Bu Rumli terus saja menceritakan sosok laki-laki yang ia temui saat mobilnya mogok kepada suaminya. Sementara, pak Hendra mendengarkan perkataan demi perkataan sang istri sampai-sampai mereka lupa, jika waktunya sudah hampir malam. Dan hal itu mereka sadari ketika salah satu asisten rumah tangga datang menghampirinya dan mengatakan bahwa makan malam telah disiapkan untuk keduanya.
"Pa, kita makan malam dulu yuk, gak terasa waktu tuh cepat banget baru juga ngobrol sebentar udah malam aja," kata Bu Rumli sembari beranjak dari tempat duduknya.
"Yah, kalau ngobrol memang suka tidak terasa. Ya sudah, lain kali kalau mama bertemu dengan laki-laki itu lagi tawari saja untuk bekerja di perusahaan kita, kira-kira dia mau atau tidak. Kalau mau ya syukur, kalau tidak juga tidak apa-apa," kata pak Hendra sembari berjalan menggandeng tangan Bu Rumli menuju ke ruang makan.
"Okelah kalau begitu. Tapi mama tidak yakin bisa bertemu lagi dengan dia, tapi kalau berjodoh mungkin bisa ketemu lagi," kata Bu Rumli tersenyum manis.
Kedua insan yang usianya hampir setengah abad itu, masih saja menampakkan kemesraannya baik di dalam rumah maupun ketika sedang berada di luar. Dan hal itu tidak menyurutkan kemesraannya walau keduanya sebentar lagi akan menjadi calon kakek nenek kelak.
***
Sementara di tempat lain, hujan lebat mengguyur kota Manhattan-New York, selama beberapa jam lamanya. Hujan terus-menerus tiada hentinya, seakan curahan air sedang diperas dari iringan awan yang begitu gelap. Sehingga membuat sepasang suami isteri, yakin Ardian dan Zeline merasa bosan karena tidak bisa berpergian ke tempat yang mereka inginkan.
"Sayang, gimana dong? Hujannya gak berhenti-berhenti nih. Mana perutku udah lapar dari tadi," kata Zeline sembari cemberut.
"Ya sudah, untuk sementara aku masak nasi goreng dulu. Nanti kalau sudah reda, baru kita pergi ke luar," ucap Ardian yang kerap disapa Ardi.
"Memangnya jamu bisa masak?" tanya Zeline seolah tidak percaya jika Ardian bisa masak walau itu hanya nasi goreng biasa.
"Yah, kita lihat saja nanti," ucap Ardi sembari mencolek hidungnya Zeline.
Ardian pun melangkah menuju ke dapur, dan Zeline pun mengikutinya dari belakang. Senyuman manis tersungging di sudut bibir kecilnya. Wanita cantik itu bersyukur mempunyai seorang suami yang bisa membuat hatinya nyaman, tenang dan damai.
Setelah berada di dapur, laki-laki tampan itu mulai beraksi. Ia mengambil beberapa bahan dan bumbu yang akan digunakan untuk pelengkap nasi goreng kesukaannya.
Zeline yang sedang duduk di kursi, terus saja memandangi sang suami dengan penuh rasa takjub.
"Kamu ngapain di situ?" tanya Ardian yang tiba-tiba saja malu dilihat istri nya seperti itu.
"Memandang kamu," jawab Zeline sembari tersenyum manis. Ia bahkan mengedipkan matanya seolah sedang merayu suaminya.
Otomatis Ardian pun merasa tersentak dengan sikap sang istri yang seperti itu. Dan hal ini membuat jantungnya semakin berdebar kencang.
"Daripada kamu diam seperti itu, mendingan bantuin aku masak biar cepat selesai," kata Ardian menyipitkan matanya seolah tidak suka.
"Hehe, aku suka memandang kamu seperti ini. Apa kamu tahu? Kamu adalah laki-laki yang paling aku cintai selama seumur hidupku," kata Zeline dengan manis.
Ardian yang mendengar hal itu langsung memberhentikan aksi masaknya. Lalu, tanpa berpikir panjang lagi ia pun menghampiri sang istri yang sedang duduk manis di sebuah kursi favorit nya. Zelin pun merasa dag dig dug karena sang suami akan menghampiri nya.
"Kamu mau ngapain?" tanya Zeline setelah sang suami mendekatinya.
"Meluk kamu lah," kata Ardian sembari menghampiri Zeline dan langsung memeluknya dengan mesra.
"Katanya mau masak?" tanya Zeline lagi.
"Iya, tapi nanti dulu soal masak nomor dua, sekarang aku mau sesuatu dari kamu dulu," jawab Ardian tersenyum licik.
"Ma-mau apa sih?" ucap Zeline penuh curiga.
Tanpa berpikir panjang lagi, Ardian pun langsung memburu bibir manisnya Zeline yang mungil dan seksi. Tidak hanya itu, Ardian juga mencium tengkuk lehernya Zeline, sehingga wanita itu merasa kegelian. Ardian juga begitu aktif menyentuh kedua area sensitifnya Zeline yang sudah terlihat menantang.
Semakin lama, gairah sensualnya Zeline menjadi semakin berkobar dan juga membuat wanita itu hanyut dalam kenikmatan. Dan kenikmatan itu, tidak bisa dicurahkan dalam bentuk kata-kata, melainkan dengan tindakan dan perasaan. Zeline terus meracau dengan pasrah. Dan hal ini semakin mudah untuk Ardian melakukan aksinya.
Kini, tangan Ardian berhasil masuk ke dalam kain tipis miliknya zeline. Dan hal ini membuat Zeline semakin menggelinjang hebat karena tidak bisa berpikir jernih lagi. Perasaannya sudah melambung tinggi dan hanya bisa merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Dan, lagi-lagi wanita itu hanyut dalam buaian hasratnya Ardian. Semakin lama, hasratnya semakin mendalam. Sehingga, Ardian pun tak kuasa menahan gejolak asmaranya. Ia pun langsung menjamah tubuh istrinya tanpa jeda.
Mereka saling membalas kecupan dan bahkan kecupan mereka terus menyatu dan saling menyatukan. Setelah itu, Ardian meletakkan zeline di atas meja yang sudah tersedia di ruangan tersebut. Dan ia juga segera melucuti pakaian Zeline, sehingga wanita itu terlihat sangat seksi karena menggunakan pakaian dalam saja. Ardian pun beraksi kembali untuk melakukan apa yang diinginkan nya.
Kini keduanya berlabuh dalam satu kenikmatan yang luar biasa. Satu napas, satu keringat dan satu hasrat menyatukan dua insan yang sudah menjadi sepasang suami isteri yang sah.
Hampir 30 menit lamanya mereka berdua beraksi, kini keduanya telah sampai di ujung kenikmatan yang luar biasa. Mereka berdua sama-sama menuju klimaks yang sangat nikmat tiada tara.
"Sayang, aku mencintaimu," ucap Ardian sembari mengecup bibir Zeline dengan lembut.
"Aku juga," balas Zeline tersenyum manis.
Setelah selesai melepaskan hasratnya, kini keduanya memakai pakaiannya kembali. Dan Ardian pun segera menuntaskan aksi masak-memasak nya. Tidak perlu membutuhkan waktu yang lama, kini keduanya sudah bisa menikmati nasi goreng ala kadarnya.
"Gimana? Enak kan?" tanya Ardian dengan percaya diri.
"Hem, sangat-sangat enak. Aku tidak menyangka kamu ternyata pintar masak, Sayang," kata Zeline penuh pujian.
"Iya dong, suami siapa dulu," kata Ardian sumringah.
"Hehehe, suami akulah," jawab Zeline dengan cepat.
"Nanti, habis selesai makan, kita mandi bareng ya," ajak Ardian tertawa kecil.
"Mmm, baiklah."
Kini, suami isteri itu segera menyelesaikan makan bersama sembari membahas mengenai liburan nya ayang sudah hampir satu Minggu lamanya. Rencananya mereka ingin menghabiskan waktu berdua lebih dari satu Minggu agar momen bulan madunya penuh dalam kenangan. Dan hal itu, disepakati oleh keduanya.
Mereka berdua tidak peduli jika di luar sana, orang tua dan keluarganya sangat merindukan kehadiran mereka agar kembali secepatnya. Apalagi Ardian, ayahnya benar-benar sangat membutuhkan bantuan dirinya.
Bersambung