Tiara tampak kaget saat membuka pintu rumahnya, Bima berdiri di depan pintu dengan tatapan sulit di artikan. "M...Mas Bima."
Bima perlahan masuk membuat Tiara reflek mundur. Pintu rumah ditutup lalu di kunci. "Kenapa Mas ngga kasih kabar kalau mau datang?" Ucap Tiara panik.
Bima menatapnya semakin dekat, Tiara memalingkan wajahnya tapi tangan Bima menahannya. Tiara mengaduh kesakitan. "Siapa yang melakukan ini sama kamu?" tanya Bima kesal melihat wajah Tiara yang penuh luka dan tampaknya masih sangat baru.
Tiara tak berani bilang, "Katakan Tiara siapa yang berani menyakitimu?!" ucap Bima geram.
Air mata Tiara menetes karena Bima mencengkram terlalu kuat. "Sakit Mas..." ringis Tiara. Bima menarik Tiara ke dalam pelukannya. Tiara menangis tersedu-sedu dalam pelukan Bima.
Bima menggendong Tiara masuk ke dalam rumah. Ia masih bertanya-tanya siapa yang menyakiti wanitanya. Bima menunggu Tiara untuk bercerita. Kecupan demi kecupan ia berikan kepada Tiara untuk menenangkan.
***
Tiara bangun lalu duduk bersandar di ranjang. Bima pun duduk disampingnya. Tiara menatap wajah Bima yang penuh tanya. "Siapa yang melukai kamu, dek?" tanya Bima sambil mengelus wajah Tiara yang penuh luka.
"Paman Adek, Mas." ucap Tiara malu. Kepalanya tertunduk, tangannya meremasi baju yang ia kenakan.
"Kenapa? Apa penyebabnya?"
"Karena Mas bawa Adek pergi dari cafe saat Adek ketemu sama Alarick. Sebenarnya Adek dipaksa paman untuk kencan dengan Alarick tapi Adek selalu menolak. Tapi hari itu Adek jengah dan akhirnya setuju untuk ketemu." ucap Tiara menjelaskan.
"Lalu?"
"Lalu pas Adek diantar Mas pulang keesokan harinya, ternyata Paman dan Bibi sudah menunggu di rumah. Mereka kesal karena Adek pulang di antar laki-laki lain. Mereka bahkan menganggap Adek sudah menjual diri...hiks... Padahal Adek ngga seperti itu Mas."
Tangis Tiara menjadi. Hatinya masih terasa sakit mengingat penghinaan paman dan bibinya. Bima menyeka air mata Tiara, "Maafin Mas. Mas ngga tahu bakal jadi seperti ini. Mas ngga terima kamu diperlakukan seperti ini. Mas akan laporin mereka ke polisi." ucap Bima tak terima. Ia segera mengambil hpnya untuk menelpon polisi tapi di cegah oleh Tiara.
"Jangan lapor polisi Mas adek mohon. Ini malah membuat suasana menjadi runyam. Please jangan hubungi polisi. Adek mohon..." Tiara menangis sambil menyatukan kedua telapak tangannya dan membungkuk dalam di depan Bima. Pria beristri itu akhirnya menarik Tiara ke dalam pelukannya. Ia mencium Tiara dengan mesra dan berakhir tanpa busana di atas ranjang.
***
Bima menciumi seluruh tubuh Tiara yang penuh luka. Tiara meringis antara nikmat atau pedih karena lukanya yang di sapu oleh Bima. Tangannya meremas seprai tak kuasa menikmati sentuhan demi sentuhan Bima di tubuhnya.
"Aaaakkhhh..." jerit Tiara saat benda kenyal Bima menggoda kacang miliknya yang tersembunyi di antara selangkangannya. Tangannya sontak meremas rambut Bima. Bima menyeringai melihat kekasihnya kalang kabut.
Slurrp... slurrrpp...
Bima terus menjilat dan menghisap area lembab itu, membuat si empunya bergerak-gerak tak karuan. "Mas... ooh Mas... Aaaakkkhh..." Tiara tak kuasa menahannya lagi.
Ia mengeluarkan cairannya cukup banyak dan langsung di minum oleh Bima. Bima perlahan menindih tubuh kekasihnya yang tergolek lemas karena pelepasannya. Ia menciumi wajah dan juga lehernya. "Boleh?" tanya Bima yang sudah tak sabar ingin melepas penatnya.
Tiara mengangguk, Bima mencium dahinya cukup lama. "Masukin Mas. Adek ingin Mas yang pertama untuk Adek." ucap Tiara memohon.
Bima mengelus rambut Tiara, "Belum saatnya yank." ucap Bima sambil mulai bergerak perlahan menggesekkan miliknya ke labia mayora Tiara. Keduanya mengerang nikmat, belum juga di masukkan sudah nikmat apalagi benar-benar masuk tak terkira nikmatnya. "Aah... Kapan Mas??"
Bima tak ingin menjawabnya karena ia sudah terlalu menikmati gesekan di antara mereka. Ia sudah meracau begitu pula dengan Tiara yang sudah memeluk tubuh Bima. Keduanya bergerak cepat untuk mencapai kenikmatan yang luar biasa. Bima pun menyemburkan cairan kental berwarna putih di perut dan d**a Tiara cukup banyak lalu tergolek lemas di samping kekasihnya.
Tiara menatap wajah kekasihnya, "Kenapa ngga mau masuk Mas? Mas ngga benar-benar cinta sama aku." ucapnya sedih. Tetes air mata mulai keluar dari bola matanya.
Bima merengkuhnya, "Mas sayang kamu tulus bukan karena nafsu. Ya meski sebelum dekat Mas sering membayangkan bercinta dengan kamu selama ini. Tapi yang Mas rasakan saat ini karena Mas mau kamu jadi istrinya Mas dulu barulah Mas akan memintanya."
"Adek menginginkannya Mas. Adek ingin Mas memiliki Adek seutuhnya. Adek ingin merasakan Mas di dalam tubuh ade. Adek juga mau merasakan hangatnya s****a Mas yang memenuhi rahim Adek."
Bima mengelus wajah kekasihnya, sesekali ia mengecup bibir manis itu. "Adek mohon mas..." Tiara tak mau kalah. Ia pun mencumbu Bima. Tangannya memegang benda panjang, keras dan berurat milik Bima. Bima mengerang saat tangan mulus Tiara mengocok kejantanannya. Ia terlihat pasrah menikmati cumbuan Tiara di tubuhnya.
Tiara pun bahkan mengulum miliknya dan ia hampir saja memuntahkannya di mulut Tiara. "Jangan di mulut yank." ucap Bima sambil menahan Tiara yang tampak kecewa. Bima membaringkan Tiara di ranjang dan langsung mengungkungnya. Bima tahu kekasihnya itu kesal dan mengurangi kekesalannya dengan ciuman panas. "Kamu yakin sayang?"
Tiara mengangguk, "Yakin 1000%. Adek ingin di miliki oleh Mas. Miliki Adek Mas." ucapnya bersungguh-sungguh. Bima menggelap ia masih mencoba menekan gairahnya. "Mas harap kamu ngga menyesal, karena sekali melakukannya Mas ngga akan melepaskan kamu sayang."
"Jikalau suatu hari nanti ada penyesalan, adek ngga akan pernah menyesal karena Mas jadi yang pertama untuk Adek."
Bima mencium Tiara dengan mesra. Tangannya menggerayangi tubuh kekasihnya. Ia langsung memposisikan diri dengan membuka kedua kaki kekasihnya lebar-lebar. Ia menatap kekasihnya sekali lagi, dengan sebuah anggukan dari Tiara ia pun mendorong miliknya untuk bersatu dengan Tiara.
Tiara mengerang kesakitan saat ujung kepala itu mendorong masuk dengan kuat. Ia meremas seprai dengan kuat. "Tak ada kata mundur lagi sayang, karena Mas ngga akan pernah mundur."
"I iyaaa... Aaakkhh sakit." Bima membungkam ringisan kekasihnya dengan ciuman sambil terus mendorong miliknya untuk merobek penghalang itu. Hentakan demi hentakkan kuat ia berikan agar bisa menembus sekat itu.
Akhirnya pertahanan Tiara pun jebol. Bima tersenyum bangga karena berhasil membobol sekat kuat yang menghalanginya untuk masuk. Ia menciumi wajah kekasihnya yang meringis kesakitan. Ia melihat cairan merah perlahan keluar dari sela-sela penyatuan mereka. "Sakit Mas..." ringis Tiara sesekali terisak.
"Memang sakit di awal yank karena Mas harus ngejebol dulu. Tapi selebihnya hanya kenikmatan yang kita dapatkan." ucap Bima sambil mengelus wajah cantik Tiara yang merona.
Tiara mengelus bulu-bulu halus kekasihnya. Bima benar-benar sabar menanti dirinya yang tengah beradptasi. "Makasih Mas sudah menjadi yang pertama untuk adek. Adek sayang Mas."
"Mas juga sayang kamu." Bima pun mulai bergerak perlahan setelah mendapatkan kode dari kekasihnya. Pergumulan panas pun mulai terjadi di antara keduanya.
***
TBC