10. Kemarahan Rivaldi

1162 Kata
“Ke-kenapa kamu tersenyum?! Sudah gila, ya?!” teriak wanita tua itu kaget. Tidak menyangka kalau Malika tersenyum lebar kepadanya setelah disiram dengan air! Bukankah orang biasanya akan langsung marah dan mengamuk? Malika tiba-tiba tertawa keras, lalu berbicara sangat sopan sambil menatapnya remeh. “Nyonya. Saya memang miskin. Tapi, jika membandingkan di antara kita berdua, bukankah yang tidak punya sopan santun sejak tadi adalah Anda? Apakah saya berteriak sambil menghina orang selama hampir 15 menit? Tidak, bukan? Apakah saya menyiram air ke wajah orang lain di depan umum? Tidak juga, bukan? Bukankah semua itu bahan yang cocok untuk dibawa ke pengadilan? Kalau kita bertarung di pengadilan, apakah Anda yakin akan menang? Anda hanya akan menjadi bulan-bulanan publik!” Malika tersenyum menyerai jahat dan sangat mengejek, karena dia sangat yakin dirinya tidak bersalah! Rivaldi yang mendengar penjelasannya, akhirnya memasang ekspresi lain di wajah sedingin esnya. Sudut bibirnya tertarik antusias. “Nyonya, jika benar Anda merasa tidak bersalah, sebagai pemilik restoran ini, tentu saja saya akan berada di pihak Anda. Tapi, jika Anda mengatakan hal yang tidak benar, maka sangat disayangkan sekali Anda harus meminta maaf secara resmi di publik dan memberikan ganti rugi yang tidak sedikit. Katakanlah dua kali lipat dari harga gaun yang Anda katakan tadi,” terang Rivaldi dengan gaya sangat tenang dan alami. Wanita tua tadi sedikit terkejut, dan diam-diam merasa gentar di hatinya. Detik berikutnya, dia menaikkan dagunya arogan. “Baik! Siapa takut? Aku jelas-jelas tidak bersalah! Kalian benar-benar tidak profesional! Beraninya menghinaku seperti ini! Aku juga akan menuntuk restoran kalian!” Manager pria di sebelah Rivaldi gemetar ketakutan, melirik bosnya cepat. Tapi, Rivaldi tetap diam saja. Malika mengerutkan keningnya aneh. Untuk apa dia baru turun tangan? Ingin menjadi pahlawan kesiangan? Kenapa tidak menolongnya sejak tadi? Apakah dia sengaja? Hati Malika sangat panas dan berputar-putar! “Kalian dengar semuanya? Restoran ini sangatlah buruk! Restoran mahal apanya? Benar-benar sangat tidak profesional! Bahkan memilah tamu saja tidak becus! Percuma saja kita membayar mahal-mahal di sini, bukan? Sebaiknya kalian tidak perlu datang ke tempat ini lagi! Benar-benar tempat murahan berlabel sok mewah! Cuih!” Wanita itu meludah tepat di depan Rilvadi, dan membuat manager pria syok luar biasa! Apakah wanita tua itu tidak takut mati?! Malika mendengus tak percaya! Wuah! Permainan apa yang sedang dipermainkan oleh suami dinginnya itu? Sekarang dia bahkan rela dipermalukan oleh pengunjungnya sendiri karena membela istri yang tidak diakuinya? “Bo-bos?” tegur manager pria, menatap gugup ke arah Rivaldi yang masih tetap tenang. Pria dingin dan tampan itu segera maju dan berjalan mendekat ke arah Malika, lalu segera meraihnya untuk dimasukkan ke dalam pelukannya. “Nyonya, Saya tahu kalau Anda adalah pengunjung baru di restoran kami. Saya bahkan tahu kalau Anda selalu memesan paket VIP dengan harga mahal. Tapi, kami tidak bisa menoleransi sikap tamu yang tidak sopan demi kenyamanan semua orang. Wanita yang Anda hina sejak tadi adalah istri saya. Malika Geovani. Lalu, terkait masalah tuduhan Anda tadi kepadanya, kita bisa membuktikannya melalui CCTV di sini.” Selesai kalimat itu jatuh, semua orang kembali tercengang luar biasa. Malika juga salah satunya, dan langsung meliriknya cepat. Menatapnya tidak percaya? Wuah! Dia mengakuinya juga sebagai istrinya, ya? Malika pikir dia tidak akan mengakuinya karena sikapnya kasar dan pakaiannya murahan! Wanita tua bernama Maloka itu tergagap bingung dan mulai keringat dingin. “Bo-bohong! Itu bohong, kan? Mana mungkin wanita jelek dan miskin itu adalah istri dari pemilik restoran ini! Jangan bercanda!” Melihat keganasan wanita tua itu, Rivaldi segera mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto wallpapernya. Nyonya Maloka tertegun kaget! “Siapa bilang istri saya jelek? Apakah mata Anda rabun, Nyonya? Memakai pakaian apa pun dia akan terlihat menawan dan energik. Apakah sebaiknya kami panggilkan dokter mata saja daripada polisi?” sindir Rivaldi dengan nada suara datar dan dingin. Nyonya Maloka gemetar lemah hingga kedua lututnya seperti jelly yang bergoyang. Sementara pria yang berada di sampingnya segera menarik lengannya untuk mundur. “Sa-sayang. Sudahlah. Jangan membuat masalah lebih jauh lagi. Kita mengalah saja. Lagi pula, apa kamu yakin kalau gaunmu robek gara-gara wanita itu?” bisik sang suami gugup. Sepertinya adalah tipe suami yang takut kepada istrinya, makanya sejak tadi dia diam saja dan membiarkan istrinya marah-marah sepuas hati. Bukankah lebih baik dia memarahi orang lain daripada suami sendiri, bukan? Tapi, siapa sangka masalahnya menjadi separah ini? Mereka datang ke restoran mahal itu karena mendengar kalau cabangnya ada banyak di negara maju dan hebat. Belum lagi pria pemiliknya adalah pria yang sangat lihai dalam berbisnis. Jelas adalah orang kaya yang tidak bisa dianggap remeh. Makanya menjadikannya sebagai restoran kesukaan mereka. Sayangnya, melihat pemiliknya datang secara pribadi seperti sekarang, dan malah berhadapan dengan istrinya yang congkak, pria tua itu mulai merasa tidak nyaman. Pada mulanya, Malika ingin menghentikan saja semuanya setelah pasangan suami istri tua itu meminta maaf. Tapi, karena melihat wajah tidak rela nyonya Maloka, maka Rivaldi yang seolah bisa membaca situasi segera membuka CCTV dan melihat kebenaran yang ada. Ya! Tentu saja Malika tidak bersalah! *** Beberapa saat kemudian, di salah satu sudut restoran itu dengan label khusus untuk tamu VIP di sana. “Kenapa? Kamu masih marah?” tanya Rivaldi pelan, mengamati wajah cemberut Malika yang hanya sibuk menusuk-nusuk steak wagyu di depannya. “Masih nanya lagi!” balasnya ketus, tidak mau bertatapan mata. Karena melihat suasana hati Malika masih juga belum membaik meski sudah mendapat permintaan maaf dari nyonya Maloka, Rivaldi akhirnya menginterogasinya. “Lalu, kamu marah karena apa? Aku tidak bisa membaca pikiranmu kalau kamu hanya diam saja seperti ini?” Malika meletakkan alat makannya, menatapnya sambil mendengus marah. “Apakah Tuan Geovani sungguh adalah orang yang tidak peka?” “Apa maksudmu? Aku benar-benar tidak mengerti.” Malika bersandar sambil bersedekap. “Apakah Kinnan sama sekali tidak pernah protes dengan cara Kak Rivaldi selama ini? Ataukah Kakak hanya memperlakukan orang lain dengan cara berbeda?” Kening Rivaldi bertaut dalam. “Kamu jangan kelewatan menuduhku yang tidak-tidak. Apa kamu marah karena aku tidak langsung membelamu?!” Malika bertepuk tangan dengan tatapan marah tanpa kedip ke arahnya. “Hebat! Hebat! 100 untuk Tuan Geovani yang kaya dan berkuasa! Ternyata hati Tuan Geovani tidak begitu dingin, ya? Rupanya masih ada sedikit kepekaan di sana.” “Apa kamu marah hanya karena itu?” Malika melotot kesal. “Hanya karena itu? Sungguh?” Rivaldi tampak berpikir, lalu bergumam pelan. “Ok. Maafkan aku jika aku punya salah. Aku tidak bisa langsung membelamu tanpa tahu masalahnya terlebih dahulu. Selain itu, aku juga sedikit penasaran ingin melihat bagaimana kamu akan melawan tuduhan darinya.” Malika langsung memukul permukaan meja. “Tidak lucu! Kamu pikir aku ini adalah kelinci percobaan?! Hei! Tuan sombong! Aku sudah mencoba untuk bersikap baik dan belajar sebagai istri yang patuh dan penurut, tapi kamu sepertinya sama sekali tidak mengerti bagaimana menghargai wanitamu sendiri! Tidak heran kamu bisa menyandang duda beranak satu!” “MALIKA!” tegur Rivaldi dengan suara menggeram rendah. Sorot matanya penuh ancaman yang sangat nyata. Sepertinya, dia sama sekali tidak suka membahas masalah status duda yang pernah disandangnya itu. Apakah kisah percintaannya sangat buruk?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN