Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Lily mulai membuka kedua bola matanya secara pelan untuk menyesuaikan intensitas cahaya ruangan yang bernuansa putih yang disekitarnya terdapat berbagai alat medis yang melekat dibagian tubuhnya. Hal pertama kali yang Lily lihat hanya atap yang serba putih dan ruangan yang asing baginya. Tidak ada siapapun yang menjaganya diruangan ini, Lily ingin menggerakkan tubuhnya tapi ia merasakan kepalanya terasa sakit. Tubuhnya terasa sangat lemas dan ia menoleh menuju kearah sampingnya terdapat tombol merah untuk memanggil dokter. Jujur saja, Lily merasa binggung mencari keberadaan Alex yang tidak ada disampingnya. Biasanya, pria itu yang selalu posesif menjaganya tapi kali ini terasa berbeda. “Apa yang Alex lakukan sekarang? Apakah Alex mulai ikhlas melepaskannya? jika memang benar, Lily sanga