PERTEMUAN PERTAMA

1920 Kata
Tokoh utama dalam n****+ ini adalah Brian Abraham & Vallery Queenzell dan semua n****+ aku berkaitan ya, kalian bisa juga baca n****+ yang lain seperti : Sirena : Dave Abraham (Adik dari Brian Abraham) & Sirena Cinta Pertama Sang Bandar : Arthur Abraham (Putra dari Brian Abraham) & Harley Wilson Ratu Di Pangkuanku : Perrie Abraham (Putri dari Vinic Abraham) & Tony Wilson (Kakak dari Harley Wilson) Cinta Dua Kasta : Liza Richardo (Mantan Brian Abraham) & Mario Daniel (Kakak dari Andrew Danil/bodyguard dari Brian Abraham) Sedatar Tembok : Bimo Rahardjo (Klien Bisnis Mathew Abraham/putra dari Brian Abraham) & Alika Soetedjo Selamat membaca... ----- Los Angeles, 01 April 2016 ----- "Aku benar-benar merasa suntuk." Keluh seorang wanita bernama Vallery Queenzell ketika ia berada di ruang ganti, ia baru saja membersihkan riasan wajahnya setelah sesi pemotretan. "Vallery, mau kemana kau?" Vallery menoleh saat Ruberta yang menanyakan kepergian ku. Ruberta Solom, gadis yang berusia jauh di bawah Vallery itu adalah managernya. "Aku hanya ingin jalan-jalan sebentar, aku benar-benar merasa suntuk di sini," jawab Vallery seadanya. "Oke, aku akan meminta pengawal untuk menjaga mu." Vallery segera menggelengkan kepalaku mendengar perkataan Ruberta. "Tidak perlu, Ruberta. Aku ingin jalan sendiri." "Bagaimana kalau kau bertemu fans dan paparazi?" Vallery menghela nafasku. "Kau tidak perlu khawatir, okay?" Vallery tersenyum melihat kecemasan di wajah Ruberta lalu melenggang pergi meninggalkan ruang make over. Malam itu Vallery menyusuri jalanan kota Los Angeles seraya memainkan smartphone miliknya tanpa ia sadari ternyata ia memasuki jalanan yang sepi. Vallery merutuki dirinya sendiri yang sedari tadi bermain smartphone saat berjalan. Vallery memandangi jalanan di sekitarnya yang benar-benar sepi, ada beberapa toko di sekitar jalanan tersebut namun sudah ditutup. DUGG!! Vallery terkejut saat mendengar sesuatu yang jatuh di belakangnya, dengan cepat Vallery menoleh ke arah suara itu. "Hi, Nona." Dua orang pria bertubuh besar datang dan tersenyum menyeringai kepada Vallery yang membuat Vallery merasa was-was. "Mau apa kalian? Tolong pergi dari sini!" Usir Vallery yang mulai merasa bahwa nyawanya tengah terancam saat ini. "Oh, aku sangat suka dengan orang yang to the point, langsung menanyakan apa mau kita tanpa ingin tahu siapa kita." Pria itu masih menyunggingkan senyumannya. "Kami ingin menculik mu, Nona. Mengambil organ-organ tubuhmu lalu menjualnya di pasar gelap." Vallery begitu terkejut mendengar penjelasaan salah satu pria itu. Sial, aku berhadapan dengan penjual organ tubuh, itu sama saja seperti aku berhadapan dengan orang gila. ucap Vallery dalam hati. Mengingat nyawanya dalam bahaya, Vallery segera berlari sekuat tenaga. Ia tidak ingin dibunuh, ia juga tidak ingin organ tubuhnya diperjual belikan. Oh ya ampun, ada apa dengan dunia ini? Tuhan, aku mohon, tolong lindungi aku kali ini saja ... batin Vallery. Pria-pria itu masih mengejar Vallery dan ia harus melepas heels yang masih ia kenakan karena menyusahkannya ketika berlari. Vallery kembali melirik ke belakang dan masih ia dapati pria-pria itu yanh semakin dekat dengannya. Jantung Vallery berdetak begitu cepat, entah apa yang akan terjadi padanya malam itu yang jelas ia belum ingin mati sekarang. Vallery berusaha mencari persembunyian tapi percuma saja, jalanan itu sangat lenggang dan tidak ada satu bangunan apapun di sekitar jalanan tersebut. Vallery berusaha mencari pohon atau tempat sampah untuk bersembunyi tapi tetap saja akan terlihat mengingat dua pria itu tepat berlari di belakangnya. Oh Ya Tuhan, jalan macam apa ini? Untuk bersembunyi pun aku tidak bisa. guman Vallery dengan frustasi di dalam hati. "Hey, Nona. Berhenti!" Vallery mendengar teriakan pria-pria itu.Kini di depannya ada belokan tajam ke arah kanan, Vallery berharap setelah melewati belokan tersebut ia bisa bersembunyi dan benar, setelah ia mulai mendekati belokan itu ia melihat banyak pepohonan. "Nona! Keluarlah! Percuma saja kau bersembunyi!" Teriak pria-pria itu seraya tertawa. Jantung Vallery benar-benar berdegup kencang seperti orang yang sedang lari maraton saat ini. "s**t! Kemana wanita sialan itu?!" "Sudahlah, tidak perlu kita kejar, bos pasti sudah menunggu kita, sekarang sudah tidak ada waktu lagi untuk mencari wanita itu, sebentar lagi helikopter nya akan segera datang." "Baiklah!" Vallery masih terdiam membisu di balik pepohonan yang begitu rindang. Satu menit. Dua menit. Tiga menit. Okay, mungkin mereka sudah pergi. batin Vallery. Vallery berusaha untuk mengintip, berharap dua pria itu sudah tidak ada di jalan tersebut dan ternyata benar, kedua pria itu sudah tidak ada lagi di sana. Vallery keluar dari persembunyiannya dan menginjakkan kakinya di aspal yang dingin, tiba-tiba ia mendengar suara ban mobil berdencit dari arah ia berlari tadi. Vallery menolehkan wajahnya dan melihat sebuah mobil melaju kencang ke arahnya, Vallery berteriak, sudah yakin bahwa ia akan ditabrak oleh mobil itu. Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Ia tidak merasa ada yang menabraknya, namun lampu mobil itu masih menyorotinya. "Hey, Kau! Kau ingin mati konyol dengan berdiri di jalan ini malam-malam?!" Jika ku dengar suara ini berbeda dengan suara pria-pria tadi dan juga ia tidak membicarakan mengenai organ tubuh, jual beli atau segala macam yang menyangkut perdagangan manusia, berarti ini pria yang berbeda. Ucap Vallery dalam hati, ia masih menutupi wajahnya karna sorot lampu mobil yang menyilaukan. BRAKK! Vallery terkejut ketika mendengar suara kap mobil yang dipukul, ia membuka kedua tangan yang menutupi wajahnya lalu menatap seorang pria yang baru saja memukul kap mobil tersebut. Vallery menatap pria itu tanpa berkedip. Demi Tuhan dia sangat ... tampan! Benar-benar tampan. Pekik Vallery dalam hati. Pria itu memiliki sepasang mata coklat yang indah, alis tebal yang sempurna, rahang yang kokoh dengan ditumbuhi bulu-bulu halus, bibir merah yang tebal namun terlihat sexy, dan postur tubuh yang tinggi tegap berotot, membuat Vallery tidak berkedip saat menatap pria itu. Pria yang bernama Brian Abraham tersebut mengerutkan dahinya ketika melihat tatapan Vallery. "Hey! Apa kau tuli?!" Shit! Dia bilang apa barusan? Tuli? Kasar sekali perkataan pria ini, ternyata tampang tidak sebanding dengan perkataannya yang begitu tajam dan tidak sopan. Gerutu Vallery dalam hati. "Kau bilang apa barusan?!" tanya Vallery dengan kesal. "Ternyata kau benar-benar tuli," ujar Brian tersenyum meremehkan dan seketika itu juga Vallery memukul kap mobil milik Brian. BRAKK! "Hey, lancang sekali kau memukul kap mobilku! Jika kap mobilku sampai rusak karena tangan kapal mu itu aku tidak akan segan-segan untuk meminta ganti rugi!" ujar Brian dengan kesal. "Aku tidak peduli! Berani sekali kau mengatakan aku tuli! Jika mobil ini rusak karena pukulan tanganku, aku tidak masalah untuk ganti rugi, mobil seperti ini pasti tidak akan mengeluarkan banyak uang untuk memperbaikinya meskipun hanya penyok sekalipun!" ucap Vallery dengan sinis. "Kau yakin?" tanya Brian seraya tersenyum menyeringai yang membuat Vallery muak. "Ya," jawab Vallery lalu memalingkan wajah seraya memainkan rambutnya yang bergelombang. "Sudah kau lihat merk mobil ku?" Vallery terkekeh lalu dengan terpaksa ia menatap ke arah mobil milik Brian. Ia menghalau cahaya dari sorot mobil tersebut yang menyilaukan matanya lalu ia tercengang sendiri melihat merk mobil milik Brian. Holy f*****g s**t!! Rutuk Vallery kala ia melihat moncong mobil tersebut yang tidak lain adalah Bugatti. Vallery menatap Brian yang masih tersenyum meremehkan kemudian berjalan ke arahnya. Vallery menengguk salivanya dengan susah payah sedangkan Brian membungkukkan tubuhnya lalu menyentuh kap mobil tersebut. "Untungnya kau tidak lecet, Baby. Entah apa jadinya wanita ini jika ku tuntut untuk membuat mu kembali cantik," ujar Brian yang membuat Vallery kesal. "Kau meragukan uang ku? Aku bisa dengan mudah mengganti kerusakan di mobilmu jika memang mobilmu itu benar-benar penyok!" ucap Vallery, ia sudah tidak tahan lagi dengan pria angkuh seperti Brian. "Oh ya?" tanya Brian menantang. "Ya," jawab Vallery dengan yakin. "Baiklah kalau begitu." BRAKK! Vallery terkejut bukan main saat Brian memukul kap mobil itu yang membuat kap mobil tersebut penyok. "Kau … !!!" Geram Vallery seraya menunjuk wajah Brian. "Nona, kap mobilku sudah penyok. Sekarang saatnya kau ganti rugi." "What?!" Pekik Vallery seraya menautkan kedua alisnya. "Apa kau masih tuli?" tanya Brian seraya menaikkan salah satu alisnya. Double s**t!! "Kau sendiri yang memukul kap mobilmu, mengapa kau minta ganti rugi padaku?!" "Apa kau lupa dengan perkataan mu tadi?" tanya Brian dengan senyum menyeringai dan hal itu membuat Vallery tidak mengerti. "Maksudmu?" tanya Vallery sedangkan Brian tertawa dengan sangat keras ketika melihat wajah bingung Vallery. "Apa perlu ku ulang lagi kata-kata mu?" tanya Brian setelah menghentikan tawanya yang membuat Vallery terdiam. "Aku dengan mudah mengganti kerusakan di mobil mu jika memang mobil mu itu benar-benar penyok!" ucap Brian dengan pelan dan jelas. Shit! Seharusnya aku mengikut sertakan namaku saat aku mengatakan kalimat itu, kalau seperti ini sama saja aku tetap ganti rugi meskipun bukan aku pelakunya. Rutuk Vallery di dalam hati. "Kau!" Geram Vallery seraya menunjuk ke arah Brian. "Oh, come on, Nona. Jangan berpikir untuk lari dari tanggung jawab," ujar Brian dengan santai seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana sedangkan Vallery terdiam menatap pria itu. "Jadi kau tidak mau ganti rugi?" tanya Brian kembali saat Vallery masih menatap kesal ke arah pria itu. "Baiklah, kau membuat ku harus melakukan ini," kata Brian lalu berjalan ke arah Vallery kemudian mengangkat tubuh Vallery ke atas pundak kokohnya yang membuat wanita itu meronta-ronta. "Lepaskan aku, lepaskan!" Vallery memukuli punggung Brian sedangkan Brian segera mendudukkan Vallery di kursi penumpang, ia menutup pintu mobil lalu berjalan ke arah kemudi. Brian melajukan mobilnya yang membuat Vallery bertanya-tanya mau dibawa kemana ia saat ini. "Mau dibawa kemana aku, hah?!" Brian tersenyum menyeringai sedangkan Vallery menatap Brian dengan tajam, emosi sudah berada di puncak kepala Vallery. "Oh s**t! Bisakah kau jawab pertanyaan ku? Dari tadi aku bertanya tapi kau selalu diam saja. Mau dibawa kemana aku?!" bentak Vallery yang membuat Brian kembali tersenyum, senyum yang begitu mempesona menurut Vallery andaikan saja Brian tidak mengesalkan seperti ini. "Relax, okay?" "Katakan padaku mau kemana kita?" "Ke mansion ku," jawab Brian dengan begitu santai yang membuat Vallery terkejut. "What?!" pekik nya. "Oh, kau tidak perlu terkejut berlebihan seperti itu, Nona. Perkenalkan, nama ku Brian." "I DONT f*****g CARE!" ucap Vallery seraya menekankan suaranya di setiap kata-kata itu. "Woah, kau belum relax juga rupanya?" "Menurut mu?!" tanya Vallery. Tiba-tiba Brian menghentikan laju mobilnya. Vallery sedikit terkejut saat tubuhnya terpental ke arah depan karena Brian menginjak rem dengan mendadak. Vallery begitu marah hingga ia menolehkan wajahnya ke arah Brian namun tanpa Vallery duga Brian justru memajukan wajahnya mendekati wajah Vallery. Deru nafas Brian yang memburu terdengar jelas di indera pendengaran Vallery, bahkan hembusan nafas Brian menerpa wajah Vallery yang berada beberapa sentimeter dari wajah Brian. Seketika tubuh Vallery terasa panas dingin saat menatap mata coklat milik Brian yang begitu indah. Ya Tuhan, bagaimana Kau bisa menciptakan manusia sesempurna dan setampan ini? Aku bisa pingsan jika terus-terusan melihat wajah tampannya seperti saat ini dan sedekat ini. ucap Vallery dalam hati. Jika Vallery tengah terdiam menatap Brian maka lain halnya dengan Brian yang tersenyum lalu mengusap pelipis Vallery. Sapuan jemari Brian di wajah Vallery membuat tubuh wanita itu menegang seketika, bisa Vallery rasakan aliran listrik yang menyengat di bawah sentuhan kulit mereka saat ini. "Aku kira setelah mendekatkan wajahku kau akan jauh lebih relax, ternyata aku salah, justru kau semakin merasa gugup, buktinya kau terlihat berkeringat." Brian menyeringai setelah mengatakan hal itu. Shit, dia meledek ku?! batin Vallery. "Bisakah kau relax, Nona? Atau aku perlu mencium mu agar kau relax?" Mendengar pertanyaan Brian yang terdengar vulgar membuat Vallery langsung mendorong tubuh Brian hingga tubuh pria itu terbentur pintu mobil yang ada di belakang nya, hal itu tidak membuat Brian kesakitan sama sekali, justru pria itu tertawa seraya memegangi perutnya dan itu semakin membuat Vallery semakin kesal. "Kau mau melecehkan ku?!" Vallery menatap Brian dengan tajam sedangkan pria itu mengendikkan kedua bahunya. "Jika itu bisa membuat mu relax mengapa tidak?" Lagi-lagi Brian tersenyum sedangkan Vallery segera memalingkan wajahnya. Ingin sekali ia mengacak-acak wajah Brian yang terlihat mengesalkan namun sangat tampan tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN