkap sesuatu sedang bersembunyi di balik tembok. Dan itu Kelvin. Kelvin mengarahkan tangannya ke arah Zahra, seperti sedang menahan tubuh Zahra dari jauh. Zahra mengerjap mata, ia tersadar. Dan secara langsung tubuhnya kembali berdiri, seolah tadi ia tidak terpeleset. Zahra kembali menoleh kearah Kelvin. Kelvin berlari cepat dari sana. “Ini oli? “ dahi Zahra berkerut. Ia mengamati cairan lengket yang hampir membuatnya jatuh tadi. “Mana mungkin di lorong kelas ada oli...,” gumam Zahra. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN