1. Putra Pengkhianat
"Sudah tidak apa-apa sekarang... tidak apa-apa... tidak apa-apa... tidak apa-apa..."─Darian─
***
Musim dingin, pertemuan pertama...
Hal pertama yang terlintas di benak Darian Rey Caidan usia tiga belas tahun ketika melihat sosok berpakaian zirah penuh bekas darah adalah 'keren'. Saat itu Darian belum tahu bahwa sosok keren yang membuatnya terpukau akan menjadi Helen Ceysa Caidan, sepupunya. Dia hanya fokus menatap netra hijau Helen yang tampak fokus ke depan, bibir tipis yang sedikit tercemar tanah, juga wajah putih dari balik topeng perak yang hanya tampak sebagian. Darian pikir Helen sangat gagah dengan armor dan pedang besar yang bersarung di pinggang itu.
Dua pengawal yang menyeret Darian seketika berhenti ketika Helen yang berada di atas kuda itu lewat bersama pasukannya. Mereka tahu bahwa pasukan itu adalah orang-orang terkuat di kerajaan yang baru saja pulang dari medan perang setelah dua tahun lebih membela kerajaan. Mereka juga tahu kalau di antara semua prajurit, Helen paling ditakuti.
Helen─yang sering kali disalahpahami sebagai seorang pria itu─hanya melirik sekilas, nyaris tidak berhenti dari jalan menuju kediaman prajurit di bagian Barat Istana Kerajaan Griffin. Tapi kemudian, dia menatap Darian. Helen pun menghentikan kudanya, membuat semua prajurit seketika menghentikan kuda mereka pula.
Helen turun dari kuda, memerintah, "Kalian duluan," kepada para prajurit.
Sebagian prajurit pergi, tersisa sekitar sepuluh orang yang mengikuti Helen.
Helen berjalan ke arah dua pengawal kerajaan yang memegangi tangan kanan dan kiri Darian. Dia memerhatikan anak lelaki berpakaian lusuh yang tubuhnya kurus penuh memar. Gadis itu memerhatikan mulai dari netra biru Darian, bibir tipis kering dengan noda darah di sudutnya, wajah tirus khas anak kurang gizi, lalu berhenti di tangan dan kakinya yang dirantai.
Darian juga memerhatikan Helen yang berjalan dengan gagah. Dia memerhatikan topeng perak yang hanya menampilkan netra hijau dan bibir tipis Helen, memerhatikan rambut putihnya digulung rapi tanpa pelindung kepala, dan sedikit anak rambutnya yang tidak tergulung bergerak seirama langkah si pemilik. Salju yang turun di langit sore dan latar jalanan dengan pohon tanpa bunga, membuat gadis gagah itu bagai keluar dari sebuah lukisan. Darian pun terpukau.
Baik dua pengawal yang menyeret Darian, maupun prajurit yang mengikuti Helen, merasa heran dengan tingkah adik raja yang satu ini. Pasalnya, Helen biasanya abai terhadap sekitar, tapi sekarang dia malah menaruh perhatian pada seorang b***k rendahan. Padahal bukan hal baru melihat b***k-b***k dari berbagai usia dirantai dan dibawa keluar-masuk istana. Dua pengawal pun keringat dingin, bertanya-tanya dalam hati, apakah Helen sebenarnya tahu identitas Darian?
Helen awalnya tidak ingin ikut campur urusan orang lain, atau peduli dengan orang lain. Hatinya sudah mati bersama kedua orangtuanya lima tahun lalu. Namun, saat melihat anak lelaki ini, dia tiba-tiba ingat seorang b***k dari kerajaan yang baru saja dia taklukkan. b***k lelaki tersebut semula ditangkap oleh bawahannya karena melakukan pergerakan mencurigakan di zona terlarang. b***k itu disiksa karena tidak menjawab pertanyaan prajurit. Sampai akhirnya seorang tahanan mengatakan bahwa b***k lelaki itu bisu-tuli, dan biasanya dia ke daerah terlarang untuk mencari tanaman obat bagi kedua orang tuanya yang sakit.
Kejadian itu jelas bukan salah Helen, melainkan prajurit yang tidak kompeten dan sewenang-wenang, yang tidak melaporkan kepada Kapten mereka ini tentang penangkapan b***k. Helen juga tidak terlalu menyalahkan dirinya atau prajuritnya. Baginya, yang lemah lah yang salah. Namun, tatapan penuh tanya b***k yang tidak bersalah itu terus membayangi Helen sepanjang perjalanan pulang ke kerajaan. Sekarang, anak di depannya memiliki ekspresi yang sama dengan b***k itu. Ekspresi yang bingung dan bertanya-tanya, 'apa salahku?'.
Dua pengawal yang menyeret Darian menjadi gemetar ketakutan ketika Helen berdiri diam di depan mereka sambil memandang lama anak lelaki yang mereka tahan. Keduanya tidak berhenti bertanya-tanya apa yang mereka lakukan salah, atau di bagian mana mereka menyinggung Helen? Mereka pun hanya bisa membungkuk, takut menatap netra hijau Helen.
Bukan tatapan dingin Helen atau sosok seolah penuh aura jahatnya yang membuat dua pengawal itu ketakutan, melainkan karena adik raja ini 'sakit'. Saat usia sepuluh tahun, Helen diracun. Walau racun bisa dihilangkan, tapi efeknya memengaruhi otak dan suaranya. Suara Helen jadi berat seperti seorang pria, dan gadis itu menjadi suka membunuh dan menyiksa orang saat 'sakit' nya datang. Episode sakit ini terpicu setiap kali Helen merasa kesal atau marah. Sampai sekarang, belum ada yang bisa menyembuhkannya. Raja pun akhirnya mengirim Helen ke medan perang agar 'sakit' itu bisa dipergunakan dengan baik.
Tentang lima tahun lalu, yakni saat usia Helen 10 tahun, itu adalah peristiwa wafatnya sang raja (ayah Helen) juga ratu (ibunya). Saat itu ada jamuan makan malam menyambut calon istri untuk Brian (raja yang sekarang). Makanan raja dan ratu telah diracun. Kebetulan, saat itu Helen yang merupakan satu-satunya anak sang ratu, juga mengambil sedikit makanan yang telah diracun, makanya dia terkena imbas pula. Penguji makanan merupakan salah satu kaki tangan pengkhianat. Yang lebih membuat tak terduga, pengkhianat itu tak lain adalah abang tiri sang raja, atau paman pertama Helen.
Menurut berita yang beredar, seharusnya paman pertama Helen yang menjadi raja, bukan ayah Helen, karena paman pertama ini anak tertua sang ratu terdahulu, sedangkan ayah Helen hanya anak selir rendahan. Mungkin karena itu, paman pertama diasingkan ke luar kerajaan oleh kakek Helen; untuk mencegah konflik dalam kerajaan. Siapa sangka, di luar kerajaan, paman pertama justru mengatur siasat untuk kembali dan mengambil alih tahta.
Lima tahun lalu pula menjadi titik balik perubahan terbesar dari kerajaan Griffin. Brian yang saat itu berusia dua puluh lima tahun, naik tahta menggantikan sang ayah (Brian juga anak seorang selir), dan menjalankan prosedur mengerikan yang belum pernah ada dalam sejarah klan Caidan. Dia membantai semua saudara lelakinya dari para selir sang ayah, juga membantai ketiga paman dan para sepupu lelakinya. Khusus untuk paman pertama yang telah berkhianat, dia bahkan membantai istri, anak-anaknya, dan setiap pelayan dari kediaman si paman pertama ini. Brian membantai semua menteri dan pihak-pihak yang terlibat dengan paman pertama, baik terbukti telah berkhianat, maupun yang masih belum jelas status pengkhianatannya. Selain itu, dia menjadi sangat bias dengan semua anak lelakinya dari para selir. Dia hanya memperlakukan anaknya dari sang ratu dengan baik. Dia membuat batasan dan garis yang harus ditaati putra-putrinya.
Nama lengkap raja tiran ini adalah Brian Abner Caidan. Di dunia ini, selain ratu dan putranya, dia sangat menyayangi Helen. Kalau bukan karena penyakit Helen, dan keluhan para menteri untuk mengeksekusinya, Brian tidak akan pernah mengizinkan Helen memegang senjata. Alasan dia menyayangi Helen karena ibu Helen sangat menyayangi Brian (yang telah kehilangan ibunya sejak lahir) selayaknya putra kandung. Maka dia memperlakukan Helen selayaknya adik kandung. Setidaknya, seperti itulah yang orang-orang tahu.
"A-apakah Yang Mulia Heli memerlukan sesuatu?" tanya salah satu pengawal yang menyeret Darian.
Heli adalah nama Helen yang dikenal khalayak. Lengkapnya Heli Caisar Caidan.
"Siapa dia?" tanya Helen, matanya mengarah ke Darian yang masih menatapnya antara kagum dan bingung.
***