9. Usaha Alvian

1488 Kata
"Yeni dan aku?" tanya Allisya membeo. Ia tak habis pikir dengan Aris, padahal sebelumnya dirinya di anggap paling penting dan selalu menjadi prioritas Aris. Tapi semenjak kehadiran Yeni, semuanya di geser begitu saja posisinya dengan mudah. "Sya, mending kita makan aja ya? Lo belum makan daritadi. Biar gue aja yang bayarin," Kaila mengalihkan topik, ia tak tega melihat Allisya yang di liputi kesedihan. "Gak! Aku gak mau makan. Gak laper! Udah kenyang makan hati!" ketus Allisya kesal. "Pulang aja kai. Males aku disini," langkahnya menuju mobil, sudah cukup ia berdebat dengan Aris. Lagi-lagi Yeni yang memenangkan hati Aris-nya bahkan tadi Aris menyebut nama Yeni pertama kalinya dan ia berada di posisi kedua. "Allisya! Aku anterin kamu pulang!" seru Aris. Tapi Allisya sudah masuk dalam mobil Kaila. "Urus aja sana Yeni. Gak usah peduli sama Allisya. Katanya mau serius, tapi kok selingkuh. Bener-bener gak punya komitmen sama sekali lo kak!" Kaila memarahi Aris, ia tak bisa menahan rasa sabarnya. "Aqila! Ayo kita pulang aja! Allisya udah kenyang makan hati tadi!" teriak Kaila membahana, para pengunjung kafe menatapnya aneh karena suara cemprengnya itu. Aqila yang masih santai meneguk lemon tea-nya pun kesal. "Padahal ini seger banget," dengan tidak rela-nya Aqila pun ikut pulang dengan Kaila. *** Yeni menemani Aris di taman. Suasana hati cowok itu sedih. Tapi Yeni harus menghibur Aris agar melupakan Allisya secara perlahan. "Allisya emang gitu ya kalau marah? Kan aku tadi cuma refleks peluk kamu," Yeni merasa bersalah, suaranya melemah. Aris menoleh menatap Yeni. "Itu bukan salah kamu kok. Allisya cuman butuh waktu sendiri aja." "Aku akan selalu di sisi kamu," Yeni meyakinkan Aris bahwa cowok itu tak sendirian selama ada dirinya, sekaligus juga menggantikan posisi Allisya. Yeni ingin menyingkirkan Allisya selamanya. "Gak perlu. Udah cukup Allisya aja yang ada di sisiku. Kamu cuma temen buat aku," tolak Aris halus, ia tak ingin menyakiti hati Allisya semakin jauh. Memang ia salah, tapi membujuk Allisya itulah yang begitu sulit. "Temen?" tanya Yeni tak percaya. Padahal yang ia harapkan adalah lebih dari teman. Memang Allisya sangat berarti bagi Aris, itu yang membuat Yeni kesal. "Aku suka sama kamu Aris," Yeni mengungkapkan perasaannya, selama ia memendam rasa itu pikirannya tidak tenang. Dan Aris diam tak tau harus bereaksi seperti apa. Jika Yeni sudah sejauh ini menyukainya, Aris harus membatasi dirinya dengan Yeni. *** Kaila mengajak Allisya dan Aqila ke sebuah toko roti yang baru saja di buka. Setelah sampai, Kaila membaca nama toko-nya bakery Alvian. Apa? Cowok menyebalkan itu pemiliknya? Kaila tidak percaya. "Masa iya Alvian buka toko roti?" tanya Kaila menatap Allisya dan Aqila heran. "Yakin?" begitu pula dengan Aqila masih tak percaya. "Dia kemana aja sih kok kayak ngilang di telan bumi? Baru muncul sekarang," Kaila mengomel kesal, tanpa adanya Alvian hidupnya kurang kalau sehari tidak ribut dengan cowok yang sok ganteng itu. Aqila mengedikkan bahunya. "Ayo masuk ke dalem aja. Pingin tau gue rasa roti yang paling enak. Ya sekalian minta gratis sih hehe," Aqila nyengir. "Gratis aja pikiran lo!" seru Kaila kesal. Sedangkan Allisya sudah masuk terlebih dahulu, ia memanggil Alvian hingga akhirnya cowok itu muncul dengan wajah yang ada terigu sedikit menempel. Allisya menahan tawanya. "Bersihin dulu wajah kamu dari terigu. Kayak badut tau." Alvian pun senang dengan kedatangan Allisya, sudah beberapa bulan ia tak bertemu sahabatnya itu. Perut keroncongan Kaila berbunyi terus. Aqila meledeknya karena tak sabar ingin makan roti Alvian. Kaila kan jadi sungkan. "Pilih aja mau roti rasa apa. Gratis buat kalian," ujar Alvian ramah. "Seriusan?!" dengan kompaknya Kaila dan Aqila langsung bersemangat. "Sya, aku pingin ngobrol berdua sama kamu. Kangen banget nih." "Boleh. Disana aja ya," Allisya menunjuk tempat duduk yang dekat dengan kipas angin. "Gimana kamu sama Aris? Apa kalian baik-baik aja?" Alvian langsung pada intinya, selama ia tak ada di sisi Allisya rasanya tidak tenang. Alvian tak mau sahabatnya itu terlalu larut dalam kesedihan karena cinta. "Yeni, cewek yang sekarang gatel sama Aris. Sok akting di putusin sama pacarnya," Kaila menyahut dengan suara cemprengnya. Aqila menatapnya tajam. "Jangan bilang ke Alvian," bisik Aqila. Alvian bisa merasakan kesedihan di wajah Allisya. Yang selama ini ia lihat selalu tentang kebahagiaan. Tapi setelah ia pergi menghilang sebentar, semua keadaan menjadi berantakan. Dan Yeni? "Kamu satu kampus sama Aris kan sya?" tanya Alvian memastikan, ia ingin tau siapa Yeni sampai sedekat apa gadis itu dengan Aris. Allisya mengangguk lemah. Meskipun dalam satu tempat yang sama, belum tentu bisa dekat dan selalu bersama. "Jangan sedih. Kan kamu bisa ke rumah pohon sama aku," ucap Alvian menghibur Allisya. "Aku ajarin kamu basket disana." Allisya baru ingat dengan rumah pohon itu. "Temenin aku ya Al?" tatapan Allisya memohon, hanya Alvian yang mampu membuatnya bahagia. "Aku kira kamu udah pulang di anterin Kaila. Tapi malah disini sama Alvian," suara tegas dan berat penuh aura dingin itu membuat Allisya terkejut. Sejak kapan Aris datang? Allisya menoleh, benar saja itu Aris dengan wajah marahnya. "Kak Aris?" Allisya masih bingung. Kenapa Aris bisa tau keberadaan-nya? "Jangan marahin Allisya cuman karena lagi sama Alvian. Gak masuk akal banget. Giliran lo yang deket Yeni, Allisya marah katanya salah itu cuman temen. Sama aja," sindir Kaila yang masih stay cool duduk menikmati roti rasa coklat favoritnya. "Tapi Alvian suka sama kamu sya. Aku gak mau diantara kita ada orang ketiga," nada Aris melembut, ia harus bisa meredam emosinya. "Alvian cuma sahabatku. Sedangkan Yeni siapa? Temen tapi demen dan suka sama kak Aris ya kan?" Allisya melempar balik pertanyaan itu pada Aris yang membuat cowok itu mati kutu tak bisa berkata-kata. Skak mat! "Jadi diem gak bisa jawab," Alvian tersenyum miring. Benar, Aris dekat dengan Yeni. Dan Alvian merasa geram karena selama ini ia percayakan Allisya pada Aris untuk menjaga hati dan perasaan gadis itu. "Pulang ya?" pinta Aris lembut, ia menarik tangan Allisya. "Udah sore nanti di cariin mama dan ayah kamu." "Sekarang peduli sama aku? Gak Yeni dulu kak?" Allisya menjauhkan tangannya dari Aris. "Pacar kak Aris itu aku atau Yeni?" dengan hati yang hampa dan suara melemahnya Allisya bertanya lagi, ia ingin mendengar sendiri dari mulut Aris. "Jangan bawa nama Yeni!" tegas Aris geram. Hatinya tidak suka Yeni terlibat, gadis itu tak bersalah. "Al, anterin aku pulang. Ayo," Allisya menggandeng tangan Alvian tanpa ragu. Melewati Aris begitu saja, sudah tak peduli lagi. "Kai, gue minta jaga tokonya bentar ya? Mau nganterin Allisya pulang," ucap Alvian berpesan sebelum pergi. Aris tak ingin Allisya pulang dengan Alvian, langkahnya mengejar dengan cepat. Hingga saat Allisya sudah menaiki motor Alvian, Aris menggendong Allisya bridal style. "Kak Aris! Turunin aku!" Allisya berteriak dan banyak gerak, Aris tak peduli dan mendudukkan Allisya di motor ninja-nya. Alvian tak bisa ikut campur terlalu jauh, dengan ini ia harap Allisya dan Aris bisa memperbaiki hubungan-nya. Selama perjalanan, Allisya menjaga jaraknya sedikit dari Aris. Biasanya ia memeluk Aris jika mengebut. Tapi kecepatan motor Aris standar. "Kenapa? Kamu minta aku ngebut?" tanya Aris yang tau kenapa Allisya tidak melingkarkan kedua tangannya memeluk seperti biasa. Allisya menggeleng. Bagi Aris se-marah apapun Allisya tapi cewek itu masih mau menggubrisnya. "Aku sekarang gak terlalu deket sama Yeni sya. Demi menjaga perasaan kamu," Aris mencoba menjelaskan yang sebenarnya, agar ke depannya nanti Allisya tidak selalu salah paham meskipun ia dan Yeni hanya mengobrol sebentar. "Kalau kak Aris cuma ngomong aja aku gak bakal percaya kalau itu bukan bukti dan tindakan yang nyata," ujar Allisya tak mau tau. Aris terlalu banyak janji yang belum pernah di tepati satu sekali pun. "Iya Allisya cantik. Udah nyampe, kamu masih betah duduk disitu?" Allisya bahkan tak sadar sudah sampai di rumah. "Ya gak tau. Makasih," Allisya berlalu begitu saja. Tak ada hal lain yang Allisya katakan, dulu kangen dan tak ingin Aris pulang cepat. Semuanya berbeda sekarang. "Sama-sama sya. Jangan makan pedes lagi ya? Nanti sakit." Allisya yang masih mendengar itu pun bingung. Kenapa Aris sekarang melarangnya makan pedas? Padahal dulu tak di permasalahkan dan ia bebas menikmatinya. Allisya menggeleng, jangan menoleh. Itu hanya sekedar perhatian palsu. Pasti Aris juga perhatian dengan Yeni. Perhatian yang terbagi. Di kamar, Allisya mengintip dari jendela melihat Aris yang sudah melajukan motornya. "Aku kangen kak Aris yang dulu," gumamnya lirih. Allisya membuka whatssapp-nya melihat room chat dengan Aris. Tapi- Aris online? Cepat sekali cowok itu, bukankan jarak dari rumahnya membutuhkan waktu sekitar 15 menit? Lalu dimana Aris sekarang? Allisya menjadi berpikiran negatif dan curiga. Apa Aris berhenti di suatu tempat? Anda Kak Aris udah sampe rumah? Tak lama Aris membalasnya. Aris Udah kok. Ada chat dari Kaila dengan kiriman foto. Allisya mengamatinya dengan serius. Itu Aris sedang makan dengan Yeni? Di warung pecel lele kesukaannya? Kaila Gue tadi denger kalau Yeni yang nyuruh Aris nemenin makan. Terus karena tadi Yeni di godain sama penjualnya yang genit jadi Aris belain. Parahnya Yeni malah bilang Aris tunangannya. Lo tenang aja sya, gue beresin ini hama dulu. Allisya mengangguk, sekarang Aris-nya sudah mulai berbohong. Di warung pecel lele, Kaila menyapa Aris terlebih dahulu. Aris langsung panik dan bingung harus bagaimana. Sudah kepergok oleh Kaila. Aris juga terpaksa berbohong karena kalau jujur takut menyakiti hati Allisya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN