MINE

972 Kata
----- Brian Pov ----- Sesampainya di bandara, aku melihat Vallery selalu menghindar dariku semenjak aku menciumnya secara tiba-tiba tadi, aku bahkan tidak menyesal jika akhirnya akan seperti ini, akan ku buat Vallery mendekat lagi dengan cara ku meskipun sedikit memaksa. "Kau masih belum mau berbicara dengan ku?" tanya ku seraya menundukkan tubuhku agar pandangan ku dengannya sejajar. Ia memalingkan wajah membuat ku sedikit gemas, raut wajahnya yang marah masih terlihat jelas. Aku mengecup pipi kanan nya dan ternyata hal itu bisa membuat Vallery menatap ku. "Brian!!!" Ia meneriaki namaku dan aku sedikit terkekeh karna itu. Ku genggam pergelangan tangannya lalu menariknya untuk mengikuti ku, tidak ada penolakan darinya, membuat ku tersenyum menatapi wajahnya seraya kami berjalan memasuki mobil, sesampainya di dalam mobil wajahnya masih terlihat marah, ia melipat kedua tangannya di atas perut. "Kenapa kau membawa ku ke sini?!" Ia bertanya tanpa menoleh ku. Akhirnya ada juga pertanyaan yang membuatnya berinteraksi dengan ku setelah kejadian tadi. "Karna aku ingin kau berada di samping ku setiap aku mengunjungi tempat-tempat yang sangat indah." Ia menatap ku dengan mata yang tajam, aku menarik bibirku mengulas senyum, aku sangat sadar jika saat ini aku begitu mencintai wanita yang tengah duduk di samping ku. "Ternyata aku salah menilai mu!" Ia kembali membuang muka dan aku sedikit terkejut dengan apa yang ia katakan. "What do you mean?" Kini aku membalikkan tubuhku sepenuhnya untuk menatapnya lekat-lekat, ia berbalik menghadap ku. "Sejak awal aku bertemu dengan mu, kau adalah orang yang sangat me-nye-bal-kan! Namun ketika kau menolong ku dan menyuruh ku untuk menginap di mansion mu, aku berfikir bahwa aku telah salah menilai mu. Tapi setelah itu kau kembali menyebalkan dan kau benar-benar sangat lancang! Kau mencium ku tanpa ijin dan membawa ku ke tempat yang sangat jauh tanpa meminta persetujuan ku terlebih dahulu!" Aku tersenyum mendengar penjelasannya yang sangat panjang. "Kau harus terbiasa dengan sikap ku," ucap ku dengan tenang namun ku lihat Vallery menautkan kedua alisnya. "Kenapa harus seperti itu?!" Ia seperti tidak terima dengan perkataan ku, aku tahu itu, tapi ku rasa aku harus melakukan ini semua jika ingin selalu dekat dengan Vallery, membuatnya terbiasa dengan sikap ku. Aku tidak akan bisa membiarkan orang yang ku cintai berada jauh dari ku bahkan menghindari ku. Ku dekatkan wajahku ke depan wajahnya, ia terlihat sangat gugup dan menatap setiap pergerakan dari ku, ia menatap wajahku lekat-lekat, kedua tangannya pun sudah jatuh di sisi kursi jok, aku bisa melihatnya itu. "Apa yang kau lakukan?" Suaranya tercekat dan aku merasa ingin tertawa melihat wajahnya yang pucat seperti ini, dia kelihatan sangat gugup. "Kau harus terbiasa dengan sikap ku karna AKU adalah ATASAN mu," tegas ku, seketika wajahnya memerah dan kembali marah, tawa ku menggema di dalam mobil, aku menjauhkan wajahku dan saat itu juga ia kembali mengacak-acak rambut dan wajahku. "Kenapa kau selalu menyebalkan, Brian!!!" Ia berteriak dan ku pegang kedua tangannya agar berhenti menyerang ku. "Wajahmu tadi sangat pucat, kau pikir aku akan mencium mu, hah?" Aku kembali tertawa. Ia diam dan tanganku masih memegangi kedua tangannya dengan erat. "Kenapa kau tidak bisa menangkap maksudku tadi?" tanya ku kembali. "Jadi maksudmu aku harus terbiasa jika kau mencium ku tiba-tiba atau mengikuti mu kemana pun kau pergi?!" Aku sedikit menahan hasrat ku saat ku lihat dadanya yang naik turun karna nafasnya yang memburu, pertanda jika ia kembali marah. "Ya," jawab ku singkat. "Mengingat kau adalah ATASAN ku, aku bisa memaklumi jika aku harus mengikuti kau kemana pun kau pergi jika itu menyangkut pekerjaan, namun untuk ciuman ... ." Ia menjeda kalimatnya dan menatap ku dengan tajam seperti beberapa menit yang lalu. "Aku TIDAK BISA memaklumi itu." Ia mendesis dan itu membuat ku semakin gemas. "Akan ku buat agar kau memaklumi ciuman itu, Vallery." Aku tersenyum. Ku rasa akan sedikit lebih susah mendapat wanita yang duduk di samping ku saat ini. "Kau tidak memiliki hak apapun atas diriku, Brian!" Ia kembali marah, mungkin sejak ciuman tadi amarahnya belum hilang. Aku menangkup wajahnya dengan kedua tanganku. Ia sedikit terkejut namun kembali memasang ekspresi marah. Ku pandangi matanya yang membuat ku merasa tenang, bahkan aku yakin aku bisa tetap hidup hanya dengan memandangi matanya yang sangat indah, mata biru terindah yang pernah ku lihat selama dua puluh delapan tahun dalam hidupku. "Aku tidak pernah main-main dengan perkataan ku, so listen to me. Suatu saat aku akan mempunyai hak itu," ucap ku lembut dengan tekad yang ada di dalam hatiku untuk memiliki Vallery seutuhnya. Kau akan menjadi milik ku dan hanya milik ku, Vallery. Akan ku buat kau selalu bahagia dengan cara ku karna aku sangat mencintai mu. Vallery menatap ku dengan tatapan yang tidak bisa ku jelaskan, ia seperti melamun, tapi matanya terlihat seperti menatap mataku, pandangannya tidak kosong seperti orang melamun. Selang beberapa detik tidak ada pergerakan dari Vallery, aku sedikit bingung dengan apa yang terjadi pada wanita ini. Ku cium pipi Vallery dengan lembut dan ternyata hal itu bisa membuatnya sedikit bergerak, ku kecup lagi pipi kiri nya yang kini sudah merona lalu tiba-tiba ia menoleh ke arah ku sebelum aku menjauhkan wajahku dari wajahnya. Pandangan kami bertemu dan karna pergerakannya saat ini, bibirnya berjarak hanya beberapa senti meter dari bibirku. Tanpa pikir panjang aku kembali melumat bibir Vallery dengan sangat lembut, aku tidak peduli jika ia semakin marah padaku. Ia memancing hasrat ku dengan menoleh ke arah ku sebelum aku menjauhkan diri darinya, membuat bibir kami sangat dekat dan hal itu tentu saja membuat hasrat ku kembali muncul. Ia belum membalas ciuman ku, ku tarik pinggangnya, mengangkat tubuhnya untuk duduk di pangkuanku dengan bibir kami yang belum terlepas. Aku memeluknya dengan sangat erat, saat itu juga ia membalas ciuman ku dengan lembut, membuat ku tersenyum di antara ciuman kami. Aku tahu ia selalu menikmati ciuman dari ku meskipun selalu bersikap munafik, mungkin itu ujian darinya untuk menguji ku agar bisa mendapatkan hatinya. Mine!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN