Setelah acara pengajian untuk memperingati kematian Karin selesai. Rain menaiki tangga menuju kamar Aira. Setelah dari makam, Aira sama sekali tidak keluar dari kamarnya. Dia bahkan tidak makan siang dan juga makan malam. Rain mengetuk pintu kamar Aira. “Sayang, apa Om boleh masuk?” Tidak ada sahutan dari dalam, Rain pun kembali mengetuk pintu itu. “Sayang, Om masuk sekarang.” Rain lalu menarik handle pintu itu ke bawah, pintu kamar Aira pun mulai terbuka. Rain melihat Aira yang tengah duduk di lantai dengan kedua kakinya yang di tekuk. Aira juga menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya. Rain melangkah masuk ke dalam kamar, mendekati Aira dan membantunya berdiri. Ia lalu menghapus air mata Aira yang terus mengalir membasahi kedua pipinya. “Sayang, jangan menangis lagi. T