bc

THE ROMANCE OF KIDNAPPER

book_age18+
14
IKUTI
1K
BACA
HE
curse
badboy
sweet
bxg
small town
disappearance
musclebear
wild
like
intro-logo
Uraian

Zafran tak mengira bahwa gadis yang akan diculiknya ini begitu muda, cantik dan polos. Kecantikan yang membuat Zafran tiba-tiba berada di persimpangan dalam keadaan bimbang. Mengurungkan niatnya menculik Nayra, atau melanjutkan perintah untuk menculik gadis ini. Dalam memenuhi misinya itu, Zafra menyamar menjadi bodyguard sekaligus guru melukis dengan mengenakan topeng kamuflase untuk menutupi wajahnya yang tampan mempesona itu.

Nayra, gadis lembut dan cantik itu tidak mengira bahwa guru melukisnya adalah seorang lelaki muda yang berbakat dan sangat baik. Kebersamaan mereka membuat Nayra yang jarang berinteraksi dengan orang lain merasa menemukan sosok yang selama ini begitu ingin dia miliki.

Namun ternyata, Zafran mendapat tekanan untuk tetap pada rencana semula, bahwa penculikan itu harus tetap dilaksanakan. Zafran yang tidak tega mencelakai Nayra, memilih melarikan perempuan itu meski nyawanya yang jadi taruhan. Bukan untuk Ruiz yang menyuruhnya menculik Nayra, bukan pula demi Surya, ayah kandung Nayra. Namun, Zafran menculik Nayra untuk dirinya sendiri.

Bagaimana kisah Nayra dan Zafran akan berakhir?

chap-preview
Pratinjau gratis
PENCARIAN
Siang ini, Zafran tengah berada di ruang kerja Ruiz, bersama dengan dua orang centeng Ruiz. Celana hitam pekat berbahan kain yang dipadukan dengan kemeja warna kelabu tua yang dikenakan oleh Zafran terlihat begitu sempurna membentuk lekuk tubuhnya yang kekar. “Bagaimana dengan pengamatan yang kamu lakukan, Zafran?” tanya Ruiz dengan tegas sehubungan dengan tugas yang diberikan oleh Ruiz untuk mengawasi situasi dan kondisi rumah Surya. “Sepertinya kita belum bisa menembus perimeter penjagaan mereka, Om. Penjagaan mereka memang sangat ketat sehingga saya kesulitan mencari informasi mengenai mereka. Bahkan, bagaimana kondisi dan keadaan anak gadisnya saja belum saya dapatkan.” Zafran menjawab dengan formal. Raut wajah Ruiz terlihat kaku oleh rasa kecewa. “Bertahun-tahun kita mencari informasi mengenai gadis itu. Tetapi tak satupun informasi yang kita dapatkan. Dimana laki-laki sialan itu menyembunyikan anak gadisnya?” gerutu Ruiz yang kehabisan akal untuk mendapatkan informasi mengenai putri semata wayang Surya yang entah disembunyikan dimana. Padahal, Ruiz sudah menyusun rencana bertahun-tahun lamanya untuk menjadikan anak itu sebagai bidak untuk menghancurkan Surya. Meskipun saat ini Ruiz sudah bisa merebut pangsa pasar usaha yang dijalankan oleh Surya, namun dia belum puas kalau belum melihat Surya benar-benar hancur dan menjadi gelandangan. Mengingat semua itu, wajah Ruiz mengeras. Dan Zafran memilih diam tanpa memberikan komentar apapun demi tidak membuat suasana hati Ruiz semakin runyam. Karena sudah beberapa kali Zafran kena akibat kemarahan Ruiz. “Memangnya apa saja kerja kalian? Aku menggai kalian bukan hanya untuk jalan kesana kemari tanpa hasil seperti ini!” Ruiz menghardik mereka bertiga dengan muka memerah. “Maafkan kami, Om. Kami yang tak pandai melaksanakan tugas dengan baik,” ujar Zafran yang memilih merendah daripada diamuk amarah Ruiz. “Kalian semua memang tidak berguna!” teriak Ruiz dengan suara lantang sarat amarah. Ketiga orang yang ada di hadapannya itu kemudian menunduk, pasrah menerima hardikan seperti apapun dari Ruiz. Dan kali ini pun sepertinya laki-laki itu akan marah lagi. Sementara itu, Zafran memilih bersiap jika sewaktu-waktu menjadi sasaran kemarahan Ruiz. Bagaimanapun dia sudah banyak berhutang budi pada Ruiz. Kalau tak ada Ruiz yang menyelamatkannya waktu itu, mungkin dia akan menggelandang di jalanan karena tak tahu harus ikut siapa setelah ayahnya bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri kala itu. Jika ingatan itu muncul lagi di kepala Zafran, bara api dendamnya terhadap keluarga Surya kembali terpantik. Kalau saja ketika itu Dewi tidak menghadang tembakan Anton, mungkin Anton tidak didera oleh rasa tidak didera oleh rasa bersalah yang membuatnya memilih menembakkan peluru ke kepalanya sendiri. Tiba-tiba pintu ruang kerja Ruiz terbuka, dan seorang gadis berwajah cantik muncul dengan wajahnya yang ceria. Spontan, Ruiz mengubah ekspresinya menjadi wajah kebapakan yang dipenuhi senyum. “Ayah!” sapa Lita, putri sulung Ruiz yang kini sudah tumbuh menjadi perempuan yang cantik dan cerdas sehingga di usianya yang masih tergolong muda itu dia sudah memegang salah satu perusahaan yang dikembangkan oleh Ruiz. “Hei, Lita? Ada apa, Sayang?” tanya Ruiz dengan ramah. Ya, segarang apapun Ruiz, nyatanya dia tetap berperan sebagai ayah yang baik untuk Lita, putri kesayangannya. Lita tak segera menjawab dan malah menatap Zafran yang ada di ruangan itu dengan ekspresi sedikit tegang. Lita tahu ada sesuatu yang sedang mereka bicarakan yang membuat Zafran demikian tegang. “Apakah Ayah sedang membahas sesuatu yang penting sehingga kedatanganku mengganggu kalian?” tanya Lita. “Oh, tentu saja tidak, Sayang. Ayah hanya sedang berkoordinasi sebagaimana biasanya, kan? Apakah ada yang akan kamu sampaikan pada Ayah?” tanya Ruiz untuk mengelabui pandangan Lita. Tentu saja dia tidak akan mengatakan apa yang sedang dibicarakannya bersama dengan Zafran dan kedua centengnya itu. “Kalau begitu … bisakah saya meminta izin sama Ayah untuk mengajak Zafran ke mall? Ada sesuatu yang harus saya beli sehubungan dengan persiapan presentasi perusahaan besok,” tanya Lita pada Ruiz. Sesaat Ruiz bimbang karena jelas bahwa ada yang belum selesai dalam pembicaraan mereka kali ini. Namun, Ruiz jelas tak mungkin mengecewakan permintaan Lita, apapun itu. “Ke mall?” tanya Ruiz sesaat mengalihkan pembicaraan agar tidak gugup dan kesal. “Ya. Boleh, kan, Yah?” Ruiz dan Zaf saling pandang dengan tatapan saling bertanya. “Kalau Ayah tidak berkenan aku mengajak Zafran, saya tidak memaksa. Saya bisa sendiri. Maaf, sudah mengganggu Ayah,” ujar gadis itu yang kemudian segera meninggalkan ruang kerja Ruiz dengan cepat, membuat Ruiz bingung dan salah tingkah. “Eh, Lita. Tunggu dulu! Ini Zafran boleh mengantarmu ke mall,” seru Ruiz dengan gugup. Namun, sepertinya Lita sedang sedikit sensitif sehingga dia tak mau mendengar panggilan ayahnya. Ruiz lantas menatap Zafran dengan tajam kemudian berseru kasar, “Mengapa kamu masih berdiri di sini? Antar Lita ke mall atau kemana saja yang dia mau! Turuti apapun yang dia mau, antar kemanapun dia ingin pergi!” perintah Ruiz tegas. “Baik, Om.” Zafran mengangguk kemudian bergegas keluar untuk menyusul Lita. Sementara itu, Lita yang terlanjur merajuk karena respon lambat ayahnya atas apa yang ingin dia lakukan, bergegas menuju ke garasi mobil. Tujuannya hanya satu, berkendara ke mall untuk mencari kebutuhannya besok. “Lita, tunggu!” Lita mendengar sebuah seruan yang memanggil namanya. Lita tahu siapa yang memanggilnya itu. Dia sudah pasti paham suara pria yang diam-diam disukainya sejak pertemuan awal mereka dulu. Pasti itu suara Zafran. Dan Lita berniat mengabaikan panggilan Zaf. Hingga ketika Lita hendak membuka pintu mobilnya, mendadak tertahan karena ada seseorang yang menekan pintu mobilnya dari arah belakang Lita. Tanpa menoleh pun sepertinya Lita tahu betul siapa dia. Siapa lagi laki-laki yang selalu memakai aroma wangi maskulin itu kalau bukan Zafran. “Aku antar kamu ke mall,” ujar Zaf dengan formal dan tanpa ekspresi. Lita menghela napas panjang dan membalikkan tubuhnya menghadap pada Zaf yang berdiri menjulang dengan tubuhnya yang semakin atletis. “Tidak perlu. Aku bisa ke mall sendirian,” jawab Lita dengan ketus. “Tidak baik perempuan cantik berkendara sendiri,” Zaf selalu tahu kelemahan Lita. Perempuan itu selalu saja meleleh jika Zaf mengatakan bahwa dia cantik. Bahkan, seketika wajah Lita memerah menahan malu atas ucapan Zaf meski dia tahu bahwa itu hanya omong kosong belaka. “Bukannya Abang ada pembicaraan penting dengan Ayah?” tanya Lita masih dengan ketus. Zaf tersenyum melihat Lita merajuk seperti itu. Selalu seperti itu. Meskipun sudah dewasa bahkan sudah menangani sebuah perusahaan meski bukan sebuah perusahaan yang besar, tapi Lita itu manja kalau keinginannya tidak dipenuhi. Terutama kalau terhadap Zafran. “Bukankah acara Nona rumah ini lebih penting dari pembicaraan apapun?” tanya Zaf lagi-lagi membujuk. Lita bersungut-sungut kemudian melempar kunci mobilnya pada Zafran yang diterima oleh Zaf dengan sigap. Lelaki itu lantas membuka pintu untuk Lita kemudian mengitari mobil untuk duduk di belakang kemudi. Sesaat sebelum Zaf menghidupkan mesin mobil, dia menoleh menatap ke arah Lita. “Kita akan pergi kemanapun yang kamu mau, dan aku akan mengantarmu dengan senang hati, Nona Cantik.” Zafran mencoba mengubah suasana hati Lita agar tidak marah lagi. Meski masih memasang tampang kesal, tapi Zaf tahu bahwa gadis itu sudah melunak hatinya. Zaf lantas mengacak lembut rambut kepala Lita dan tersenyum penuh kelembutan. Senyum seorang kakak kepada adiknya. Tapi sepertinya tidak demikian yang Lita rasakan terhadap Zaf. Lita memiliki perasaan lain terhadap lelaki tampan berkulit coklat dan bertubuh jangkung itu. Sejak dulu, sejak pertama kali dia bertemu dengan lelaki di sampingnya itu, dua belas tahun yang lalu. Ketika itu …. ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Tentang Cinta Kita

read
214.6K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
172.5K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
152.7K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
295.6K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.6K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.6K
bc

TERNODA

read
193.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook