Pandangan Titania berawan melihat kemesraan sang calon suami bersama adik kandung nya sendiri.
Lagi-lagi ia hanya bisa bersembunyi melihat kedua nya.
'Sampai kapan gue harus diam atas semua ini, sampai kapan Jung!' Titan membungkam mulut nya agar tangisan kesedihan nya tak terdengar. 'Kenapa harus adik aku Jung, kenapa? Ini sakit Tuhan, sakit banget.' Tubuh nya kini merosot ke bawah menutup wajah nya terisak dalam diam.
"Sayang, lepas dong. Gimana kalau dia liat kita, emang kamu mau ketahuan?"
Titania mengusap pipi nya mempertajam pendengaran nya.
"Tapi aku masih kangen, sayang." Rengekan itu membuat Titania tersenyum bodoh.
"Ya udah, biarin dia lihat gimana calon suami nya bermain dengan— "
"Ck, iya aku lepasin."
Titania berdiri ingin keluar dari persembunyian nya, namun terhenti dan kembali mendengar percakapan mereka.
"Jung, sampai kapan lu bertahan?"
Nam Ki Jung laki-laki berperawakan jangkung itu menghela nafas menggeleng pelan.
"Aku tidak tau, perasaan ini gak bisa ngelepasin dia."
"Lu masih cinta sama dia? Kalau masih, ngapain main sama gue!"
"Empat tahun bukan waktu yang singkat Maria, aku gak bisa mutusin sesuatu yang buat dia sakit. Ingat, sebentar lagi kami menikah— "
Titania meremas jemari nya, 'Gue kira lu lupa empat tahun kita Jung. Lu gak mau nyakitin dengan cara mutusin gue, tapi dengan lu main di belakang sama adik gue sendiri, apa itu gak nyakitin gue?' Ia mendongak merasa paling bodoh masih bertahan selama ini, sedangkan dia tau yang sebenarnya.
Kadang Titania berpikir, dia punya bukti perselingkuhan mereka. Tapi mengapa masih diam, membiarkan hubungan mereka semakin jauh dan semakin menyakiti dirinya sendiri? Kenapa!!
Cinta? Bulshit!! Cinta itu perlahan terkikis dan semakin menipis melihat kebersamaan mereka selama dua tahun terakhir.
Lalu apa? Apa yang sebenarnya ia tunggu? Apa Titania Amarilis Jeon !!
"Br*ngsek banget gak sih! Kenapa gak terima? pikir pake otak Jung. Dengan kita berhubungan di belakang selama dua tahun, apa menurut lu dia gak sakit?"
Jung berdecak kesal, "Maria, kita udah bahas ini berkali-kali dan apapun yang terjadi gue gak akan lepasin kalian berdua. Dan ingat, gak akan ada asap jika tidak ada api. Jadi jangan sok polos, kalau nyata nya kita sama-sama menikmati— " ucapan nya terhenti melihat kedatangan Titania.
"Ada apa sih, kok serius banget?" Pertanyaan apa ini Titania? Sudah jelas-jelas kamu mendengar semua nya. Tapi… dasar bodoh!!
Senyuman manis dari sudut bibir Maria seakan meledek gadis di hadapan nya.
"Gak ada kak, gue cuma peringatan dia buat gak nyakitin kakak ku yang paling cantik ini. Iya 'kan kakak ipar?" Tutur Maria memeluk Titania.
"Beneran?"
"Iya sayang, adik ipar benar kok." ujar Jung membenarkan perkataan Maria yang tengah tersenyum. "Kita jadi ke butik 'kan? Mama udah nunggu di sana." Tanya nya.
"Jadi kok. Ya udah yuk berangkat sekarang."
Maria melepaskan rangkulan Titania, "Kalian hati-hati ya. Kakak ipar jaga kakak gue, ngerti. Awas aja kalo dia sampai kenapa-napa," ancaman dari Maria hanya dibalas kekehan dari Jung.
"Siap boss. Ayo sayang."
'Pembohong. Kalian berdua lah yang nyakitin aku b******k!! Kenapa dek, kenapa lu tega sama gue. KENAPA?!'
Seandainya Titania bisa menjerit di hadapan mereka, sudah pasti telapak tangan nya akan bermain. Tapi tidak, ia harus menjernihkan pikiran nya sebelum pernikahan mereka yang seminggu lagi.
Lucu bukan, masih memikirkan untuk menikah walau tau keadaan yang sebenarnya.
Perasaan bodoh macam apa ini, sampai ia harus diperbudak oleh cinta palsu.
Dalam perjalanan menuju butik mama Jung, Titania memainkan jari manis Jung yang dilapisi oleh cincin pertunangan mereka.
Jung tersenyum mendapat tatapan dari Titania.
"Jung,"
"Iya sayang ada apa, hem?"
Titania tersenyum, "Kamu tau 'kan aku gak suka pembohong." Jung mengangguk sesekali melirik nya, "Hubungan kita akan berlanjut ke jenjang yang lebih serius, dan kita akan melakukan sumpah untuk dalam segala apapun." Sekali lagi di angguki oleh Jung.
"Iya sayang, aku tau. Tapi kamu kenapa? Apa ada yang pengen kamu ceritain atau aku ada salah sama kamu? Kalau ada, ayo ngomong aja biar kita selesaikan sama-sama."
"Kamu!"
"Apa? Maksud nya, aku ada salah sama kamu gitu. Ya Udah salah aku apa, biar aku perbaiki— "
"Kamu gak ada sesuatu yang pengen kamu omongin gitu?"
Titania bisa melihat getaran di pupil mata calon suami nya, ada keraguan dan tidak kejujuran di sana.
Mobil mereka berhenti, Jung menangkap pipi Titania lalu mengecup kening sang calon istri.
"Apa aku melakukan kesalahan?" Tanya nya.
Miris!! Itulah yang menggambarkan perasaan Titania saat ini.
Ia pun tersenyum, menatap dalam mata coklat pekat Jung. 'Tidak ada cinta di dalam sana, benar itu sudah tak ada. Kalau aku jujur, Aku sangat muak dengan cinta palsu ini.' kecupan di tangan Jung dilayangkan. "Aku cuma berharap kamu selalu cinta sama aku, dan akan selalu jujur. Jadi aku mohon, jangan sembunyikan apapun dari aku." Bohong jika dia tidak sakit dengan ucapan nya yang terdengar mengemis itu.
"Janji sayang. Aku akan selalu cinta sama kamu, apapun yang terjadi." Sekali lagi Titania mendapat kecupan di kening dan juga di bibir. "Yaudah, kita masuk sebelum Nyonya Nam ngamuk." Kedua nya terkekeh kemudian keluar dari mobil.
Sebelum menyusul calon istri nya, Jung sempat terdiam dengan mimik wajah yang sulit diartikan.
'Maafin aku, sayang. Aku sangat egois menginginkan kalian berdua.'
Sedangkan di dalam butik, Titania disambut ceria oleh calon mertua nya.
"Wah, calon pengantin sudah Datang nih." Ledek nya tersenyum manis merangkul Titania.
"Mama, malu ih." Titania menyembunyikan wajah nya membuat Nam Hae Jin selaku calon mertua nya tersenyum gemas.
"Iya deh, mama gak ledekin lagi. Tapi mama kamu mana sayang,"
"Mama lagi ngurusin gedung Mam. Lagian yang mau nikah siapa, yang repot siapa." Keluh Titania tersenyum tipis merasa bersalah merepotkan calon mertua dan orang tua nya.
"Mam, anak nya juga ada loh di sini. Kok malah di kacangin sih,"
Teguran yang terdengar seperti tahukan itu membuat keduanya tertawa.
"Oh, kirain cuma patung Pancoran berdiri aja." Celetuk Nyonya Nam.
"Mama ih, sama anak sendiri juga ish… " Jung semakin merajuk menenggelamkan wajah nya diceruk leher Titania.
"Hidih lebay. Udah lepasin calon menantu mama, Titan harus nyoba spesial dress wedding dari mama. Dan kamu juga nyoba tuksedo nya."
"Makasih Mam." Hanya itu yang bisa Titania ucapkan sekarang. Pikirannya kalut seakan dia ingin lari dari semua kenyataan dan kebenaran yang disembunyikan selama ini.
Cup.. !! Jung mengecup pipi sang mama kemudian berlari menjauh dengan senyum merekah.
"Dasar genit." Gerutu Nyonya Nam dengan kelakuan putra satu-satu nya itu.
Titania terkekeh, "Dia 'kan emang genit Mam." Tutur nya.
"Biarin, yang penting kamu sayang sama aku."
"Denger aja tuh orang." Greget Nyonya Nam.
Titania memandang calon mertua nya lekat, ia berpikir Jika seandainya calon suami nya tidak melakukan hal tersebut, mungkin dia adalah gadis yang sangat beruntung memiliki calon keluarga yang menerimanya bahkan menganggap nya anak sendiri.
Tak ingin Ny.Nam tau ia tengah menahan air mata, Titania segera mengikuti pegawai yang akan membantu nya.
Tepat melangkah memasuki ruang ganti, Titania terdiam mendongak ketika lagu dari idol kesukaan nya menggema.
'Fake love! Itu lah keadaan gue sekarang, semua nya fake. Apa gue saat ini hanya sebuah boneka? Benarkah itu?'
Batin Titania bertanya pada diri sendiri.
"Kalian benar, gue boneka yang cuma bisa senyum di hadapan semuanya. Sayangnya gue sendiri yang jadiin diri boneka. Dasar bodoh!"
"Ada apa Nona?"
"Oh, itu… anu… ah hehe gapapa mbak." Tidak Titania, kamu tidak boleh bersedih sekarang, karena sebentar lagi gaun dari calon mertuamu melekat indah di tubuh ini. Lakukan seperti biasa, dan tersenyumlah.
Sembari memasang gaun, sepintas kenangan nya bersama Jung kembali membuat tersenyum namun berubah sendu ketika ia melihat calon suami dan adik nya tengah b******u di sebuah kafe.
"Nona nangis?"
Titania tersentak mengusap pipi nya, "Ah hehe, terharu mbak." Berkelit tak ingin ada yang tau hati nya serapuh apa.
Karyawan tersebut seakan mengerti perasaan hari Titania mengangguk-angguk tersenyum.
"Nona cantik banget." Puji karyawan itu.
Titania tersenyum malu mengusap setiap detail inci dari dress yang ia pakai.
"Dress ini Nyonya Nam desain sendiri, kata nya ini adalah hal yang beliau tunggu seumur hidup nya. Membuat dress untuk calon menantu kesayangan nya."
Titania tertegun tak bisa membendung air mata nya. Ia pun meminta pegawai itu membuka tirai tak peduli calon mertua nya melihat diri nya tengah menangis.
Ia ingin menumpahkan semua nya, walau mereka salah mengartikan air mata nya.
Nyonya Nam menghampiri Titania begitu juga Jung yang menunggu nya. Kedua nya terkejut melihat gadis itu sudah berlinang air mata.
"Hei sayang, kamu kenapa? Mbak, menantu saya kenapa?"
Ia semakin terisak mendengar calon mertua nya begitu mencemaskan dirinya.
"Kata Nona tadi dia terharu Nyonya." Jawab karyawan tersebut.
"Astaga sayang. Sst… udah ya." Nyonya Nam membawa Titania kedalam pelukan nya.
"Jung,"
"Jung gak ngapa-ngapain Titan mam, beneran." panik Jung ketika mendapat tatapan tajam dari sang mama. "Sayang udah dong, masa kamu tega ngeliat aku di marahin mama." Rengek nya mengusap puncak kepala Titania.
Plak!
"Awh! Sakit mam!?" Jung meringis mendapat pukulan dari sang mama.
"Bisa gak kamu serius dikit. Ini calon istri kamu lagi sedih loh, gimana sih."
"Iya, iya maaf." ia pun beralih mengusap pipi Titania, "Aku tau kamu khawatir dengan pernikahan kita. Tapi aku janji bakalan ngelakuin apapun, biar apa yang kamu khawatirkan tidak terjadi." Jung mengambil alih pelukan Titania. "Aku sayang kamu, dan akan selalu seperti itu." Ujar nya mencoba menenangkan gadis nya.
Nyonya Nam tersenyum, "Udah ya, masa udah cantik-cantik gini malah nangis. Entar jelek dong," hibur nya agar calon menantu nya tidak terlalu memikirkan pernikahan kedepannya akan seperti apa.
Nyonya Nam tau, kehidupan pacaran dan pernikahan itu berbeda, sangat-sangat berbeda jadi dia mengerti perasaan calon menantu nya.
Bohong jika Jung tak merasa sakit mendengar isakan Titania. Dirinya seakan tertampar, akan keegoisan nya.
Jika Titania bisa menangis seperti ini hanya karena memikirkan kehidupan pernikahan mereka, lalu bagaimana kalau seumpama calon istri nya ini tau apa yang ia lakukan dua tahun terakhir terlebih lagi dia bersama adik ipar nya bukan orang lain.
Tapi mau bagaimana lagi, ia sudah terjerumus dalam hubungan bodoh itu selama dua tahun. Bahkan mereka sudah melakukan nya berkali-kali, ketika tak ingin membebani Titania ke dalam masalah nya.
Dan pada akhirnya, ia menikmati kebersamaan nya bersama Maria Jeon adik dari calon istri nya Titania Amarilis Jeon.