Setelah seharian menghabiskan waktu dengan menceritakan seluruh kisah hidupnya, sekarang Dragon sudah bisa beristirahat, sehingga dia tertidur dengan sangat nyenyak, bersama Gill dan Glauss di Desa Eijin, yakni tempat Tatsui berasal. Nanti Lusa, Dragon dan kawan-kawannya akan melanjutkan perjalanan menuju ke Istana Nexus.
Malam haripun telah berlalu, kini matahari pagi sudah bersinar menerangi seluruh penjuru Negeri Azhuloth, termasuk wilayah Kerajaan Nexus tempat dimana Raja Velodrian dan Tuan Putri Reina berada. Saat itu, sang Putri terlihat sedang berdiri melamun di atas balkon Istana, sambil menatap pemandangan Ibukota Kerajaan Nexus, yang merupakan wilayah paling megah di seantero Negeri Azhuloth.
Ketika Putri Reina sedang memikirkan sesuatu dengan serius. Beberapa saat kemudian, seseorang mulai menghampirinya dari belakang, Yakni ayahnya sendiri, Sang Raja Velodrian.
Sang Raja bertanya kepada anaknya tersebut. “Putriku, sedang apa kau disini?”
“Ayahanda ... A- aku tidak sedang melakukan apapun.” Jawab Putri Reina yang merasa sedikit terkejut atas kedatangan ayahnya.
“Apakah kau sedang melamun? Hmm ... Tak biasanya.”
“Memangnya kenapa ayah?”
“Kau biasanya selalu beraktivitas di luar dan tidak suka berlama-lama di dalam Istana ... Apa mungkin, kau sedang menunggu kedatangan dari seseorang?” Tanya Raja Velodrian.
“Apa?? Ti- tidak, aku tidak sedang menunggu siapapun.”
“Jangan bohong, kau tidak bisa berbohong pada ayahmu ini.” Ucap Raja Velodrian sambil tersenyum.
Lalu Putri Reina terdiam sejenak. “Hmm ... Ya, sudah 3 hari sejak aku berpisah dengan Dragon di Tebing utara.” Jawab Putri Reina.
“Hmm begitu ya ... Kau sudah menyuruhnya untuk datang kesini, iya kan? Jadi jangan khawatir, dia pasti datang.” Tanya Raja.
“Iya, Tapi Aku takut jika dia sampai tidak menepati janjinya.” Jawab Putri.
“Hmm ... Jangan terlalu khawatir, dia itu adalah orang yang hebat dan pemberani. Selain itu, Dragon juga merupakan orang yang telah dipilih oleh kalung Ghistory. Dia pasti akan menepati janjinya.”
“A- apakah menurut ayah, dia merupakan orang yang akan membawa kedamaian pada negeri Azhuloth?” Putri bertanya lagi.
“Hmm, ya. Itulah yang ayah yakini.” Ucap Raja Velodrian kepada Putrinya.
"Itu artinya dia akan terus menerus berada dalam bahaya?"
"Ayah tidak bisa menyangkal hal itu, tapi untuk bisa menyelamatkan negeri Azhuloth dari kekuatan jahat, kita memang harus menempuh jalan yang berbahaya ... Maka dari itu, takdir besar yang harus diemban oleh Dragon memang tidaklah mudah."
“Hmm, baiklah ayah.” Jawab Putri Reina sambil kembali murung.
"Tapi jangan khawatir, karena Kerajaan Nexus pasti akan selalu bersedia untuk membantu sang Kesatria naga yang selanjutnya." Ucap Raja Velodrian sambil tersenyum.
Lalu tiba-tiba terdengar suara keributan dari luar, atau lebih tepatnya dari arah gerbang Istana, saking hebohnya suara keributan itu bahkan Raja dan Putri Reina Langsung merasa kaget dibuatnya, oleh karena itu mereka segera menghampiri sumber keributan yang semakin lama jaraknya semakin mendekat hingga ke dalam Istana.
Sambil berjalan cepat, Putri dan Raja bertanya-tanya di dalam benak mereka, "apa yang sebenarnya sedang terjadi?"
Lalu Sesampainya Putri dan Raja di halaman depan Istana, mereka seketika tersentak kaget, hal itu disebabkan karena adanya kejadian yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Yakni kedatangan dari jasad seseorang yang sangat penting bagi Kerajaan Nexus.
Di hadapan mereka, ada sekumpulan Prajurit berpakaian lusuh yang tiba di Gerbang Istana sambil membawa jasad seseorang diatas tandu. Jasad Orang yang berada di atas tandu itu terlihat mengalami luka yang sangat parah di sekujur tubuhnya, namun luka yang paling parah ada pada lengan Kanannya, yang telah putus. Dan orang yang sedang dibawa oleh tandu tersebut tak lain tak bukan adalah sang Kesatria agung Tomb hayes.
Kepulangan dari jasad sang Kesatria agung beserta seluruh Prajurit penjaga perbatasan itu, tentunya sangat menggemparkan bagi seluruh rakyat di Kerajaan Nexus, karena kepulangan mereka itu sekaligus membawa kabar buruk serta kabar duka bagi Kerajaan Nexus. Diawali dengan kenyataan bahwa sang Kesatria agung telah kehilangan nyawa dalam pertarungannya melawan Hebi (Salah satu anggota Emperors unity).
Putri Reina dan Raja Velodrian Seketika merasa lemas di sekujur tubuh mereka karena tak kuat menahan rasa sedih bercampur kaget. Sedangkan Jenderal Eagle yang juga sedang berada disana, segera bertanya kepada salah satu Prajurit perbatasan yang tiba bersama jenazah sang Kesatria agung.
“To- tolong, jelaskan padaku apa yang sudah terjadi?” Tanya Jenderal.
Kemudian, dengan perasaan sedih, Prajurit tersebut mulai menjelaskan. “He- Hebi, monster berkekuatan mengerikan itu tiba-tiba saja hadir ketika Kesatria agung Tomb telah berhasil memukul mundur pasukan Gold one ... Lalu setelah menyuruh kami semua untuk lari, Kesatria agung Tomb langsung berhadapan dengan Hebi seorang diri saja, dan mereka berdua bertarung secara habis-habisan di area itu, sampai-sampai benteng perbatasan Kerajaan kita menjadi hancur ... Dengan mengerahkan seluruh kemampuan yang dimilikinya, Kesatria agung Tomb berhasil memberikan perlawanan yang sangat menyulitkan bagi Hebi, bahkan beliau hampir bisa mengalahkan Hebi. Namun karena tubuh Hebi dapat terus beregenerasi secara cepat, jadi pertarungan tersebut seakan tidak seimbang, dan tidak ada habisnya ... Lalu, setelah melakukan pertarungan selama berhari-hari, Kesatria agung Tomb yang sudah kehabisan banyak tenaga, akhirnya- Hu hu ...” Si Prajurit tersebut tidak bisa meneruskan kalimatnya karena dia merasa sedih, kemudian dia menangis sambil menunduk.
Jenderal Eagle segera mengusap pundak Prajurit tersebut sambil menenangkannya, lalu Raja Velodrian segera memerintahkan kepada para Prajurit perbatasan untuk membersihkan diri dan beristirahat di Istana, sedangkan mengenai jenazah Kesatria agung Tomb akan diurus oleh para Prajurit khusus yang ada di Istana, untuk kemudian akan segera dikebumikan di makam para pahlawan Kerajaan Nexus.
Putri Reina bertanya kepada salah satu Prajurit Istana mengenai dimana keberadaan tiga Kesatria badai Nexus saat ini, terutama Rizu. Lalu si Prajurit menyebutkan bahwa Rizu, Arci, dan Holdi saat ini sedang melawan sindikat bandit di daerah selatan Ibukota. Lalu tanpa pikir panjang, Putri Reina segera menunggangi kuda untuk bergegas menemui Rizu disana.
Tak lama kemudian, sesampainya putri di tempat tujuan, Putri Reina melihat Rizu, Arci, dan Holdi yang sedang mengikat para bandit di dekat bangunan yang sudah ambruk akibat dari pertarungan yang sudah mereka langsungkan. Tiga Kesatria badai Nexus terlihat sedang saling berbicara antara satu sama lain.
“Sudah kubilang kan, jika di wilayah pemukiman warga, kita tidak perlu menggunakan kekuatan kita secara berlebihan. Karena hal itu dapat menyebabkan kekacauan dan kepanikan.” Ucap Rizu kepada kedua temannya.
“Tapi kan hal itu ada bagusnya juga, jika semua warga menjauh kita jadi lebih leluasa dalam menghadapi mereka semua.” Jawab Arci.
“Ya Rizu, para bandit itu memiliki kekuatan yang tidak main-main, maka dari itu aku harus bertarung secara habis-habisan.” Ujar Holdi.
“Hmm, kalian ini memang tidak bisa diberitahu.” Ucap Rizu.
Ketika mereka bertiga sedang dalam keadaan sibuk, tiba-tiba saja mereka kedatangan tamu yang akan memberik pesan mengejutkan, yakni Putri Reina. Mereka tidak menyangka bahwa Tuan Putri akan menemui mereka disana, karena mereka mengira bahwa saat ini Putri masih murung di kamarnya. Tetapi ada yang janggal dari ekspresi wajah Putri Reina ketika dia berjalan menghampiri mereka, hal itu membuat tiga Kesatria badai Nexus jadi merasa heran dan bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi pada Tuan Putri?
Kemudian Rizu segera menghampiri Putri Reina sambil berjalan dengan pelan, dan saat mereka berdua sudah semakin dekat, lalu Putri mulai berbicara dengan nada terisak kepada Rizu.
“Rizu ... A- ayahmu.” Ucap Tuan Putri kepada Rizu.
Rizu hanya melongo sambil merasa terkejut atas ucapan dari Putri Reina tersebut, setelah sempat berdiri terpaku, Tiba-tiba saja Rizu segera berlari meninggalkan mereka, dia pergi menuju ke Istana. Bahkan Putri Reina pun dia lewati begitu saja.
Rizu berlari dengan tergesa-gesa supaya dia bisa melihat keadaan ayahnya, yang merupakan sang Kesatria agung.
Ya, Rizu adalah anak dari Kesatria agung Tomb Hayes. Bagi Rizu, ayahnya adalah orang yang paling dia hormati lebih daripada siapapun, karena selama ini ayahnya telah menjaga dan mendidik Rizu dengan baik, hingga dia bisa menjadi seorang Kesatria di Kerajaan Nexus. Kesatria agung Tomb juga merupakan sosok ayah yang menginspirasi Rizu supaya dia terus berusaha mengejar cita-cita untuk menjadi Kesatria terhebat di Kerajaan Nexus. Tapi disamping semua itu, tentu saja Kesatria agung Tomb merupakan sosok paling berharga yang sangat dia sayangi.
Singkat cerita, Sesampainya Rizu di Istana, dia segera memasuki ruangan tempat dimana jenazah ayahnya berada. Di ruangan tersebut, ada Raja Velodrian dan Jenderal Eagle yang sedang berdiri di dekat jenazah sang Kesatria agung.
.Rizu segera memberi hormat kepada Raja dan Jenderal, setelah itu dia berjalan masuk sambil bertanya, “Apakah ibuku sudah tahu mengenai hal ini?”
“Ya, para Prajurit sudah dikirim untuk menjemputnya. Sebentar lagi dia pasti akan datang kesini.” Kata Jenderal Eagle menjawab pertanyaan dari Rizu.
Setelah itu sang Raja langsung memberikan ucapan maaf. “Rizu, maafkan aku. Karena kesalahanku, ayahmu jadi ...”
Tapi sebelum Raja menyelesaikan kalimatnya, Rizu segera berucap. “Jangan yang mulia ... Jangan salahkan diri anda. Ayahku, telah meninggal ketika sedang menjalankan tugas ... Dia telah meninggal dengan cara yang terhormat.” Ucap Rizu secara tegas. Dia terlihat begitu tegar ketika sedang mendekati sambil memperhatikan tubuh ayahnya yang sudah tak bernyawa, sebagai seorang Kesatria pemberani dia memang sudah seharusnya bersikap seperti itu.
“Rizu, jika ada yang bisa kami lakukan untukmu, tolong beritahu kami.” Kata Jenderal Eagle kepada Rizu.
“Jika boleh, aku ingin berada disini sendirian untuk sejenak.” Jawab Rizu.
“Baiklah.” Ucap Raja, sambil mengajak Jenderal Eagle untuk meninggalkan ruangan tersebut, supaya Rizu bisa punya waktu berdua saja bersama jenazah ayahnya.
Lalu setelah kini Rizu hanya sendirian, dia segera menundukkan kepala sambil berusaha menahan rasa sedih yang teramat sangat. Air mata mulai mengucur membasahi pipinya, dan seluruh tubuhnya mulai gemetar, rasanya dia seakan ingin menjerit sekencang-kencangnya, tetapi dia tidak bisa. Karena ayahnya selalu mengajari Rizu bahwa “Jadi anak laki-laki itu tidak boleh cengeng, dan harus selalu kuat supaya bisa melindungi yang lemah dan tak berdaya.”
Tapi saat Rizu kembali memikirkan kata-kata dari ayahnya itu, air matanya malah keluar semakin banyak, karena dia jadi semakin mengingat sosok dari sang ayah. Kini orang yang paling dihormatinya itu sudah tiada, tidak ada lagi orang yang dapat dia mintai saran ataupun dia temui ketika dirinya berprestasi. Namun walaupun begitu, dia tahu, bahwa di alam sana, ayahnya masih akan tetap mengawasi dirinya dan merasa bangga terhadap dirinya, itulah yang Rizu yakini.
Beralih dari Rizu dan kematian sang Kesatria agung Tomb Hayes. Sementara itu, di suatu lembah, atau lebih tepatnya di sebuah bangunan besar yang berada tepat di tepi jurang. Terdapat aktivitas yang sangat misterius disana, dari mulai terdengarnya suara jeritan orang kesakitan sampai terdengarnya suara raungan hewan-hewan buas, namun semua suara itu tidak terdengar cukup sering dan hanya muncul sesekali saja, sehingga setelah semua suara jeritan itu sudah berakhir, maka suasana di tempat tersebut kembali hening seperti tidak ada hal apapun yang telah terjadi.
Rupanya, tempat itu adalah pusat penelitian milik Grim claw, yang di dalamnya sedang dilakukan percobaan-percobaan serum hybrid terhadap manusia. Namun disamping semua hal itu, bangunan tersebut merupakan tempat Grim claw sedang berada saat ini, atau lebih tepatnya dia sedang berada di dalam kantor pribadi miliknya. Namun tampaknya saat ini dia juga tidak sendirian, karena ada satu orang lagi yang sedang berdiri di hadapannya dengan penampilan lusuh, dan kondisi tubuh yang memperihatinkan, orang tersebut rupanya adalah Mailon.
Grim claw (Salah satu anggota Emperor’s unity)
Mailon (Mantan anak buah Stellan Flaur)