“Kamu pulang jam berapa?” tanya Rivaldi melalui sambungan telepon. Wanita berseragam karyawan supermarket di seberang telepon mengerutkan kening. Tentu saja dia adalah Malika. Dia sedang mendengarkan pertanyaan Rivaldi sambil memperbaiki asal-asalan benda-benda yang ada di atas meja kasir. Jadi, dia duduk dengan malas-malasan seolah-olah tidak ada minat sama sekali untuk melakukan pekerjaannya hari ini. Dia masih teringat dengan perkataan Nandita sebelumnya. Haruskah dia memberitahu orang-orang mengenai suaminya yang dingin seperti es batu dan kaku itu? Apa kata dunia nantinya? “Kenapa tanya-tanya? Jangan bilang kak Rivaldi mau jemput saya, ya? Nggak perlu, kok. Saya bisa pulang sendiri. Emangnya sejak kapan kak Rivaldi sok peduli dengan Malika? Di luar sana, banyak kendaraan, nggak pe