"Aku akan mandi. Pergilah." Bulan mengikuti ucapan Surya dengan pergi. Sambil membawa gaun yang diberikan Surya, Bulan tersenyum cerah.
Dia akan menjadi dirinya sendiri kendati Bulan akan menutupi wajahnya dengan topeng. Tapi tidak masalah toh Bulan juga tak mau ada yang tahu akan parasnya.
"Rembulan." mendadak Bulan merinding mendengar suara panggilan dari Ayu. Gadis itu yakin ada sesuatu yang tak beres.
Semua itu terbukti dengan pandangan Ayu dan kawan-kawan saat menatap dengan sorot tajam.
Bulan kemudian melihat pada Ayu memberikan senyuman hambar. "Ada apa ya Ayu?" tanya Bulan memberanikan diri.
"Aku hanya menyapa saja. Tidak bisa ya?"
"Boleh kok." Bulan mengatakan hal tersebut dengan tegas. Sepasang mata Ayu menjatuhkan pandangan pada sebuah gaun yang dipegang erat oleh Bulan.
"Apa itu gaun?" Sontak Bulan melihat pada gaun yang digenggamannya. Dia langsung memeluk erat gaun tersebut, entah karena apa.
"Ya ini gaun."
"Oh jadi kau mau ke pesta juga? Hmm ... Kalau dilihat sepertinya gaun itu mahal. Apa gaun itu pemberian Tuan Surya?" Bulan kalut. Jemarinya bergerak tak keruan sebelum akhirnya mengangguk.
"Coba kulihat, aku ingin tahu bagaimana rupanya gaunmu itu." ucap Ayu seraya mengulurkan tangan pada Bulan.
"Maaf Ayu bukannya aku tidak mau memberikan gaun ini padamu hanya saja ini adalah gaun yang diberikan oleh Tuan Surya. Aku mau menjaganya baik-baik." Tentu saja hal ini membuat Ayu marah.
Gadis itu mendecak kesal. "Aku hanya melihat gaunmu saja tak lebih."
"Maaf aku tak bisa, aku pergi dulu. Permisi." Baru beberapa langkah, Ayu menarik rambut milik Bulan dan menyeretnya kembali ke tempat semula tanpa melepas jambakannya dari rambut Bulan.
"Aku bilang aku hanya melihatnya saja bukan mengambilnya. Kau mau mencari gara-gara denganku?!"
"Akhh! sakit Ayu. Tolong lepaskan rambutku itu sakit!"
"Kalau begitu berikan aku gaun itu."
"Tidak saya tidak mau!"
"Cih kau keras kepala sekali. Kalian jangan diam saja ayo tahan gadis jalang ini." Tangan Bulan langsung ditahan namun Bulan segera memberontak.
Ayu pun tanpa kesulitan menarik gaun berwarna ungu itu dari Bulan melihatnya sekilas kemudian memberikan senyuman sinis. Dia langsung mengeluarkan sebuah korek api otomatis.
"Ayu jangan lakukan itu, tolong jangan rusak gaun pemberian Tuan Surya!"
Ayu tak mendengarkan dan dengan teganya dia membakar gaun yang dibelikan oleh Surya di depan Bulan sendiri. Bulan memberontak namun tenaga para gadis yang menahannya jauh lebih kuat sehingga Bulan hanya bisa menatap nanar melihat gaun itu terbakar hingga menjadi debu. "Jangan pernah berharap mau datang ke pesta itu karena kau tidaklah pantas berada di sana."
Ucapan Ayu memanglah sangat menyakitkan dan Bulan diam saja masih tertuju pada api yang membakar gaun. Kini gaun tersebut hanya sebuah kain yang tak terbentuk.
Apa yang harus dikatakan oleh Bulan pada Surya? Pasti majikannya itu sangat kecewa terhadapnya jika tahu gaun pemberiannya rusak. "Apa yang kau lakukan?" suara Dona menginterupsi.
Bulan mendongak membalas tatapan serius sang kepala pelayan. Dona lalu beralih pada kain yang tergeletak di depan gadis itu. "Apa ini juga? Kenapa kau membakar kain ini?"
Sebenarnya Bulan takut menceritakan apa yang terjadi tapi dia butuh keadilan bukan?
❤❤❤❤
"Jadi Ayu tak suka denganmu yang pergi ke pesta dengan pemberian gaun Tuan Surya kemudian membakar gaun itu di hadapanmu sendiri?" Bulan mengangguk dan Dona membuang napas berat.
"Dasar Ayu, meski sudah dewasa tapi masih saja bertingkah kekanak-kanakan. Apa kau memiliki gaun lain?"
"Tidak Bu Dona. Hanya gaun pemberian Tuan Surya saja yang saya punya." Dona lantas berpikir keras. Surya menginginkan Bulan untuk pergi maka Bulan harus datang.
"Aku punya satu gaun lagi dan aku akan memberikanmu. Pakailah itu lalu datang ke pesta," Bulan yang menunduk langsung mendongak, menatap tepat pada mata atasannya itu.
"Benarkah? Bu Dona mau meminjamkan gaun untuk saya?"
"Tuan Surya sangat mengharapkanmu agar kau datang jadi kenapa tidak, ayo kemarilah kau harus melihat gaun yang akan aku berikan padamu." Dona melangkah terlebih dahulu menuju kamarnya sendiri sementara Bulan mengikuti dari belakang.
Tampak dia sangat tertarik. Langkah Bulan terhenti kala Dona masuk ke dalam kamarnya takut jika dia akan dibentak jika masuk tanpa izin. "Kenapa kau ada di situ? Ayo masuk."
Meski agak segan Bulan pun masuk kemudian mendapati ruangan kamar bersih dan rapi. Ada perasaan nyaman berada di dalam kamar tersebut.
"Bulan," gadis itu menoleh dan melebarkan mata melihat gaun merah yang berada di tangan Dona.
"Kau akan menggunakan gaun ini." lanjut wanita paruh baya tersebut.

(Ini adalah gaun yang diperlihatkan oleh Ibu Dona sama Bulan)
"Bagaimana menurutmu? Masih bagus bukan?"
"Iya Bu tapi bukankah gaun ini terlalu mewah?"
"Tidak juga kok, tapi kamu harus memakai dan menjaganya dengan baik-baik. Gaun ini harus kau kembalikan utuh, paham?"
"Paham Bu terima kasih atas bantuannya. Saya tidak akan mengecewakan Ibu."
"Sebaiknya kamu harus menepati janjimu itu. Setiap kali kau berjanji, kau tak pernah mengecewakanku. Oh ya perihal Ayu dan teman-temannya kita bahas lain kali saja."
"Iya Bu tak apa-apa saya saja senang dengan gaun pemberian Bu Dona." Masalah Bulan terselesaikan untuk saat ini namun ke depannya, Bulan akan menemukan masalah yang lebih rumit lagi.