Aldo hendak mengantarkan Belva pulang, tapi ternyata sudah ada mobil Jeep terparkir di depan gerbang, menjemput Gadis tersebut.
"Aldo makasih ya, aku pulang!" Belva melambaikan tangannya, dia berjalan melewati anak-anak lainnya menuju mobil Virgo.
"Hallo kak Igo!" Belva naik ke sisi bangku penumpang sebelah Virgo.
Virgo hanya diam, dia sudah kesal, melihat kedekatan Belva dengan lelaki jangkung berambut keriting itu makin membuatnya marah.
Belva merasakan aura kemarahan Virgo. Dia memperhatikan raut wajah lelaki itu, ingin bertanya tapi takut.
Mereka sampai di depan rumah, Belva akan turun, tapi tangannya ditahan oleh Virgo. Keduanya saling bertatapan, hingga Virgo menyadari sesuatu.
"Katakan, siapa yang baru saja membuatmu menangis?" Virgo juga pernah membuat Belva menangis, jadi melihat wajahnya kini, dia yakin gadis itu baru menangis.
Belva takut untuk menjawab. Dia hendak menarik tangannya, tapi Virgo menemukan hal lainnnya.
"Siapa yang menyebabkan luka ini?" Virgo bertanya dengan suara keras, lebih seperti bentakan.
Belva terkejut, dia belum pernah dibentak seperti itu. Lebih lagi suara bariton milik Virgo membuat semuanya terdengar menakutkan.
"Mereka tidak sengaja!" jawaban Belva membuat Virgo tahu, ada yang tidak beres di sekolah. Karena Belva tidak menyebutkan pelaku tunggal, tapi menyebutkan kata mereka, yang artinya tidak hanya satu.
Belva malah jadi terisak. Selain bingung, dia juga takut dengan reaksi Virgo. Satu hal yang tidak dia sadari, kalau dia sedang menumpahkan keluhannya.
"Okay, jangan nangis. Pertama katakan, dimana kau mendapatkan luka ini?" Virgo akan langsung tahu pelakunya, jika Belva mendapatkan luka itu di luar sekolah. Artinya b******n kecil itu yang menyakitinya.
Belva mencoba tenang, dia harus lebih dulu menstabilkan nafasnya, agar bisa berbicara. Melihat pada tatapan tajam Virgo, dia takut dengan apa yang akan dilakukannya. Karena sebenarnya dia tidak ingin Virgo melakukan apa yang dilakukan Kaisar. Menghukum anak-anak itu hanya akan menambah masalahnya.
"Berjanjilah tidak akan melakukan apapun?" Belva benar-benar ingin memastikannya, membuat Virgo semakin geram.
"Katakan saja Belva, dimana kau mendapatkan luka ini?" Virgo melihat lagi pada luka memar ungu di siku Belva, dan gadis itu juga agak kesakitan tiap kali dia sedikit menarik lengannya.
"Di atap sekolah!" jawab Belva pada akhirnya.
"b******k, apa yang kau lakukan di sana? Seseorang memaksamu?" Virgo memiliki spekulasinya, dia biasa dengan beberapa kasus perundungan. Dan sudah menebak hal tersebut.
"Aku takut!" Belva menangis lagi mengusap air matanya dengan tangan lain yang tidak dipegang Virgo.
"Astaga, kenapa tidak meneleponku!" Sama seperti yang katakan Aldo, Virgo juga ingin Belva menelpon saat sesuatu terjadi.
Belva masih menangis. Virgo memejamkan mata mencoba menetralkan kemarahannya. Setelah dirinya sendiri tenang, dia melihat lagi pada Belva.
"Kemarilah!" Virgo menarik Belva untuk duduk di pangkuannya. Belva menurut, dia bergerak dari duduknya dan berpindah duduk ke atas paha Virgo. Dengan posisi menyamping, Virgo dapat melihat wajah sembab Belva dari samping.
"Apa masih sakit?" Virgo mengecek tangan Belva, dan gadis itu mengaduh saat Virgo sedikit menggerakkan lengannya.
Virgo tahu lengan Belva sedikit terkilir. Pantas saja, karena bukan hanya memar, tapi tangan itu sedikit membengkak.
"Tadi hanya luka membiru, sekarang jadi agak bengkak!" Belva sendiri bingung, karena ada bagian lecet sedikit yang sudah diobati oleh Aldo, tapi semakin lama malah terjadi pembengkakan.
Virgo diam, dia sedikit menekan di beberapa bagian. Mencoba menemukan masalahnya, dia melihat Belva sedang memperhatikannya. Tidak lagi menangis seperti tadi.
"Tanganmu terkilir. Aku akan memeriksanya, kemudian sembuh. Tapi akan sakit. Jadi, tahan sebentar!" Virgo berbicara sambil bersiap untuk menekan bagian penting agar tidak lagi terkilir.
Belva berteriak keras karena rasanya sangat sakit. Virgo seperti sedang mencoba mematahkan tangannya. Dia minta berhenti, tapi Virgo masih memijitnya.
"Sakit, kak!" ujarnya lagi setelah Virgo berhenti memijat.
"Okey, sudah-sudah!" Virgo menariknya dalam pelukan.
Dia terlalu banyak tugas dan juga pekerjaan, sehingga tidak mengawasi perkembangan Belva di sekolahnya. Dia lupa, kalau Belva pasti akan sulit beradaptasi. Dan sekarang malah terluka.
"Katakan, siapa yang melakukannya?" Virgo memberikan usapan pada rambut Belva, agar gadis itu merasa aman dan mau berbicara.
Belva menggeleng. Dia takut, Virgo akan melakukan sesuatu. Karena Aldo mengatakan, setelah ini mungkin saja mereka akan berhenti menyalahkannya. Karena anak-anak itu hanya salah paham.
"Mereka hanya tidak sengaja. Please, anggap saja semua sudah selesai, Aldo akan menjagaku!" Belva lebih percaya dengan Aldo, karena laki-laki itu yang paling masuk akal menurutnya.
"Aldo?" Virgo agak kesal, karena Belva lebih memilih dijaga oleh laki-laki lain.
"Iya, dia temanku. Jika bukan karena dia, mungkin mereka tidak akan berhenti!" Belva semakin berusaha meyakinkan.
"Lalu, dimana dia saat kau mendapatkan luka ini?" Virgo menatap tajam gadis di depannya. Karena dia tidak akan membiarkan anak-anak itu melukai Belva, jika dia ada disana.
Belva tidak tahu dimana Aldo saat itu. Tapi bukankah yang terpenting laki-laki itu datang menyelamatkannya? Dia takut karena Virgo turus menatapnya, dia dengan perlahan menyandarkan dirinya pada tubuh Virgo.
"Kakak jangan marah. Aku akan melewatinya masa-masa sulit ini. Percayalah!" Belva berusaha meyakinkan dengan suara tenang.
"Kalau begitu ceritakan semuanya!" Virgo tidak mau sampai terjadi sesuatu lagi, dia akan tetap melakukan tindakan, karena anak-anak itu sudah keterlaluan.
Belva bingung, dia tidak mau mengatakan masalah dia terkunci di kamar mandi. Karena Virgo pasti akan sangat marah. Sedangkan masalah itu sudah diselesaikan pihak sekolah dengan memberikan hukuman.
Ada suara mobil masuk ke halaman dan diparkirkan dekat mobil Virgo. Belva bergerak untuk membuka pintu mobil di sebelahnya.
"Kakak!" teriak Lian yang sudah lebih dulu turun.
"Lian, kau datang!" Belva turun dari mobil memeluk anak itu. Dia sangat senang karena kedatangan Lian menyelamatkannya dari interogasi Virgo.
"Ahhh, jangan sentuh tanganku!" Belva agak kesakitan saat Lian tanpa sengaja berpegangan pada tangannya.
Lian menutup mulutnya. Dia melihat pada Belva dengan tatapan terkejut. Terlihat sedih melihat tangan gadis itu.
"Apa sangat sakit?" tanya Lian penuh perhatian.
"Kena apa?" tanya Bian yang baru turun.
"Gak papa, ini cuma jatoh!" Belva buru-buru mengajak Lian masuk ke rumah. Meninggalkan dua orang laki-laki dewasa.
"Kau tidak seharusnya bermesraan di mobil. Untung Lian belum mengerti!" tegur Bian, tapi dia malah mendapatkan tendangan di kakinya.
"Bodoh! Aku sedang menanyainya. Dia terkena bullying di sekolah!" Virgo masih marah dengan masalah itu, dan dia belum mendengar cerita lengkapnya.
"Oh, jadi yang waktu itu. Karena dia di bully!" Bian ingat tentang pertanyaan Belva mengenai memaafkan orang yang tidak dia kenal.
"Kau tahu? Kenapa tidak bilang?" Virgo merasa dia sedang dibodohi. Karena hanya dia yang tidak tahu.
"Tenanglah, ayo kita masuk. Menghadapi remaja seusianya, kau harus menjadi temannya!" Bian berjalan di depan Virgo, dia agak merasa puas. Karena sang komandan kebingungan menghadapi seorang remaja. Itu agak menggemaskan untuknya.
Di dalam rumah, Belva memperingatkan Lian agar tidak berlarian atau ceroboh, atau si pemilik rumah bisa marah besar.
"Kakak, tadi kenapa kau duduk dipangkuan paman Virgo. Kau kan sudah besar!" Belva berpikir sebelum menjawab, dia hanya menggeleng. Karena dia tidak begitu ingat kenapa duduk di pangkuan laki-laki tersebut.
Bian dan Virgo di luar mendengar pertanyaan Lian. Keduanya membeku karena ternyata Lian memperhatikan.
"b******n!" Bian memaki, dia kesal tapi tidak memaki ke arah Virgo. Karena dia takut.