Sungguh, aku tidak punya pilihan lain selain mengikuti Ian masuk ke dalam kontrakan kecil di pinggir jalan di lantai dua. Hanya sepetak, terdiri dari ranjang ukuran sedang dan kamar mandi. Tak ada ruangan lain. "Hanya untuk sementara." Ian berkata lirih. “Apa kita nggak bisa cari apartemen lain?” Aku memandangnya penuh harap. “Nggak segampang itu, Can. Dan yang perlu kamu tahu, semua uang kutabung. Semua kartu hangus, kan?” "Emp ... apa nggak bisa pinjam ke teman-temanmu untuk mengontrak yang lebih besar?" tanyaku hati-hati. Tak bisa membayangkan jika harus berbagi tempat tidur. Ian menggeleng cepat. "Aku gak biasa berhutang." Aku memerhatikan Ian. Wajahnya yang tadi begitu syok mulai mengendur. Tak ada benda berharganya yang tersisa kecuali sepeda motor dan dua helm. Juga dompet. Si