Syfo membunyikan klakson mobilnya dua kali sebagai kode meminta dibukakan pintu gerbang rumah pada penjaga rumahnya. Aries akhirnya meminta pada Syfo untuk kembali mempekerjakan seorang penjaga rumah, setelah memecat penjaga rumah yang sebelumnya karena Aries tidak suka ada pria lain tinggal di rumahnya. Supaya penjaga rumah baru bernama Pak Mamad itu tidak masuk ke dalam areal rumah inti, Aries membangun sebuah pos penjagaan di dekat pintu gerbang rumahnya. Sehingga Pak Mamad tidak perlu tinggal di dalam rumah seperti penjaga rumah yang sebelumnya.
Setelah memarkir mobil di samping Audi hitam mengkilat milik Aries, Syfo keluar dari mobil dan menjaga derap langkahnya saat memasuki rumah. Dia bahkan melepas sepatunya supaya hentakan dari heels setinggi tujuh senti itu tidak membuat bising rumah. Dia lihat Aries sedang duduk di sofa panjang depan televisi. Syfo menghampiri untuk menyapa Aries.
Sambil meletakan tas jinjing di atas meja kopi Syfo bertanya. “Tumben udah di rumah jam segini?” lalu ikut duduk di samping Aries seraya melepas blazernya.
“Iya, tadi dari kantor langsung pulang.”
“Kamu udah makan?”
“Udah, tadi disiapin Bi Yana,” jawab Aries datar.
Mengerti Aries sedang tidak ingin berbasa basi dengannya Syfo bangkit dari sofa. “Aku ke kamar dulu,” ujarnya sambil memungut tas serta blazernya.
Di dalam kamar mandi Syfo melepas semua atribut yang menempel di tubuhnya, menyisakan pakaian dalam lalu mulai membersihkan sisa riasan di wajahnya. Perbuatannya itu membuat luka serta lebam yang ada di wajahnya akibat pukulan Aries kemarin malam tampak jelas. Syfo meringis saat menyentuh luka yang tadi ditanyakan oleh Lekha. Dalam kondisi seperti ini dia masih saja terus membela Aries di depan sahabatnya itu. Mengenyahkan sisa obrolannya dengan Lekha tadi siang, Syfo memutuskan untuk berendam air hangat di bathtub dengan busa sabun melimpah, sebelum menghadapi Aries kembali. Dia berharap semoga emosi Aries sudah lebih terkendali.
Cukup lama Syfo menghabiskan waktu di dalam bathub, bahkan membuatnya terlelap selama beberapa saat hingga terdengar gedoran dari pintu kamar mandi. Membuatnya terjaga demi menjawab gedoran tersebut.
“Ya, Ris? Kenapa?” jawab Syfo menyudahi acara berendamnya malam ini. Dia beranjak dari bathub lalu melangkah menuju tabung shower untuk membersihkan tubuhnya dari sisa sabun.
“Nggak apa-apa. Cuma mastiin aja. Takut kamu kenapa-kenapa di dalam kamar mandi. Udah lama banget soalnya,” balas Aries.
“Iya ini udah selesai,” jawab Syfo meraih jubah mandi lalu memakainya sebelum keluar dari kamar mandi.
Keluar dari kamar mandi Syfo melihat Aries sedang berbaring di atas ranjang dengan posisi telentang, melipat tangan di bawah kepala sambil menatap langit-langit kamar. Tatapan mereka bertemu di satu titik. Tidak ada kehangatan dalam tatapan keduanya seperti saat awal-awal pernikahan mereka. Syfo melanjutkan langkah menuju walk in closet untuk berganti pakaian. Mengenakan baju tidur model lingerie sexy bahan satin warna maroon dengan aksen renda di sekitar dadanya, Syfo keluar dari walk in closet.
Syfo sadar Aries sedang menatapnya secara intens, memandangi lekuk tubuh di balik gaun tidur yang dikenakannya. Namun dia tak mengacuhkan, memilih terus mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Syfo membiarkan Aries terus memerhatikannya, sementara dia menyisir rambut sebahunya dan melakukan rutinitas perawatan wajah malam hari. Dia bisa merasakan tatapan itu dari sudut matanya. Dia tahu apa yang diinginkan oleh Aries dalam tatapannya itu. Meski rumah tangga mereka semakin hari kian dingin, tapi gairah di ranjang tetap hangat. Syfo tidak bisa mengelak soal satu itu. Meski Aries kerap memperlakukannya dengan kasar ketika di ranjang selama beberapa tahun terakhir, Syfo masih menikmati kebersamaan mereka. Aries benar-benar punya pesona tersendiri baginya. Pria itu meski terlihat dingin tapi tampak seksi dan menawan di mata Syfo. Well, memangnya ada alasan yang lebih kuat lagi saat Syfo menerima lamaran romantis ala Aries sepuluh tahun lalu, selain karena pesona rupawannya?
Sepuluh tahun lalu Aries melamarnya secara romantis di sebuah restoran western favorit Syfo. Aries membawa buket bunga berisi mawar merah sebanyak 25 kuntum sesuai usia Syfo, yang telah dihias sedemikian rupa, lengkap dengan cincin emas putih bertahtakan berlian di atasnya. Aries melamar Syfo di atas panggung tempat life music dan di depan para tamu yang kebetulan datang berkunjung malam itu. Dari sekian hal romantis yang pernah dilakukan oleh Aries untuknya, momen lamaran itu adalah salah satu yang sulit dilupakan oleh Syfo. Yah, Aries memang pria hangat yang menjunjung tinggi nilai-nilai romantisme. Dia tidak segan menunjukkan keromantisannya dengan Syfo di depan khalayak. Aries benar-benar sangat mencintai Syfo, begitupun sebaliknya. Keduanya saling melengkapi sejak hubungan romantis di antara mereka terjalin dua tahun sebelum memutuskan untuk menikah.
Kedua keluarga mereka memang sudah lama saling kenal bahkan menjalin hubungan bisnis. Perusahaan orang tua Aries beberapa kali menggunakan jasa konstruksi yang dimiliki oleh Khawas Group dalam pembangunan salah satu gedung dan kompleks ruko milik orang tua Aries. Bahkan Aries sendiri bisa bekerja di perusahaan Khawas Group berkat hubungan baik orang tuanya dengan orang tua Symphony di masa lampau dan juga karena dia sendiri menjalin hubungan romantis dengan Symphony tentunya.
Setelah mereka memutuskan menikah Luthfi Khawas, kakak laki-laki Symphony, tidak segan-segan memberikan kedudukan sebagai direktur salah satu departemen dalam struktur organisasi Khawas Group pada Aries. Ditambah berkat dukungan dari Symphony jugalah Aries bisa mencapai posisi tinggi itu dengan mudah.
Syfo melirik dari sudut matanya saat ini Aries sedang turun dari ranjang dan berjalan ke arahnya. Beberapa detik kemudian Aries sudah berdiri di belakang Syfo, kedua lengan kokohnya lantas memeluk Syfo dari belakang.
“Kamu wangi banget, sweetheart,” bisik Aries dengan suara serak yang terdengar begitu seksi dari balik telinga Syfo.
Syfo meletakkan sisirnya di atas meja rias. Dia mengusap lengan Aries yang berada di depan dadanya. Selain merasakan kehangatan dekapan Aries, Syfo juga merasa was was pada sesuatu hal. Dia takut Aries akan berbuat kasar saat sedang memeluknya seperti ini.
Saat Syfo hendak berdiri Aries terlebih dulu menahannya. Dia memutar tubuh Syfo hingga mereka kini saling berhadapan. Aries tiba-tiba berlutut, kedua tangannya meraih kedua tangan Syfo lalu menggenggamnya dengan erat. Tatapannya tak putus dari mengamati wajah Syfo yang masih meninggalkan jejak kekerasan akibat perbuatannya.
“Aku benar-benar minta maaf atas perbuatan kasarku kemarin malam dan juga sebelum-sebelumnya sama kamu,” ucap Aries sambil mengusap lembut wajah Syfo dengan punggung tangannya. “Aku juga nggak ngerti kenapa nggak bisa mengontrol emosiku akhir-akhir ini,” sambungnya.
“Udah biasa,” balas Syfo. “Aku sudah nggak terlalu kaget. Nggak kayak awal-awal dulu kamu mulai sering kasar sama aku. Tapi aku berharap semoga kamu kembali seperti dulu lagi,” ucapnya jujur.
Aries menyelipkan rambut Syfo ke belakang telinga, lalu mengecup punggung tangan Syfo. “Kamu mau maafin aku, kan?” tanya Aries.
Syfo mengangguk tanpa ragu sedikitpun. Detik berikutnya bibir Aries sudah mendarat di bibir Syfo. Tanpa paksaan Syfo mulai membalas ciuman Aries. Bukan ciuman menggebu dan menuntut seperti sebelum-sebelumnya. Kali ini Aries benar-benar menciumnya dengan kelembutan. Pria itu melakukannya dengan perlahan seolah bibir Syfo adalah barang pecah belah yang akan hancur bila diperlakukan tidak hati-hati. Saat bibir Aries sudah berhasil merayu dan membangkitkan gairahnyaa, Syfo melingkarkan kedua tangan memeluk leher Aries untuk memperdalam ciuman mereka. Tangan Aries mulai mengusap punggung Syfo dari pinggang kemudian naik ke atas bahu untuk menurunkan salah satu tali gaun tidur yang dikenakan oleh Syfo. Dari bibir ciuman Aries turun menyusuri rahang, leher, beralih ke tulang selangka dan turun ke bahu Syfo.
Syfo menahan napas saat Aries menurunkan kembali salah satu tali gaun tidurnya yang belum terjamah oleh jemari kokoh pria itu. Dia semakin mendekap tubuh Aries saat kedua tali gaun tidur sudah lolos dari kedua bahunya. Aries meminta Syfo bersandar di meja rias sementara bibirnya terus bergerilya di tubuh polos Syfo. Dengan gerakan sensual, Aries menyusuri lekuk tubuh Syfo. Saat bibir Aries menyentuh setiap inci tubuhnya seperti ini, Syfo dengan mudahnya melupakan kenyataan kalau dia sudah mulai membenci sikap kasar Aries. Dia bahkan ingin sejenak melupakan kalau hubungan rumah tangga mereka mulai terasa hampa sama seperti perasaannya selama beberapa waktu terakhir.
Aries membimbing Syfo pindah ke ranjang tanpa melepas ciuman mereka. Hal terakhir yang diingat Syfo sebelum pikirannya terbang melayang adalah wajah penuh gairahh Aries yang sedang mendongak dari pusat kewanitaannya. Pria itu tersenyum karena merasa berhasil melakukan hal yang benar di sana. Syfo hanya mampu mendongak sambil menahan napas saat Aries mengangkat salah satu kakinya, lalu meletakkan di atas pundak suaminya itu. Syfo mendesah penuh gairahh saat Aries kembali menenggelamkan wajah di tempat paling hangat di tubuh Syfo.
~~~
^vee^