Mendadak Curiga

886 Kata
"Benar Tuan tak apa-apa?" tanya Bulan. Tatapannya tertuju pada sosok Surya yang berjalan tertatih. "Iya tak apa-apa. Kau buat saja jadwal pekerjaan saya ... Kau sudah tahu bagaimana caranya, kan?" Bulan terdiam. Dia tak mungkin mengatakan iya bisa-bisa tambah curiga majikannya itu. "Ah maafkan aku, kau pasti belum tahu. Tidak apa-apa, aku akan minta tolong pada sekretarisku untuk membawanya kamu cukup membuatkanku teh." balas Surya. Pria itu telah berada di depan pintu kamar mandi. "Baik Tuan." "Ah iya jangan lupa setelah kamu ambil baju, tolong panggilkan Kepala Pelayan kau tahu, kan Dona?" "Ya Tuan akan saya panggilkan." menghilangnya Surya dari kamar mandi, Bulan segera mengambilkan pakaian untuk Surya dan pergi dari kamar menuju ruang kerja milik Dona. Sepanjang perjalanan, beberapa pria yang berpapasan dengannya tiba-tiba saja berhenti dan menatap dirinya. Pandangan para pria itu sama dengan beberapa pria yang dia temui saat berada di desa. Sekali lagi Bulan mencoba mengabaikan tatapan tersebut dengan melewati. Begitu sampai Bulan tidak menemukan Dona, kebetulan sekali ada seorang pelayan pria yang berada di dekatnya. "Mas, berhenti." pria itu berhenti, kaget ketika menatap Bulan yang berjalan mendekat. "Kau memanggilku?" "Iya, apa Mas tahu di mana Ibu Dona? Tuan Surya memanggilnya sekarang," "Mungkin di taman. Biasanya dia akan mengamati orang-orang yang bekerja pagi harinya, apa kau anak baru?" Bulan mengangguk agak ragu. "Kalau begitu terima kasih atas perhatiannya." belum sempat pergi Bulan di cegat oleh si pelayan pria. "Tunggu sebentar, namaku Raden. Siapa namamu?" sekali lagi Bulan ragu tapi dia pun menjawab. "Putri." barulah Bulan pergi menuju halaman belakang di mana beberapa pekerja sedang sibuk merawat kebun. Di sana ada juga Dona yang sedang memberikan perintah sebagaimana yang dikatakan oleh Raden. Tanpa berlama-lama Bulan menghampiri Dona. "Ibu Dona." Dona menoleh pada Bulan, melihat Bulan seakan Bulan adalah orang asing. "Maaf anda siapa ya? Kenapa bisa kenal sama saya?" "Mm ... Saya Putri, saya pelayan yang baru di sini untuk menggantikan Bulan." "Bulan ke mana? Kok dia tak minta izin sama saya kalau dia mau pergi?" "Dia sudah minta izin sama Tuan dan saya di sini bekerja tak lama kok hanya untuk merawat Tuan karena saya yang sudah membuat kaki Tuan Surya sakit." Meski agak kesal Dona berusaha memaklumi. "Ada apa kau memanggilku?" "Oh saya disuruh sama Tuan Surya buat cari Ibu, dia minta anda menemuinya." "Baik, terima kasih atas informasinya dulu." Bulan memberikan senyuman tipia dan lalu bergerak ke dapur. Seorang koki yang melihat Bulan tampak terpaku sekaligus bingung. Dari mana gadis cantik itu datang? Apa dia pekerja baru? "Maaf aku ingin membawakan kopi untuk Tuan Surya, apa sudah siap?" "Ya sudah. Nona cantik, kau siapa? Dan di mana Bulan? Bukankah ini adalah pekerjaannya?" tanya si koki. "Oh Bulan, sedang pergi jadi aku yang menggantikannya." "Begitu. Ambilah nanti kau akan dimarahi oleh Tuan Surya." "Terima kasih." ucap Bulan dan kemudian pergi dari tempat itu. ❤❤❤❤ Tok tok "Masuklah." ucap Surya. Pintu dibuka menampakkan sosok sekretaris dengan sebuah buku. "Kau sudah menyiapkan jadwalku?" "Sudah," "Kalau membatalkan meeting dan mengubah menjadi pertemuan online?" "Sudah Tuan." "Bagus sekarang kau boleh kembali ke perusahaan katakan kalau ada masalah." "Baik Tuan." si sekretaris kemudian pergi meninggalkan Surya di dalam ruang kerjanya. Dari jendela, dia bisa melihat beberapa pelayan tengah berkumpul. Tampak mereka membicarakan sesuatu dan melihat dari raut wajah mereka sepertinya mereka mengobrol sesuatu yang menarik. Suara ketukan membuat Surya menoleh ke asal suara dan menyambutnya dengan memberi perintah. "Tuan memanggil saya?" "Iya, aku ingin bertanya tentang Bulan. Apa terakhir kali dia meminta izin padamu untuk pergi ke suatu tempat?" "Tidak Tuan. Saya juga merasa bingung tiba-tiba gadis itu pergi tanpa mengatakan apa pun." jawab Dona jujur. "Jadi dia tak pergi ke pesta?" Surya bukan melontarkan pertanyaan melainkan gumaman namun Dona menjawab. "Bulan berada di pesta Tuan." jawaban Dona jelas membuat Surya kaget. Dia menatap tajam ke arah Bulan yang tampak tenang mengartikan dirinya tak bohong. Tetap saja Surya tak percaya. "Kau yakin dia ada di sana?" "Iya Tuan. Saya sendiri menyapanya?" "Lalu kenapa aku tak melihatnya? Aku sudah memberikan dia sebuah gaun," "Justru itu masalahnya Tuan. Ada beberapa pelayan yang tak suka perlakuan spesial anda kepada Bulan jadi mereka merusaknya jadi saya memberikan dia gaun merah menyala sekaligus topeng yang selaras supaya dia masuk ke pesta." "Apa yang kau katakan? Gaun merah menyala?" "Iya Tuan." Surya terpaku. Sekarang semuanya jelas, kenapa Putri bisa mengenalnya dengan baik? Melakukan segala sesuatu dengan baik tanpa ada kecacatan. Itu semua karena dia adalah ... Bulan. Pria itu mengusap wajahnya kasar kemudian tertawa. Astaga, dia dibodohi oleh pelayannya sendiri. Kenapa Surya tak sadar sejak melihat Bulan di kamarnya tempo hari? "Tuan, anda tak apa-apa?" "Ya, aku baik-baik saja. Kau boleh pergi." Dona menurut, dia keluar dan dari arah luar dia berpapasan dengan Bulan yang membawakan kopi untuk Surya. Dona tak mengatakan apa-apa ketika menatap Bulan. Gadis belia itu mengetuk pintu dan masuk saat Surya menyahut. Begitu masuk Bulan mendapatkan tatapan yang cukup mengenakan. Namun dengan hati-hati Bulan menaruh kopi milik Surya di meja. "Bulan tolong ambilkan file berwarna kuning," "Baik Tuan." Bulan segera mengambil lalu memberikannya pada Surya. Bukannya file yang diambil malah tangan Bulan digenggam kemudian ditarik hingga jatuh terduduk di paha sang majikan. Tatapannya tak berubah bahkan lebih menakutkan. "Kenapa kau melakukan ini?" "Maksud Tuan saya tak tahu apa maksud anda, bisa lepaskan saya?" "Kenapa kau membohongi majikanmu sendiri, Bulan?!" Bulan terpaku. Surya sudah tahu sebenarnya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN