Tak Melepaskan Dengan Mudah

833 Kata
Bulan terpaku. Dia mengigit bibirnya tanda berpikir, tidak mungkin dia mengatakan namanya Bulan. Masih di dalam rangkulan Surya, Bulan menjawab namun dengan nada yang lirih. "Putri." "Putri?" Bulan mengangguk. Dia mendadak berkeringat dingin kala melihat tatapan intimidasi dari majikannya sendiri. Tentu saja Bulan berharap Surya percaya padanya. "Nama yang cukup bagus." Mendengar itu Bulan bernapas lega, tubuhnya yang sempat menegang terasa ringan sekarang. "Hmm ... Aneh." gumam Surya, spontan Bulan sekali lagi merasakan gugup luar biasa. "Ap-- apa yang aneh?" "Kenapa tubuhmu tegang sekali?" Bulan menunduk, berpikir cepat agar bisa lolos dalam situasinya sekarang. "Bagaimana aku tak gugup, kau saja mengunciku dengan dekapan erat? Kita baru saja bertemu dan juga siapa yang tak tegang melihat wajahmu yang sangat dekat." balas Bulan berusaha agar tak grogi. Surya terdiam beberapa saat sebelum menarik sebuah senyuman simpul lalu melepaskan Bulan dalam dekapan tapi tak sampai melepaskan pergelangan tangan milik Bulan. Takut gadis itu akan pergi lagi darinya. Bulan tentu saja sadar akan hal tersebut tapi dia akan mencoba setenang mungkin. "Bisa kau lepaskan aku?" "Tidak mau." "Kenapa? Aku sudah bilang kalau aku tak akan lari ke mana-mana." Tak ada gunanya lari dan bersembunyi di kandang harimau. "Kau pikir aku akan tertipu dengan ucapanmu? Gara-gara aku lengah kau bisa melarikan diri tapi tidak sekarang, kau akan menghabiskan waktu bersamaku." Bulan mendengus kesal. Kesal sebab pria itu tak melepaskannya. Jika terus seperti ini, bagaimana dia akan bekerja sebagai asisten Surya? "Lalu kau mau apa dariku?" tepat saat Surya berpikir, seorang pria datang menghampiri mereka. "Tuan, anda ditunggu sekarang di dalam." Surya mengangguk. "Ayo kita masuk." tanpa meminta persetujuan, Surya menarik tangan Bulan untuk masuk ke dalam. Bulan pun tak kehilangan akal dengan mengenakan lagi topengnya. Keduanya lalu melewati ramainya orang hingga sampai pada sosok pria paruh baya. "Tuan Damian," si pria menoleh dan melemparkan senyuman. "Tuan Surya." kedua pria berbeda usia itu saling berjabat tangan kemudian memulai percakapan bisnis. Cukup lama sampai Bulan agak bosan tapi dia tak bisa ke mana-mana sebab tangannya tidak dilepaskan oleh Surya. Tuan Damian lalu memandang pada Bulan yang tampak merengut. Jelas sekali Bulan sangat bosan. "Maaf apa gadis ini kekasihmu Tuan Surya?" Dari balik topengnya, Bulan membulatkan mata. Dia hendak mengatakan tidak tapi Surya langsung membuka suara terlebih dahulu. "Masih dalam proses, doakan saja semoga berhasil." Bulan makin kaget lagi dan memberikan senggolan di bahu Surya tapi pria itu tak memperhatikan. "Kelihatannya dia cantik, semangat ya." "Terima kasih. Saya permisi dulu, aku harus berdansa dengan wanita cantik ini." "Tidak!" suara Bulan yang memekik langsung menyita perhatian dari para tamu. Hal itu juga membuat Bulan merasa malu. Dia bisa merasakan semua pandangan ke arahnya tapi hanya untuk sesaat karena Bulan tak lagi merasakan hal yang mengintimidasinya lagi. Saat kepalanya ditegakkan dia melihat Surya melempar pandangan tajam ke arah para tamu tanda peringatan. Surya lalu kembali memandangnya dan mengubah caranya melihat. "Ada apa? Kenapa kau tak mau berdansa denganku?" Gadis itu menggigit bibirnya kemudian menunduk sekali lagi. "Aku tak tahu caranya berdansa." lirih Bulan. "Kenapa kau tak bilang dari tadi, ayo ke lantai dansa." Bulan sontak melihat pada Surya dan menggeleng. "Apa Tuan tak mendengar apa yang saya katakan?" "Dengar, tapi percayalah padaku. Aku akan mengajarimu dengan cepat." "Tapi bagaimana jika saya berbuat kesalahan?" "Lebih baik mencoba dari pada tidak melakukannya. Aku juga tak keberatan kau melakukan kesalahan." Bulan terdiam, tanpa aba-aba kakinya seperti menuruti Surya untuk berjalan menuju lantai dansa yang kosong. Surya memberikan isyarat pada seseorang yang menyetel lagu dan tak lama alunan lembut musik didengarkan oleh mereka. Bulan kembali gugup saat lampu menyorotnya bersama sang majikan. Belum bisa menguasai diri, Bulan kembali dikagetkan sentuhan Surya ada di area punggungnya. "Jangan tegang begitu. Taruh tanganmu di pundakku, satunya lagi pegang tanganku." Bulan melakukan sesuai dengan instruksi Surya yang membuat pria itu tersenyum tipis. Surya memang pemilik dari pesta tersebut tapi dia tak mau mengenakan topeng. Katanya gerah. "Sekarang ikuti langkahku, 1, 2, 3, 1, 2, 3, coba lakukan." Dengan cermat Bulan mengikuti setiap langkah Surya, dia juga berhitung menggunakan nada kecil yang hanya bisa didengar oleh dirinya dan Surya. Surya tahu Bulan sedang berusaha mengikuti arahannya tapi entah kenapa gadis itu terlihat sangat lucu dan dia hampir melepas tawa yang sejak tadi dia tahan. Namun semua itu buyar kala Bulan tak sengaja menginjak salah satu kaki milik Surya. "Aww," "Maaf Tuan, saya tak sengaja." ucap Bulan cepat. "Tidak, tidak kau harus melanjutkannya tapi berhati-hatilah." baru mengujarkan demikian, kaki Surya kembali diinjak oleh Bulan. "Maaf Tuan aku tak sengaja." Surya terus memaklumi tapi berulang kali kedua kakinya harus menjadi korban. Kemungkinan besar jika setelah pesta ini, kakinya akan bengkak. Sakit, jangan ditanya lagi namun pengorbanan Surya tak sia-sia, Bulan agak terbiasa dan mulai tak membuat kesalahan. "Aku bisa Tuan, terima kasih atas bantuannya." "Sama-sama tapi jangan memakai aku Tuan, panggil aku Surya, mengerti?" Bulan mengangguk tapi tak sampai menoleh pada Surya. Sementara itu Ayu tampak panas melihat pria pujaannya berdansa dengan wanita lain. Padahal dia bersusah payah berdandan sekaligus mencari Surya tapi nyatanya dia sedang asyik berdansa dengan seorang wanita asing. Menyebalkan sekali!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN