Cukup lama keheningan di antara mereka berdua.
"Kedua orang tuaku akan menikahkan aku dengan pria pilihan mereka." Ucap Rina membuka suaranya.
Alvian membelalakkan matanya.
"Aku tidak pulang ke rumah, karena aku tidak menginginkan pernikahan itu." Rina kembali menjelaskan.
Alvian baru menyadari ternyata hal itulah yang membuat wanita di hadapannya akhir-akhir ini terlihat sendu. Ketika Rina pulang bekerja, Alvian selalu diam-diam mengikuti Rina.
Bukan karena Alvian itu seorang penguntit, karena Alvian sama sekali tidak mengganggu ketenangan Rina. Ia hanya memastikan wanita yang dicintainya pulang ke rumah dengan selamat.
Terbukti saat Alvian mengikuti Rina tadi, kejadian buruk hampir saja menimpa wanita itu.
Tak berselang lama dari pembicaraan mereka.
Tok..Tok..Tok..
Suara pintu diketuk dengan keras.
BUKA!!
Rina membelalakkan matanya.
"Ayah.." gumam Rina.
Rina dan Alvian beranjak dari tempat duduknya.
Rina membuka pintu perlahan, sedang ayahnya dari luar membukanya dengan kasar.
"Apa-apaan ini?!" Tanya Ayahnya penuh emosi.
"Om biar saya jelaskan dulu!" Alvian mencoba menjelaskan.
"Aku tidak bertanya kepadamu!" Ucap Ayah Rina.
"Ayo pulang!" Om Rudi menarik paksa tangan putrinya.
"Sakit Ayah." Rina meringis kesakitan karena cengkraman kuat di tangannya.
Baru pertama kali ini ayahnya berbuat kasar kepadanya.
Di luar sana berdiri juga Paman Muji dan Juragan Herman serta beberapa orang pria berbadan kekar yang tidak dikenali Rina.
***
Setelah mendengar kabar Rina tidak pulang ke rumah, ayah Rina segera mencari Rina bersama kakak iparnya.
Di perjalanan, mereka bertemu dengan Juragan Herman. Umurnya masih 32 tahun, tapi dialah pria yang dipilih oleh ayahnya untuk dinikahkan dengan putrinya.
"Bapak mau kemana?" Tanya pria di hadapannya.
"Mau cari Rina, Juragan," jawab Ayah Rina.
Orang tua Rina dan sesepuh di tempat tinggal Rina memanggil pria itu dengan sebutan juragan. Walaupun umurnya lebih muda tapi karena jasanya di daerah tempat tinggal Rina serta kekayaan yang dimilikinya membuat semua orang segan kepadanya.
"Memangnya Rina kemana?" Tanya Juragan Herman.
"Tidak tahu Juragan. Dia masih belum pulang ke rumah, biasanya sudah pulang dari jam sembilan. Sekarang Sudah jam sebelas masih belum pulang, kami khawatir. " Jelas Ayah Rina.
Juragan Herman mengerti.
"Saya akan bantu juga. Ayo ikut!" Juragan Herman memerintahkan anak buahnya untuk ikut mencari Rina juga.
"Siap Juragan." Jawab serempak keempat bodyguardnya.
Juragan Herman memang belum secara resmi meminang Rina, namun dari desas-desus yang beredar Juragan Herman santer dikabarkan tergila-gila kepada Rina.
***
Dua mobil milik juragan Herman terparkir di area parkir penginapan. Rina naik satu mobil bersama ayahnya dan Pak Muji serta satu bodyguard Juragan Herman yang menyetir mobil.
Mereka mengetahui Rina dan Alvian berada di penginapan setelah menelusuri setiap CCTV di jalanan.
Hening masih tercipta di dalam mobil. Hingga sampai di rumah kemarahan masih tampak di wajah ayahnya.
Ibu Rina mondar-mandir di ruang tamu, gelisah menunggu kabar putrinya. Ia mendengar suara mobil di depan. Segera Ibu Rina pergi keluar.
Semua sudah keluar dari mobil, terkecuali sang bodyguard.
"Saya permisi dulu Pak!" Ucap sang bodyguard sambil melambaikan tangan.
"Terimakasih. Sampaikan juga terimakasih saya kepada Juragan." Ucap Ayah Rina sambil menundukkan kepalanya.
Juragan Herman memang langsung pulang ke rumahnya setelah yakin Rina sudah ditemukan.
"Rud aku pulang juga." Ucap Paman Muji yang rumahnya ada di samping rumah Rina.
Ayah Rina mengangguk.
Rina duduk di sofa ruang keluarga.
"Benar-benar memalukan." Ayah Rina mulai membuka suaranya.
Ibu Rina tidak mengerti dengan apa yang sudah terjadi.
"Ada apa Yah?" Tanya Ibu Rina penasaran.
"Ayah sangat malu Bu. Rina berada di penginapan bersama laki-laki berondong itu." Jawab Ayah Rina penuh emosi.
Ibu Rina terkejut mendengarnya.
Rina mencoba membela diri.
"Tapi yah" Belum sempat Rina menyelesaikan kalimatnya, Ayahnya melayangkan tangan dengan keras di pipi putrinya.
Rina memegang pipi yang terasa perih dan panas. Air mata mulai membasahi pipinya. Seumur hidupnya ia baru pertama kali mendapatkan perlakuan ini dari ayahnya.
Rina tidak sanggup untuk berlama-lama di sana. Ia berlari menuju kamarnya di lantai dua.
Ibu Rina tak bisa menghentikan adegan yang secepat kilat terjadi di hadapannya.
"Ayah apa yang Ayah lakukan?" Tanya Ibu Rina tak percaya.
Ayah Rina melihat tangan yang tidak bisa ia kendalikan untuk menyakiti putrinya. Hatinya lebih hancur karena ia merasa telah gagal menjadi seorang ayah. Air mata jatuh di pipi pria itu.
Ayah Rina bersimpuh di depan kaki istrinya.
"Aku telah gagal menjadi seorang ayah Bu." Tangis masih membasahi wajah suaminya.
Ibu Rina mengerti dengan perasaan suaminya. Ia membantu suaminya untuk berdiri.
"Ayah, sudahlah. Kita istirahat dulu. Sudah larut malam." Ajak Ibu Rina.
Dengan langkah berat sepasang orang tua itu menuju ke kamarnya. Mereka akan mendiskusikan kembali esok hari, langkah apa yang akan mereka ambil setelah apa yang terjadi hari ini.
Di Rumah Juragan Herman
"Sial, berani-beraninya lelaki itu membawa Rina ke penginapan." Juragan Herman merasa murka.
Berbeda jika di depan warga dan keluarga Rina, juragan itu tampak sangat baik dan peduli terhadap sesama. Namun kenyataannya ia memiliki hati yang keras. Juragan Herman akan membuat orang-orang yang mencari masalah dengannya menderita.
"Siapkan acara pernikahanku dengan Rina besok!" Perintah juragan Herman kepada semua anak buahnya.
"Baik Juragan." Jawab serempak semua anak buahnya.
Semua bodyguard termasuk para pelayan rumah mulai dibuat sibuk dengan acara pernikahan dadakan itu.
Sementara itu Alvian memutuskan pulang ke Mansion orang tuanya.
Kedua orang tuanya sudah tidur, Alvian akan meminta tolong kepada mereka. Ia tidak bisa lagi menahan semua ini sendiri.
"Besok aku akan bicara pada Mommy dan Daddy," gumam Alvian.
Esok harinya
Alvian sudah membersihkan diri. Ia keluar dari kamarnya turun ke lantai bawah.
"Al kamu di Mansion sayang?" Tanya Ibunya.
"Daddy mana Mom?" Tanya Alvian belum menjawab pertanyaan ibunya. Ia malah sibuk mencari keberadaan ayahnya.
"Masih di kamar Al." Jawab Ibunya.
Tak berselang lama.
"Kenapa Al? Kamu cari Daddy?" Tanya Tuan Hardi yang tiba-tiba datang, ia melihat kekhawatiran di wajah putranya.
"Mom..Dad.." Alvian mulai membuka suaranya.
Kedua orang tua Alvian mulai serius mendengarkan. Mereka yakin Alvian sedang berada dalam masalah.
Alvian mulai bersimpuh di kedua kaki orang tuanya.
Ibu Alvian melihat putranya bergegas membangunkannya. Namun Alvian masih bertahan di posisi itu.
"Mom..Dad.. Tolong Al!" Pinta Alvian.
"Minta tolong apa sayang?" Ibunya semakin khawatir.
"Tolong Al untuk meminang wanita yang Al cintai!" Alvian meminta penuh dengan harapan.
Kedua orang tuanya saling bertatapan. Mereka terkejut dengan permintaan putra semata wayangnya.