Part 11. Dissapear

3785 Kata
1 minggu kemudian... Selama 1 minggu ini Christian selalu uring-uringan. Semua anak buahnya tak berani untuk mendekatinya. Penyebabnya adalah selama 1 minggu ini ia tak dapat menemukan Sania. Tidak dimanapun juga. Sania seperti hilang ditelan bumi. Ia pergi tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Demi menghilangkan jejak, ia menukarkan mobil Ferrari Enzo miliknya dengan mini cooper milik orang di tengah jalan. Selama 1 minggu ini juga, tak didapati transaksi uang atau apapun itu atas nama Sania. Dan lagi, Sania tak pernah menghubungi Kevan dan rumahnya sama sekali. Christian sudah memastikannya karena ia menyadap semua alat komunikasi dirumah Sania. "Jika hanya kabar buruk yang kau bawa. Pergilah saja. Atau akan ku tembak keluar isi kepalamu," Begitulah yang christian ucapakan jika seseorang mendatanginya. Tak sedikit orang-orang yang sudah terbunuh hanya karena mengatakan hal yang tak ingin Christian dengar. "Nona Sania terekam kamera cctv di bandara Canada Tuan," Christian langsung bangun dari duduknya dan bergegas berlari keluar dari ruangannya. Ia berlari tergesa menuju ruangan tempat berkumpul semua orang. Disanalah para anak buah Sania berusaha mencari keberadaan Sania. Ruangan itu penuh laptop, komputer dan alat canggih lainnya. "Perlihatkan rekamannya," perintah Christian saat sampai disana. Anak buah Christian langsung menjalankan perintah boss-nya itu. Disana terlihat Sania memakai hodie berwarna hitam dan berjalan santai dikeramaian. "Rekaman cctv ini diambil 3 hari yang lalu boss," Christian tak menjawab. Ia melihat gerak gerik Sania direkaman cctv itu. "Perbesar gambarnya," perintah Christian saat meligat Sania sengaja melihat kearah cctv dan bicara sesuatu. 'Found me,' Begitulah gerak bibir Sania di rekaman cctv itu dengan tersenyum lebar. Setelah berkata seperti itu, Sania menghilang dan tak terlihat lagi dimanapun. "Jika dilihat dari rekaman itu, ada dua kemungkinan. Dia masih di Canada atau pergi dari sana dengan menyusup disalah satu pesawat pada penerbangan hari itu," Christian menoleh dan mendapati Kevan sudah berdiri disampingnya dengan melipat kedua tangannya didepan d**a. "Kau disini ? Sejak kapan," ucap Christian datar seperti biasa. "Alice menyuruhmu ke rumah. Ia sudah menghubungimu tapi tak pernah kau angkat. Dia khawatir pada adiknya dan menyuruhku kesini menemuimu," "Aku tak bisa. Bilang saja padanya aku_________" "Hanya beberapa jam. Apa salahnya jika kau datang sebentar ke rumah. Apa kau tak pusing terus-terusan berdiam diri diruangan sempitmu itu ? Kau juga butuh menghirup udara segar dan sedikit jalan-jalan. Siapa tahu setelah datang ke rumah kau menemukan cara bagaimana menemukan Sania," Ya. Kevan, Christian dan Alice sudah akrab. Mereka sudah seperti keluarga sekarang. Alice menjadi sosok kakak yang baik untuk Christian. Begitu juga Kevan. Dari kedekatan mereka, Kevan tahu jika Christian benar-benar jatuh cinta pada adiknya, terbukti dari betapa keras dan gigihnya usaha Christian menemukan Sania. Dan ya, Kevan juga sudah tahu mengenai perjanjian konyol antara Christian dan Sania. "Baiklah. Aku akan datang. Bukankah ini waktunya El pulang sekolah. Kau tak menjemputnya ?" ucap Christian sambil melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya. "Sebenarnya aku ada urusan sekarang. Niatku kesini selain ingin memberitahumu untuk datang ke rumah, juga untuk minta tolong jemput putraku disekolah. Alice sedang sibuk membuat cookies dan ketika aku memintanya untuk menjemput El, aku malah mendapat tatapan garangnya. Kau tahu kan El sama sekali tak suka dengan anak buahku. Aku tak mungkin menyuruh mereka menjemput El. Kau mau, 'kan ?" ucap Kevan memandang Christian penuh harap. Christian menatap malas Kevan. Jika sudah begini ia tak bisa bilang tidak. Christian mengangguk kecil tanda setuju. "Nah kalau begitu aku pergi ya. Jaga putraku baik-baik," ucap Kevan lalu pergi meninggalkan Christian sendiri disana. "Aku akan pergi sebentar. Terus cari dimana keberadaan Sania. Jika mendapati sesuatu tentangnya, hubungi aku," Setelah berucap seperti itu pada anak buahnya, Christian pergi dari sana, berjalan keluar menuju pintu utama rumah. Sesampainya diluar ia langsung menuju garasi dan masuk ke dalam Audi R8 miliknya. Ia melajukan dan membawa mobilnya menuju sekolah Elvano yang tak jauh dari rumahnya. Lalu lintas tak begitu ramai, sehingga ia hanya menyetir menggunakan satu tangan. 'Canada ? 2 hari yang lalu ? dia sengaja menampakkan diri agar terlihat di kamera cctv. Dia berusaha mengecohku. Dia berharap aku akan pergi kesana untuk mencarinya. Dan saat aku kesana, dia akan pulang kesini. Ahh.. benar. Pasti seperti itu," ucap Christian dalam hati. Yang tadinya Christian memasang wajah datar, kini senyum kecil menghiasi wajahnya. Christian membelokkan mobilnya ke arah sekolah dasar swasta yang cukup terkenal. Ia membawa mobilnya masuk ke dalam sekolah. Ia berhenti di halaman sekolah. Sevelum keluar mobil, ia memakai kacamata hitamnya terlebih dahulu. Bukannya ingin sok keren, hanya saja ia ingin menutupi kantung mata hitamnya, akibat dari beberapa hari ini ia kurang tidur, menggunakan kacamata itu. "Uncle !!!" El berlari ke arah Christian. Christian tersenyum dan berjongkok menyamakan tingginya dengan bocah itu. "Bagaimana sekolah El hari ini ?" tanya Christian pada keponakannya yang ada didepannya itu. "Menyenangkan. Kemana saja ucle 5 hari ini ? Kenapa tidak pernah datang ke rumah ? El kan mau ajak uncle main. Main sama Daddy tidak seru," Christian tersenyum kecil mendengar perkataan El. Entah mengapa kepalanya tiba-tiba pusing. "Hari ini uncle akan main sama El. Tapi uncle gak bisa lama-lama," "Yeay !! Gak papa uncle. Yang penting uncle main sama El," Christian hanya diam. Kepalanya terasa sakit sekali. Tapi ia mencoba menahannya. "Uncle kenapa ?" ucap El saat melihat Christian meremas rambutnya. "Uncle hanya sedikit pusing. Ayo kita pulang," Christian bangun saat dirasa sakit kepalanya sedikit berkurang. El mengangguk setuju dan langsung berlari ke arah pintu penumpang. Ia masuk dan menggunakan sabuk pengaman. Begitu juga Christian ia masuk dan duduk dibelakang kemudi. "Kenapa uncle dan aunty tidak suka memakai sabuk pengaman ?" ucap El saat melihat Chriatian tidak memakai sabuk pengaman. Christian yang sedang menghidupkan mobilnya, langsung menoleh kearah El. "Uncle pernah sesekali menggunakan sabuk pengaman. Hanya saja sekarang uncle sedang malas," ucap Christian asal. Ia bingung harus mengatakan apa. Kepalanya terasa semakin sakit sekarang. Christian mematikan mesin mobilnya. Ia meremas kepalanya lebih kuat dari sebelumnya. El yang melihat Christian kesakitan seperti itu langsung merasa kasihan. "El akan telfon seseorang. Uncle tahan sebentar sakitnya ya," El lalu mengeluarkan hp dari tas sekolahnya. Hp pemberian Sania. Ia tak punya pilihan lain. Bocah itu terlihat dengan cepat melakukan instruksi yang diberikan Sania tempo hari dengan menekan no. 1 di hp itu. Dan itu cukup mudah dibanding harus mencari nomor di hp Christian yang tentu saja akan memakan waktu untuk bocah sepertinya. El tak pernah menggunakan hp itu sebelumnya. Ini adalah kali pertamanya. El menekan angka 1 di hp itu dan terdengar nada sambung. Tapi tidak dijawab oleh Sania. El lalu mencobanya lagi. Tapi tetap saja hanya terdengar nada sambung, tapi tidak diangkat oleh Sania. El terus mencobanya hingga Sania mengangkatnya di percobaan El yang ke 5. "Hallo El ada apa ? El gak papa, 'kan ?" "Hallo aunty. Aunty dimana ? Bisa tolong El sekarang," "Ada apa sayang ?" "Uncle pingsan di mobil. Tadi uncle sempat bilang kepalanya sakit. Sekolahan juga sudah sepi aunty. El harus gimana ?" "El tenang ya. El sekarang lihat keadaan uncle. Apa uncle memakai dasi ?" "Tidak," "Sekarang kunci pintu mobil dari dalam sayang. Cari tombol kecil berwarna hitam di pintu sebelah uncle," El melakukan perintah Sania. "Sudah," "Sekarang aunty akan kesana. Jangan kemana-mana dan jangan buka pintu mobil untuk orang asing. El mengerti," "Ya aunty," "Jangan matikan hp El okay. Aunty ingin hp El tetap hidup sampai nanti aunty datang. Dan juga setelah ini El harus menggosok tangan uncle sampai aunty datang. Mengerti sayang," "Ya aunty. Aunty cepat kesini ya. El takut uncle kenapa-napa," Dan setelah itu sambungan terputus. El memasukkan hpnya ke dalam tas. Ia langsung meraih tangan Christian dan menggosoknya pelan. "Kenapa tangan uncle dingin ? Uncle sadar dong. Jangan buat El takut," El terus menggosok tangan Christian, berharap uncle-nya itu segera bangun. • • • • • "Kau bawa kemana anakku Hah !!!" "Tenanglah sayang. Ada apa ? Kenapa kau marah-marah ?" "Kenapa El belum pulang Kev. Kau bawa kemana dia. Dia belum makan," "Benarkah. Dia tadi di jemput Christian," "Tapi dia belum makan. Bagaimana kalau dia lapar ?" "Tenanglah Al. Terakhir kau mengkhawatirkan El, ia baik-baik saja dan malah asyik bermain di taman bermain bersama Christian. Kau tau kan Christian itu sama seperti Sania. Dia suka sekali memanjakan El," "Semoga saja begitu. Awas kalau kau salah. Aku tak mau tidur lagi bersamamu," "Jangan begitu Al. Aku tak bisa tidur jika tidak memelukmu. Dan kalau nanti Christian datang jangan marahi dia ya. Dia sedang banyak pikiran belakangan ini," "Dasar perayu dan ya, tentu saja aku tak akan marah padanya. Yang akan aku marahi nanti adalah dirimu. Kenapa kau menyuruh orang lain untuk menjemput anakmu saat aku menyuruhmu tadi ? Dasar tidak bertanggung jawab," "Aku ada urusan sayang," "Ya ya.. tuan sibuk selamat menyelesaikan urusanmu lagi," Dan sambungan terputus. Alice tersenyum sambil melihat layar hpnya. Ia merasa seperti ABG yang sedang dimabuk cinta. Kevan selalu bersikap manis padanya. Benar kata Sania dulu. Meski Kevan seorang Mafia, dia sosok penyayang dan hangat. Dan sudah seminggu ini ia tidur bersama Kevan. Kevan selalu memeluknya erat hingga pagi. Seolah Alice akan meninggalkannya saat Kevan tidur. "Sifat yang baru ku ketahui darinya adalah dia sangat manja. Apa dia juga seperti itu pada Sania ? Ahh.. berhenti memikirkannya. Atau pipiku akan merona lagi dan diejek olehnya," Alice lalu melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda tadi. • • • • • Sudah hampir 1 jam El menggosok tangan Christian. Ia sudah menunggu Sania cukup lama disana. Tapi yang ditunggu tak kunjung datang. Satpam sekolahnya tadi juga menghampiri El. El terpaksa berbohong untuk menjawab pertannyaan satpam itu. Setelah satpam itu pergi, tinggalah El sendiri disana. El sekarang tengah menggosok tangan Christian sambil menatap curiga saat melihat orang-orang berpakaian hitam dari spion, tengah berjalan mendekati mobilnya. Dan El kenal salah satu orang dari mereka. Satpam sekolahnya !!! El menyesal tadi telah berbicara dengan satpam sekolahnya itu. Ternyata dia orang jahat. "Uncle.. ayo bangun. Ada orang jahat yang mau kesini, uncle," ucap El panik dengan sedikit mengguncang tubuh Christian. Tapi Christian tak merespon. El langsung membuka sabuk pengamannya dan menunduk bersembunyi dibawah. El terkejut saat orang-orang jahat tadi menggedor kaca mobil. Bagaimanapun juga ia hanya anak kecil, ia takut saat melihat wajah menyeramkan orang-orang itu. "Hei anak kecil !! Buka pintu mobil ini," El memejamkan mata dan menutup kedua telinganya karena takut saat mendengar teriakan penjahat itu. Entah berapa lama penjahat itu menggedor sambil berteriak. Saat El tak mendengar suara penjahat itu lagi ia memberanikan diri membuka matanya. "Uncle kemana ??" ucap El sedikit berteriak saat tak mendapati Christian di dalam mobil. El lalu bangun dan duduk lagi di kursi penumpang. Ia menengok ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Christian. Dan ketemu. Ia melihat di belakang sana uncle-nya terbaring di tanah dengan memegangi perutnya yang berdarah, dengan dikelilingi oleh penjahat-penjahat yang sudah tumbang tak sadarkan diri. El langsung turun dari mobil dan menghampiri uncle-nya itu. "Uncle !!!!!!" teriak El keras sambil berlari kearah Christian. El langsung jatuh bersimpuh di dekat tubuh Christian. "What happen with you ?" tanya El menahan tangis sambil menyentuh lengan Christian. Christian hanya tersenyum sebagai jawaban kepada El, setelah itu ia pingsan. "Uncle wake up !!! Please.. !!" teriak El menangis. Sania hanya diam melihat kejadian yang ada didepannya. Sepertinya, selama 1 minggu kepergiannya banyak hal yang telah berubah. Salah satunya seperti yang dilihatnya sekarang. El dan Christian terlihat sangat dekat, sampai El menangis saat melihat Christian terluka. "Uncle tidak papa sayang. Dia hanya pingsan," ucap Sania menenangkan El. El hanya diam, tak merespon Sania. Sebenarnya ia sendiri tak tahu apakah Christian baik-baik saja. Tusukan pisau penjahat tadi cukup dalam di perut Christian. Christian mendapat luka itu karena menyelamatkan Sania yang hendak ditusuk dari belakang oleh penjahat. Untung saja tadi, Christian bangun tepat waktu dan bisa menyelamatkan Sania. "El. Sudah sayang, jangan menangis," ucap Sania lagi. Dan tetap sama. El tak merespon Sania. El malah memberikan tatapan dingin pada Sania. Sepertinya bocah itu marah pada Sania. 'Kenapa El menatapku seperti itu ? Astaga !! Sekarang apa yang harus kulakukan ? Aku tak bisa mengangkat tubuh Christ sendirian. Siapa saja tolong aku !!' ucap Sania gusar dalam hati. • • • • • "Bagaimana keadaannya dokter ?" ucap Sania saat dokter keluar dari ruang ICU. Ya. Akhirnya Sania berhasil membawa Christian ke rumah sakit dengan dibantu oleh tukang kebun sekolah yang kebetulan kembali ke sekolah untuk mengambil barangnya yang tertinggal. "Dia baik-baik saja. Hanya saja, pemulihan luka tusuk diperutnya akan membutuhkan waktu cukup lama, karena lukanya cukup dalam. Anda bisa menemuinya jika dia sudah dipindahkan keruang rawat, nanti. Kalau begitu aku permisi," ucap dokter itu ramah. "Terima kasih dokter," ucap Sania pada dokter. Dokter itu mengangguk dan tersenyum, lalu pergi dari sana. Sania kini beralih menatap El yang tengah duduk menunggu di kursi. Terlihat bocah itu hanya diam dan memasang wajah datarnya. Entah apa yang dipikirkan bocah itu sekarang. Sania berjalan mendekat kearah El. Ia ingin mencari jawaban akan suatu hal. Benar. Tentang apa arti tatapan dingin El padanya seperti itu. Itu sangatlah menyakitkan. Untuk pertama kalinya bocah kesayangannya itu menatapnya penuh benci seperti itu. "Tidak apa sayang. Uncle baik-baik saja sekarang," ucap Sania mencoba menenangkan El. Tapi bocah itu tetap pada posisinya. El terlihat sekali sengaja mengacuhkannya disana. "Apa El marah pada aunty ? Jika El marah karena aunty membuat El menunggu 1 jam lamanya, aunty minta maaf. Aunty berada ditempat cukup jauh dari sini. Jadi____" "El sedang tidak ingin berbicara sekarang," ucap El singkat. Sania hanya diam setelahnya. Ia tahu bocah itu sedang merajuk sekarang. Ini pertama kalinya El merasa kesal padanya. "Sebentar lagi daddy dan mommy datang. Aunty harus pergi sekarang. El berani kan menemani uncle sendiri sampai daddy datang," El tetap diam dan tak merespon saat mendengar perkataan Sania. Sania menghela nafas beratnya saat melihat El hanya diam tak meresponnya. Ia lalu berdiri dari duduknya, memutuskan untuk pergi meninggalkan El sendiri disana. Karena memang ya, waktunya sanagat terbatas sekali sekarang. Tapi baru beberapa langkah, Sania langsung berhenti karena mendengar perkataan El. "Jangan melakukan ini lagi, Aunty," Sania langsung menoleh kebelakang. Ia melihat El tetap diposisinya, tapi kini El menatap kearahnya. "Apakah sangat sulit untuk mengucapkan selamat tinggal ?" tanya El pada Sania. Sania hanya diam ditempatnya. "Apa aunty selalu melakukannya ? Meninggalkan orang saat mereka tidak sadar. Tahukah aunty bagaimana rasanya diperlakukan seperti itu ? Setiap aunty datang ke rumah El dulu, aunty juga sering melakukannya. Pergi saat El sudah tidur. Benar, 'kan ?" Sania mematung ditempat. Perkataan El melukai hatinya. Ia tidak tahu jika El merasa terluka seperti itu. Sania berjalan menghampiri El. Ia lalu duduk di dekat El. Saat Sania ingin menyentuh kepala El, tangannya ditepis oleh El. "Ada apa sayang ? Jangan seperti ini kepada aunty," ucap Sania pelan. "Jangan tinggalkan uncle seperti aunty meninggalkan El. Cukup El yang merasa sedih saat ditinggal aunty. Uncle yang sedang sakit rela melindungi aunty dari penjahat sampai terluka. Apakah dengan meninggalkan ucle yang masih tidur adalah cara aunty berterima kasih padanya. Dan akan kemana lagi aunty setelah ini. Berapa lama lagi aunty akan pergi ? El kira, setelah El bertemu daddy, kita akan selalu bersama-sama dan tinggal dirumah yang sama. Tapi aunty tetap sering pergi," Sania kembali terdiam. Setelah mendengar El berbicara, kini ia tahu apa yang terjadi. Ia tak menyangka tabiat buruknya yang sering pergi saat El sudah tidur dulu berakibat buruk pada El seperti sekarang. Hingga membuat hati bocah itu lebih terluka dari apa yang dirasakannya. Sania menatap bocah itu sendu. El sekarang tengah membuka tasnya hendak mengambil sesuatu. "El kembalikan ini pada aunty. Sekarang terserah aunty mau pergi atau disini," ucap El mengembalikan hp pemberian Sania dulu. Setelah Sania mengambil hp yang disodorkan bocah itu, El lalu berdiri dari duduknya, dan berjalan mengikuti suster yang mendorong ranjang Christian. Sania menatap kepergian El dengan tatapan sendu. Rasanya ia ingin menangis sekarang. Ia tak bisa menjelaskan apa penyebab dirinya tak berada dirumah. El pasti tak akan mengerti jika ia mengatakan hal yang sesungguhnya. Sania berdiri dari duduknya. Ia memakai kacamata hitam yang ada ditangannya. Memang, kacamata itu tak bisa membantu menyembunyikan wajahnya, tapi setidaknya itu nembantu menutupi matanya yang berkaca-kaca sekarang. Ia lalu berjalan pergi dari sana. Ia berjalan dengan sedikit menundukkan kepalanya. Sebenarnya, ia ingin pulang sekarang. Ia rindu rumahnya. Ia rindu kakaknya. Tapi ia tidak bisa dan bisa dikatakan tidak mungkin untuknya bisa pulang sekarang. Karena tak terlalu memperhatikan jalannya, Sania menabrak orang dan hampir terjatuh. Beruntung, orang yang ditabraknya menangkap tubuhnya. Tubuh Sania seketika menegang, saat mengetahui siapa yang menangkap tubuhnya. Sania mencoba berdiri menegakkan tubuhnya lagi. "Kalian pergilah dulu. Kurasa hp ku tertinggal di mobil," ucap orang yang ditabrak Sania pada beberapa pria di belakangnya. Beberapa pria tadi langsung patuh, dan pergi dari sana. Kini tersisa Sania dan orang yang ditabraknya itu. "Kau tak mau memeluk kakakmu ini. Apa kau tak rindu padaku San, ?" Ya. Yang ditabrak Sania tadi adalah Kevan. Sania langsung memeluk kakaknya itu erat. Ia sangat merindukan itu. Tubuh hangat kakaknya yang mendekapnya erat. Tak terasa, air mata Sania mengalir dengan sendirinya. Sania sangat merindukan kakaknya itu. Ia ingin berbagi banyak cerita dengan pria dipelukannya itu sekarang. Kevan membalas memeluk Sania erat, ia juga merindukan adiknya yang selalu mengganggu dan merengek kepadanya itu. 1 minggu adalah waktu terlama keduanya berpisah. Keduanya tak pernah berpisah selama ini sebelumnya. "Ayo kita cari tempat mengobrol," ucap Kevan sambil melepas pelukan keduanya. Sania langsung mengusap sisa air mata dikedua pipinya. Ia tersenyum hangat pada kakaknya. "Aku sangat ingin melakukannya, tapi aku tak bisa. Aku sudah terlalu lama keluar, James akan mencariku nanti," Kevan mengernyit setelah mendengar perkataan Sania. "James ? Siapa dia ? Seingatku kau tak pernah bercerita tentang pria bernama James," Sania terdiam. Ia sudah salah bicara. Sekarang bagaimana dia menjawab pertanyaan kakaknya itu. "San, jawab aku," ucap Kevan mengguncang bahu Sania. Sania tetap sama. Ia hanya diam tak berniat menjawab. "Sejak kapan kita menyimpan rahasia seperti ini San. Astaga !!! Apa susahnya menjelaskan siapa itu James ?" ucap Kevan frustasi saat melihat Sania hanya diam. "Kev, jangan paksa aku kali ini. Aku sungguh tak bisa memberitahumu apa-apa sekarang," Sania kembali memeluk kakaknya itu. Ia memeluknya lebih erat. Ia ingin menyimpan aroma kakaknya itu didalam ingatannya. Aroma yang entah kapan dapat dihirupnya lagi. Sania menangis dalam pelukan Kevan. Kevan membalas pelukan adiknya. Ia mengelus punggung Sania, mencoba menenangkan adiknya itu. "Seandainya 1 minggu lagi aku masih belum pulang, aku minta padamu untuk jangan mencariku dan jangan khawatirkan aku. Bayangkan saja aku ada didepanmu dan dalam keadaan baik-baik saja," ucap Sania menangis dipelukan kakaknya. Sedangkan Kevan. Ia hanya berdiri diam karena bingung. Ia tak mengerti apa yang dibicarakan adiknya itu. "Aku menyanyangimu Kev. Selalu begitu sampai kapanpun," ucap Sania melepaskan pelukannya. Ia lalu mencium pipi Kevan bergantian. Sania menatap dan mengelus pipi kakaknya sayang. "Nona ... Mr. McGaulle sudah menunggu anda," ucap seorang pria dibelakang Sania. "Aku pergi Kev," ucap Sania lalu berjalan pergi meninggalkan Kevan sambil membersihkan sisa air matanya, dan diikuti oleh pria yang ada dibelakang Sania tadi. Kevan menatap kepergian Sania dengan memasang ekspresi datarnya. Ia tahu Sania merasa tertekan dan ketakutan sekarang. Tapi kenapa Sania takut ? Siapa yang membuatnya takut ? Itulah yang menjadi pertanyaan Kevan sekarang. 'Jika kau tak bisa memberitahukannya padaku, aku akan mencari tahu semuanya sendiri San. Hanya kau keluarga yang ku punya. Kita akan selalu bersama. Tak peduli apapun yang terjadi aku akan membawamu pulang, meski apapun penghalangnya nanti, tak akan kubiarkan kau terus merasa tertekan dan ketakutan seperti itu,' • • • • • "Aku bertanya padamu untuk terakhir kalinya. Dimana Sania ?" ucap Christian berteriak kepada Kevan yang tengah duduk disofa yang ada dikamar rawat Christistian. Kevan hanya diam. Ia sekarang tengah fokus membaca sesuatu di ipad miliknya. "Kev, aku bicara padamu. Tolong jawab aku. Dimana Sania ? Tadi dia yang membawaku kesini kan ? Sekarang dimana dia ?" ucap Christian lagi dan kini membuat Kevan memutar boa matanya kesal dan menatap kearahnya. "Dia pergi," ucap Kevan singkat lalu kembali fokus pada ipad-nya. "Pergi kemana ? Kenapa dia pergi begitu saja ? Tanpa berpamitan padaku ? Tanpa mengatakan sepatah katapun padaku ?Setidaknya dia mengucapkan terimakasih padaku karena.............." Christian terus berbicara tanpa henti, tapi Kevan tak menggubrisnya. Kevan seakan menulikan telinganya seolah tak mendengar apa-apa. Kevan lebih tertarik dengan apa yang dibacanya sekarang. Ia sedang mencari informasi tentang siapa pria bernama James yang dikatakan Sania. James Anthony McGaulle. Seorang Miliuner kaya asal Eropa. Pebisnis berdarah campuran Eropa-Rusia ini merupakan pemilik perusahaan besar yang selalu menjadi sorotan publik karena kesuksesan yang diraihnya. Pemilik perusahaan J.M Corp disebut-sebut memiliki sifat kejam dan teliti dalam berbisnis. J.M Corp sendiri adalah perusahaan yang bergerak banyak dibidang, seperti obat-obatan, minuman keras, properti dan masih banyak lagi. Perusahaan J.M Corp sudah menguasai pasar di negara-negara besar seperti Rusia, Jepang, Cina, Eropa, dan Amerika. Setelah membaca artikel tadi, Kevan langsung mengernyit bingung. "Christ, apa perusahaanmu bekerja sama dengan J.M Corp ?" ucap Kevan pada Christ yang belum berhenti berbicara. "Tidak. Perusahaan itu sangat sulit untuk diajak bekerja sama. Selain perusahaannya yang pemilih dalam mencari partner, CEO perusahaan itu terkenal kejam. Dan dari rumor yang kudengar, CEO itu menyeramkan seperti seorang psikopat," jawab Christian membuat Kevan mengangguk mengerti. Kevan lalu kembali pada Ipadnya dan mencari artikel lain tentang James. Ia menemukan artikel yang baru-baru ini terbit. Ia langsung membuka artikel itu dan membacanya. Baru baru ini Mr. McGaulle melakukan kunjungan ke Canada untuk meninjau beberapa perusahaannya yang ada disana. Tapi ada pemandangan yang tak biasa terlihat selama dia di Canada. Ia terlihat membawa seorang wanita dalam kunjungannya kali ini. Siapakah dia ? Apakah dia kekasih Mr. McGaulle ? Kevan terdiam saat melihat foto diartikel itu. Meski tak begitu jelas, ia mengenali siapa yang ada di foto itu. Kevan langsung membanting Ipadnya ke lantai. Tak hanya itu, ia juga menginjak dengan keras Ipad yang sudah tergeletak dilantai sampai hancur. "Hei !!! Ada apa denganmu ?" ucap Christian terkejut melihat aksi Kevan. Kevan hanya diam. Ia tak menggubris Christian. Ia sangat marah setelah melihat foto tadi. Foto yang memperlihatkan Sania dan Mr. McGaulle atau yang lebih Kevan kenal dengan nama MJ, anak dari mafia yang dulu pernah membantu Kevan dan Sania saat dulu mereka berada dijalanan. Karena bantuan ayah MJ, Kevan bisa menjadi mafia besar dan punya banyak uang untuk mengambil kembali aset-aset keluarganya yang diambil oleh orang-orang licik yang menjadi teman dan partner kerja ayah mereka dulu, saat orang tua mereka meninggal. 'Jadi ini yang tak bisa kau katakan padaku San, hanya karena kau takut aku akan marah khawatir. Bagaimana dan dimana kau bisa bertemu dengan MJ San, ??? Sekarang bagaimana ? Dari dulu dia terobsesi padamu, karena itulah aku membatasimu keluar rumah. Aku tak ingin kau bertemu dengannya lagi. Sekarang kau sudah tertangkap, aku tak tau cara melepaskanmu darinya. Aku akan mencoba bicara pada Tuan Alex, kuharap dia mendengarkan aku dan mau membantuku sekali lagi,' Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN