• SYSTEM YANG MERUBAH DEBU JADI PERMATA
Matahari mulai menyingsing, kegelapan mulai datang menyelimuti. Di sepanjang trotoar hanya sedikit orang berlalu lalang, bahkan jumlahnya bisa dihitung menggunakan jari. Dijalan gelap dengan sedikit penerangan yang ada mulai terdengar suara gerombolan orang tertawa cekikikan. Bukannya dihiraukan tapi Mingzhi tetap berjalan menunduk dalam lamunannya.
****
“Apa bocah sialan ini tidak menghiraukan kita?” kata salah satu orang dikelompok Saoqi. “Beraninya dia mengabaikan kita,” sambung orang lainnya, berjalan bergegas mendekati Mingzhi. “Kau akan mati bocah tengik!” sambungnya.
Orang itu menepuk sebelah bahu Mingzhi lalu menariknya, spontan Mingzhi menghadap kearah orang itu dan dengan tiba-tiba sebuah kepalan tangan mendarat tepat di wajah jelek Mingzhi. Mingzhi pun jatuh tergeletak ke trotoar.
“Tunggu apalagi?! Cepat bawa dia ke gang gelap di sebelah sana!” perintah Saoqi sambil menunjuk ke sebuah gang gelap yang ada di ujung jalan. Kelompoknya bergerak sesuai arahan Saoqi, mengelilingi Mingzhi dan mengangkatnya dengan kasar untuk dibawa ke dalam gang gelap yang sudah di tunjuk oleh Saoqi.
****
GUBRAKK!!! Mingzhi dilempar di tumpukan box kayu yang dijadikan wadah botol Wine hingga box kayu itu patah. Tak ada kalimat yang bisa keluar dari mulut Mingzhi kecuali suara erangan kesakitan.
Setitik cahaya terang terlihat, membuat Mingzhi spontan menghalangi cahaya tersebut dengan kedua tangannya, dengan mata yang sedikit menutup Mingzhi melihat apa yang sebenarnya terjadi. Beberapa orang dari kelompok Li Saoqi menggunakan flash eksternal kamera smartphone mereka untuk menerangi gang yang gelap tersebut sehingga Saoqi dan beberapa rekan mereka dapat menindas Mingzhi dengan lebih leluasa.
“Arahkan padanya! aku tidak ingin salah tendang dan malah melukai kakiku sendiri,” Kata Zhiqing.
“Jangan dendam pada kami bocah, ini adalah kesalahanmu sendiri, datang kesekolah kami padahal dirimu tau kalau kau tidak pantas bergaul dengan kami dan menginjakkan kakimu disana,” kata salah satu rekan Saoqi. “Ini hukumanmu karna sudah menginjakkan kakimu disekolah kami!” Sambungnya dengan menginjak pergelangan kaki Mingzhi hingga salah satu kaki Mingzhi patah.
ARRRGGGGGHHH!!!!! Suara erangan kuat Mingzhi yang merasakan sakit tak tertahankan.
“Woy Nalan! Bukannya kau melakukannya terlalu keras?!! Dia sampai mengerang seperti itu,” dengan wajah ketakutan melihat salah satu rekannya yang mematahkan kaki Mingzhi dia berujar.
“Haahh?!!! Bukannya kita akan lebih keras padanya hari ini?” jawab Nalan.
“Ta.. Tapi, tidak harus ber.. berlebihan seperti ini, bukan?” ujar salah satu rekan Saoqi dengan terbata-bata.
“Apa kau takut?!!” dengan tegas Zhiqing menggertaknya, “Memangnya jika dia diperlakukan seperti ini dia bisa apa?” sambungnya. “Lihat ini!!!!” Zhiqing berseru sambil menendang salah satu tangan Mingzhi hingga patah.
AARRRRGGHHHHH!!!! Kembali suara erangan keras Mingzhi terdengar.
“Cihhhh!!! Jangan menaruh dendam padaku Mingzhi, aku hanya menyentermu saja,” kata salah satu rekan Saoqi yang sempat khawatir.
Lalu serentak kelompok Saoqi mulai memukuli Mingzhi, menendangnya bahkan menginjak-injak kepalanya. Diantara sinar flash eksternal kamera Nampak terlihat cairan merah darah disekitar dahi Mingzhi dan juga di area sekitar mulutnya.
Sementara itu… Mingzhi mulai kehilangan kesadarannya, suara keras pukulan, tendangan, perlahan-lahan mulai menghilang seakan itu adalah ketika mengecilkan volume musik. Wajah pelaku penindasan yang semula hanya bisa dilihat secara samar oleh Mingzhi semakin terlihat memudar dan rasa sakit yang ia rasakan perlahan tidak ada seakan dia sudah mati rasa, seketika mata Mingzhi pun tertutup.
****
Mingzhi mengingat kembali masa kecilnya, berdiri dibawah pohon yang rindang sambil menangis.
“Sayang… Apa yang membuatmu menangis?” dengan mengelus rambut Mingzhi, Su Rongzhen sang ibu memberikan senyum hangat pada putra kesayangannya.
“Ibu, aku tidak punya teman, mereka semua menjauhiku, mereka bilang… aku tidak sama seperti mereka,” sambil terisak Mingzhi kecil mengatakannya.
“Apa yang kamu maksud, Nak?” jawab Su Rongzhen yang tetap tersenyum.
“Mereka bilang aku jelek, padahal ayah orang yang sangat tampan, dan ibupun orang yang sangat cantik, lalu mereka bilang kalau aku mungkin bukan anak kalian…” dengan terisak Mingzhi mengatakannya. “Apa aku bukan anak kalian?” sambungnya dengan menatap wajah ibunya.
Su Rongzhen tersenyum dengan lebih lebar mendengar perkataan putranya, “Tentu saja kamu putra ibu, nak.” Su Rongzhen menghela nafasnya, “Apa kau tau kupu-kupu? Sebelum mereka memiliki sayap yang cantik, mereka dulunya adalah seekor ulat yang jelek. Ibu juga seperti itu dulu, gemuk dan juga jelek. Lalu ketika sudah remaja ibu menjadi kurus dan terlihat seperti kupu-kupu yang cantik,” ucap Su Rongzhen yang mencoba menghibur putra kecilnya.
“Jadi ketika aku besar nanti dan menjadi kurus, aku akan menjadi setampan ayah?” Tanya Su Mingzhi.
****
“kata-kata ibu dulu, dia mencoba menghiburku dengan mengatakannya… ahh… kenapa aku mengingat ini. Ibuku? Apa aku akhirnya akan menyusulmu, Bu?” dalam hati Su Mingzhi.
****
Su Mingzhi merasakan menggenggam tangan yang kurus, lemah dan mendengar suara lembut yang selalu ia rindukan. Di dalam ruangan sempit yang temboknya mulai memperlihatkan sebagian bata di beberapa tempat di bawah atap yang membiarkan sebagian cahaya matahari bisa masuk.
“Nak, kau sudah berusaha dengan baik. Kau telah menggantikan ibu bekerja, merawat ibu yang sudah tidak berdaya lagi. Kau satu-satunya yang menjaga ibu dikala ibu sakit, ibu sudah merenggut masa kanak-kanakmu darimu,” menatap Mingzhi dengan rasa bersalah.
“Tidak bu, jangan katakan itu…. Kumohon… aku akan sangat bahagia kalau aku bisa berbakti pada ibu, ibu tidak boleh…..” lalu Mingzhi menangis terisak-isak bahkan sampai membuatnya susah untuk berbicara.
“Ibu sudah menyuruh seseorang untuk membantu ibu, namanya Chu Liam… dulu dia adalah asisten ibu di perusahaan ibu dulu, dia berusaha mencari kontak dengan ibu dan menemui ibu dalam kesulitan seperti sekarang, ibu menyuruhnya mengatur sekolah untukmu dimasa depan, kau tidak perlu terlalu bekerja keras mencari uang, biaya sekolahmu akan dilunasi dengan uang yang ibu tinggalkan untukmu…. Tugasmu adalah untuk tidak menyia-nyiakan apa yang sudah ibu berikan untukmu… uhukk-uhukk” Su Rongzhen yang mencoba mengucapkan sebanyak mungkin kalimat yang bisa ia ucapkan untuk terakhir kalinya.
“Ibu…. Ibu tolong, perlahan saja… jangan memperburuk keadaan ibu, aku tidak bisa melihat ibu seperti ini,” ujar Mingzhi.
“Keadaan ibumu sudah tidak bisa lebih buruk lagi, nak. Ibu ingin melihatmu belajar dengan giat di tempat terbaik, dan melihatmu menjadi yang terbaik juga… habiskan masa mudamu di tempat yang ibu berikan padamu, jangan pedulikan kata orang, jadilah dirimu sendiri…. Uhukk… dan… Ibu merasa bangga bisa menjadi ibumu, ibu dari anak yang baik dan lembut sepertimu, suatu hari orang akan melihat apa yang ibu lihat dari dirimu… jaga dirimu baik-baik dan jangan berputus asa…” Nafas terakhir Su Rongzhen telah berhembus.
Dengan air mata yang terus mengalir di pipi Su Mingzhi, Mingzhi mencoba tersenyum dengan bibir yang terlihat naik turun tak kuat untuk bisa tersenyum degan baik.
“Ibu sudah memintaku untuk tidak berputus asa… apa aku tidak akan mematuhinya, tidak!!! Apa yang ibu minta, aku akan melaksanakannya,” dalam hati Mingzhi.
****
Samar-samar kembali terdengar suara orang mengobrol, lalu dengan jelas suara langkah kaki segerombolan orang yang sedang melangkah menjauh. Pandangan Mingzhi kembali terbuka, walaupun hanya tampak seperti melihat melalui kaca yang tertutup embun, perlahan kesadarannya mulai kembali.
“Uhhh…. Aku tidak akan berputus asa…. A, aku… ibuku dia percaya padaku, aku tidak boleh…. Arghhh!!! Aku tak bisa menggerakkan kakiku sedikitpun.” Dalam hati Mingzhi sambil mencoba menggerakkan kakinya. “Sial!!! Bahkan kedua tanganku pun tak mampu ku gerakkan,” sambungnya.
“Uhh… leherku pun tidak bisa digunakan untuk menengok, aku… a, aku… sudah tidak berdaya… tidak ada pilihan lain selain minta tolong,” dalam hati Mingzhi.
“Tolong!!! Seseorang tolong aku!!! Apa ada yang bisa mendengarku?!!!” mencoba berteriak sekeras mungkin, “haaaaa… mulutku bahkan tak bergerak sedikitpun, apa itu hatiku yang berteriak? Sial!!! Aku benar-benar sudah tidak kuat lagi…. Sial!!! Sial!!! Sial!!!” dalam hati Mingzhi, air matapun perlahan keluar.
“Ibu… apa salahku bu? Kenapa semua orang membenciku, bu? Aku tak melakukan kesalahan apapun dalam hidupku, aku selalu menundukkan kepalaku, tidak mengganggu atau menyinggung siapapun…. Tapi mereka… Ibu, semua yang ada di dunia ini tidak memperlakukanku selayaknya, membenciku, menindasku…. Ibu… dunia ini memalingkan wajahnya padaku sejak awal, hanya ibu… hanya ibu yang memperlakukanku dengan baik, tapi dunia ini merenggutmu dariku…” dengan air mata yang terus mengalir, dengan dahi yang mulai mengkerut dan wajah tampak marah, Mingzhi mulai mengutuk dunia ini.
“Aku mengutuk kalian semua!!! Aku membenci kalian yang telah mengambil satu-satunya orang yang peduli padaku, aku membenci kalian yang menindasku…. Hikss hiksss… tapi aku paling membenci diriku yang tidak bisa melakukan apa-apa kecuali membiarkan semua ini terjadi,” dalam hati Mingzhi. “Ini menyakitkan, sangat menyakitkan… aku sudah tidak tahan lagi menahannya, wahai dunia… jika kau bisa memberiku sedikit cintamu dengan cara mempercepat kematianku… maka aku maafkan kau… aku memohon padamu, tolong……..” sambungnya dalam hati.
Mata mingzhi pun mulai menutup…
“Kebencian terkonfirmasi, kemarahan terkonfirmasi, rasa putus asa terkonfirmasi. dendam…. Terkonfirmasi,” suara seseorang yang terdengar dalam kepala Mingzhi.
“Memulai pemindaian penyesuaian System dengan Host… pemindaian selesai dalam… 3… 2… 1… pemindaian terkonfirmasi, hasil pemindaian menyatakan kecocokan dengan Host” kata suara yang terdengar dalam pikiran Mingzhi. “Kenapa berisik sekali, apa ada seseorang yang menemukanku tergeletak disini?” dalam hati Mingzhi.
“Memulai menyusun ulang data… data terkonfirmasi, vitalitas buruk… kedua tangan patah, kedua kaki patah, dan beberapa patah tulang di rusuk juga terkonfirmasi. Darah dalam kondisi minimum… host kehilangan banyak darah… memulai pemulihan otomatis…” ujar System.
“Apa dia dokter yang datang menyelamatkanku? tapi suaranya terdengar seperti robot,” dalam hati Mingzhi. “Revitalize!!!” kata System itu, kemudian sekujur tubuh Mingzhi dikelilingi oleh aura berwarna hijau dan seakan ada angin sejuk yang menerpanya. Luka bengkak Mingzhi yang didapatkan dari insiden malam itu disembuhkan, bahkan bekas luka yang dia dapatkan insiden sebelumnya pun hilang tanpa jejak, kaki Mingzhi perlahan dapat digerakkan, tangannya pun bisa dia gerakkan kembali, spontan Mingzhi membuka matanya.
WUZHHH!!! Mingzhi bangun seketika dan melihat kedua tangannya dan diapun menyadari bahwa tubuhnya baik-baik saja bagai tak pernah terjadi apa-apa kecuali pakaianya yang sudah lecet dan robek dibeberapa bagian.
“Data terbaru terkonfirmasi, kondisi vitalitas tubuh Host sudah pulih 100%, melakukan tahap akhir penginstalan system pada host,” dengan wajah kebingungan Mingzhi mulai melihat sekelilingnya melihat dari mana suara aneh tersebut berasal.
CLING!!! Tiba-tiba di depan Mingzhi terlihat seperti sebuah layar yang memancarkan cahaya muncul. Kaget dengan hal yang dilihatnya dia menggosok-gosok matanya memastikan apa yang dilihatnya nyata atau tidak.
“Name : Su Mingzhi, Ages : 17 years, Status : Trash, Popularity : 0, Respect: 0, Point : 0,” ujar System membacakan apa yang tertera dalam layar yang diperlihatkan pada Su Mingzhi.
“Host akan mendapatkan point awal sebesar 50 jika menerima penginstalan terhadap system, apakah host akan mengonfirmasi penginstalan system? Yes or No?” Tanya System.
Dengan terheran-heran dan agak tidak percaya dengan apa yang sebenarnya terjadi disana, Mingzhi menjawab yes dengan asal dan dia tidak menyadari keajaiban seperti apa yang akan terjadi kedepannya.
“The Cheat System confirmed!!! New host Su Mingzhi, Welcome to the Impossibility.”
****