• MENDONGAK UNTUK MENYOMBONG
Mingzhi berdiri di depan gerbang besar, memegang kedua tali tasnya sambil menatap dengan tajam koridor tempat kelasnya berada dari kejauhan. Mingzhi merogoh kantong jaketnya, mengeluarkan sebuah kartu pelajar.
“Untunglah kartu ini tidak hilang ketika aku dihajar di gang beberapa hari yang lalu.”
Kartu pelajar memanglah kartu yang menunjukkan identitas pelajar dari suatu sekolah. Namun kartu pelajar milik sekolah elit yang dimasuki Mingzhi ini super spesial. Tanpa kartu pelajar dari sekolah elit ini seorang siswa tidak akan bisa masuk bila lupa membawanya. Alasannya adalah sebuah portal otomatis yang terdapat pada gerbang, saat seorang tanpa kartu khusus masuk, sebuah alarm akan berbunyi, ketika masuk sembarangan maka akan ada tindak pidana yang membuat pelaku penerobosan akan dipenjara selama 1 bulan. Jika seorang dengan kartu dan tanpa kartu masuk bersama melalui mobil, alarm akan tetap berbunyi dan keduanya akan mendapat hukuman, bedanya orang yang membawa masuk mendapat tindak pidana yang lebih serius. Jangan berfikir tentang jalur lain, meski melompat melalui pagar alat deteksi akan tetap berbunyi, sehingga secara penuh sekolah ini tidak menerima orang asing masuk.
“Tumben sekali agak sepi, Meskipun ini masih pagi, tidak biasanya sekolahan sesepi ini.” Mingzhi mengucapkannya dalam hati sambil memerhatikan sekelilingnya.
Mingzhi berjalan menuju koridor, berbeda dari biasanya tak ada sedikitpun orang yang memerhatikan atau mencaci makinya. Malahan beberapa siswa melewatinya seperti tidak ada apa apa.
“Heh... Tidak ada yang menatapku dan mencaciku kali ini, apa karna aku semakin tinggi ya? Jadi aku terlihat beda... Dih! Bukannya aku sama sekali berbeda dari aku yang biasanya.” dalam hati Mingzhi.
“Tapi aneh, mereka kelihatan jalan terburu-buru, ada apa ya? Ya bodo lah, bukan urusanku, aku masuk ke kelas, duduk, dan farming point secara otomatis, toh mereka pasti penasaran denganku, hihihi!” memikirkan sambil tertawa jahil.
****
Mingzhi teah duduk ditempatnya seperti biasa, sudah lima menit kira-kira, tapi tak ada seorangpun dikelas kecuali dirinya.
“Libur ya?! Kelas ini tidak ada penghuninya sama sekali, tapi banyak sekali tas di atas meja. Sudah jelas mereka semua datang, lalu kemana perginya mereka?”
“Quest telah terkonfirmasi, Tingkat kesulitannya adalah A! Host harus mengumpulkan lima ribu point emosi dalam kurun waktu tiga jam. Quest dimulai dalam 3... 2... 1...” tiba tiba suara android itu terdengar.
“Eh? Mendadak sekali! Jadi ini misi pertama yang harus kulakukan ya? Mengumpulkan limaribu point dalam waktu tiga jam. Point sebanyak itu hanya bisa diperoleh.... Benar! Pasar!” sambil menepuk meja, dengan antusias Mingzhi mengatakannya.
Suara orang mengobrol terdengar di koridor.
“Katanya anak kelas 1-3 ada pertandungan di gor dengan anak sekolah lain. Kita harus lihat pertandingannya.”
“Benar! Sesama kelas 1 kita harus saling mendukung, terlebih lagi yang main adalah Li Saoqi, pentolan anak kelas 1. Bagaimana kita bisa melewatkan ini.”
Suaranya semakin samar terdengar.
“Oh! Pantas saja sekarang tidak ada orang, mereka di gedung olahraga sekarang. Berarti disana sedang ramai... Itu artinya aku bisa farming point dari sana, benar! Cukup duduk berbaur saja.”
Setelah mengatakannya detak jantung Mingzhi berdetak semakin kencang. Dia menyentuh dadanya, keringat dingin keluar di dahi Mingzhi.
“Sial! Apa aku ketakutan? Kenapa rasanya aku tidak ingin kesana. Trauma? Tidak! Aku harus membulatkan tekadku!”
****
Sorak sorai, riuhnya suara dukungan terhadap sekolah Mingzhi terdengar luar biasa. Bahkan pertandingan persahabatan antara dua sekolah elit ini tidak kalah hebohnya dengan suasana pertandingan NBA.
“Akhirnya aku malah duduk ditengah-tengah keramaian ini, parahnya.... Apa-apaan ini?!!! (sambil melihat sekelilingnya). Bukannya cewek semua yang disekelilingku? Argh (menutup telinganya). Suara mereka cempreng sekali, ngapain teriak kayak orang gila begitu kakak-kakak cantik?! Kalian mempertaruhkan status sosial kalian tau!” kata Mingzhi dalam hati.
Sementara itu ada empat perempuan di depan Mingzhi yang melihat ke arahnya.
“Jaket itu... Bukannya sudah tidak modis lagi, ya kan?”
“Iya, itu bukannya jaket keluaran tahun lalu oleh Jin Outfit? Sekarang bukannya modelnya sudah ganti?”
“Kalian ini bicara apa? Kalian tidak melihatnya kalau itu barang KW, paling dia mendapatkannya di pasar loak.”
“Heeh... Murid sekolah ini membeli pakaian murahan?! Serius?!”
“Sudah berhenti bicara, sepertinya dia mengawasi kita.”
Dengan wajah kesal menatap para gadis di depannya Mingzhi berkata dalam hatinya.
“Kuhhh! Mereka ini, peka sekali terhadap hal seperti ini. Yah... Aku tidak heran juga sih, fashion adalah identitas siswa di sekolah ini... Sabar diriku, sabar. Diejek sekalipun yang penting point emosiku bertambah.”
Mingzhi kembali melihat sekeliling.
“Meskipun ribuan pasang mata yang menonton pertandingan ini, hanya sedikit orang yang penasaran denganku. Hasilnya adalah pointku bertambah dengan lambat, aku butuh suatu dorongan. Mingzhi.... Pikirkanlah sesuatu.”
****
Sementara itu dilapangan yang disorot oleh ribuan pasang mata, dengan sorak sorai yang riuh dari penonton. Salah satu tim sudah basah dengan keringat dan nafas yang sudah ngos-ngosan.
“Sial... Mereka jago main basketnya.” kata Zhiqing.
“Bre! Apa yang harus kita lakukan?” sambung Zhiqing.
“Memangnya apa yang bisa kita lakukan? Skornya sudah terpaut jauh, tenaga kita hampir sepenuhnya habis, dan kita tidak punya waktu untuk membalasanya.” jawab Saoqi dengan wajah kesal.
“Sial! Jadi kau ingin bilang kalau kita kalah pada mereka ya? Yah... Kau benar juga, mereka jago-jago sih.” kata Zhiqing.
Sambil memegang bola yang diapit dengan tangan diantara pinggulnya, berdiri ditengah lapangan. Seseorang dari tim oposisi mencoba menyombongkan diri dan memprovokasi tim Saoqi.
“jadi ini tim terbaik di prefektur Sanming?! Payah sekali, bahkan sekolah terburuk di prefektur kami Guangdong bisa bermain lebih baik daripada kalian. Mau main di tingkat provinsi? Kalau datang untuk menyumbang sih boleh saja.” dengan nada yang meremehkan.
Semua orang dari tim Guangdong tertawa.
Sementara itu di bangku penonton suara riuh semakin riuh dan semakin riuh lagi, kemarahan orang-orang atas sikap dari tim Guangdong membuat semuanya seakan ingin melemparkan sesuatu pada tim guangdong. Kata makian dan tantangan mereka lontarkan pada tim Guangdong begitu saja.
“Dasar sinting!!! Kalian menghina sekolah kami di hadapan kami?!”
“Mencoba melempar kotoran tapi tidak bermaksud menyembunyikan tangan hah? Lancang sekali kalian?”
Mingzhi menutup kedua telinganya dengan tangannya.
“Fuahhhh! Para gadis ini tidak bisa mengendalikan emosi mereka, kasihan sekali siapapun yang menjadi pacar mereka. Point emosi yang kukumpulkan terhenti seketika saat tim Guangdong memprovokasi Sanming, semua mata tersorot pada mereka sekarang.... Tunggu! Itu dia!” Mingzhi mendapatkan sebuah ide.
****
“Sial, mereka mempermalukan kita di sekolah kita sendiri?! Para anjing ini ingin menggali kuburannya sendiri.” mengepalkan tangan dan Zhiqing berjalan maju dengan emosi.
Saoqi memagarkan tangannya. Lalu dia menggelengkan kepala dengan tatapan yang tajam pada orang yang baru meremehkan tim mereka.
“Jangan bertindak gegabah zhiqing, setidaknya jangan disekolah... Kau lihat disana! (dengan menunjuk menggunakan wajah ke kursi penonton). Kak Nandong memperhatikan kita.” kata Saoqi.
“Lalu kenapa dia diam saja disana setelah melihat para anjing ini meremehkan sekolah kita?!!!” dengan nada emosi.
“Zhiqing!!! Kak Nandong itu.... Dia orang yang berbahaya, jika kita mencemarkan kehormatan sekolah kita, maka kita sendiri yang harus mengembalikannya. Jika tidak... Kak Nandong itu akan memukuli kita bersama kelompoknya. Kau mau itu terjadi?! Semakin berulah kita disini, nama baik sekolah kita akan tercoreng, kau paham tidak?!!!” dengan nada yang lebih tinggi Saoqi menjawabnya.
“Cih!!!” Zhiqing meredam amarahnya walaupun matanya masih menatap lawan dengan penuh emosi.
“Siapa pria yang sedang berjalan ke arah sini? Masker dengan tudung kepala?! Bawahan kak Nandong, kah?” dalam hati Saoqi, melihat kearah orang yang turun dari kursi penonton menuju kelapangan.
Nandong menoleh ke arah pria yang baru saja melewatinya.
“siapa orang ini? Mau ngapain dia?”
Mingzhi dalam keadaan hati yang baik, dengan senyum dibalik maskernya, berjalan santai menuruni tangga menuju lapangan basket, dengan tangan yang dia letakkan di kedua kantong jaket di bagian depan perutnya.
“Ini merupakan panggung yang sudah disiapkan untukku, lihatlah aku para orang elit... Ganti semua point yang baru saja hilang karna harus membeli skill di item shop. Kalian harus kagum pada performa yang akan ditunjulkan skill baruku!”.
Mingzhi telah membeli skill baru di item shop sebelum dia turun dari tangga, dia menemukan skill yang cocok digunakan untuk situasi saat ini, point sebelas ribu yang telah ia kumpulkan di pasar sebelumnya telah dikurangi sebanyak sepuluh ribu. Skill baru yang dia dapatkan saat ini adalah.... ACE OF THE FIELD.
ACE OF THE FIELD lvl skill. A (Skill pasif)
Ace of the field memungkinkan penggunanya menjadi raja lapangan, ketika kaki pengguna menginjak pada lapangan, kemampuan terhebat akan lahir dalam bentuk permainan terbaik seorang ace, skill ini akan aktif hanya pada bidang olahraga saja.
“Aku membeli skill yang harganya duakali lipat harga nyawaku, sial! Aku harus berimprovisasi untuk mencoba skill ini.”
Sebuah angka mengapung di depan Mingzhi, dengan nilai yang terus bertambah setiap detiknya.
“Yosh... Notifikasi point emosi mulai bertambah dan terus bertambah... Ya! Lihat aku!” dalam hati Mingzhi.
Mingzhi berhenti di samping lapangan, dengan kepala sedikit mendongak menatap langsung ketua tim Guangdong yang berada di tengah lapangan.
“Yo!!! Apa menyenangkan merendahkan orang lain hanya karna dirimu sedikit hebat?!” dengan nada sombong Mingzhi mengucapkannya pada ketua Tim Guangdong.
“Sial! Aku mengatakannya! Apa mereka akan memukulku karna bersikap angkuh?” dalam hati Mingzhi yang cemas dengan ucapannya.
Serentak suara riuh itu diredam, wajah yang kebingungan saling menatap satu sama lain.
“Siapa?!”
“Siapa orang berjaket abu-abu itu? Mau apa dia?”
Ketua tim Guangdong membalas tatapan Mingzhi dengan balik menatapnya.
“Haaaaa...??? Siapa kau?”
“Aku salah satu siswa sekolah elit Sanming! Kalau almamaterku dihina, bukannya aku tidak boleh hanya duduk menonton saja?!” balas Mingzhi.
“Sialan! Aku kenapa tiba-tiba jadi songong begini?! Tapi pointku makin bertambah banyak, tak apalah berpura-pura kuat didepannya, lagipula aku ingin test skill yang baru kudapat.” pikir Mingzhi.
“Jadi kau akan bermain basket menggantikan salah satu dari mereka? Memangnya kau tau caranya bermain basket?” tanya kapten tim Guangdong.
“hanya sekedar memasukkan bola ke dalam keranjang, apa susahnya?!” balas Mingzhi dengan nada angkuh.
“Sombong sekali kau! Kalau begitu bagaimana kalau kita taruhan?” kata Kapten Tim Guangdong menantang Mingzhi.
“Boleh saja! Apa yang akan dipertaruhkan?”
“Kehormatan! Jika tim yang kau pimpin kalah maka kalian harus berlari mengelilingi lapangan ini dan menggonggong seperti anjing, tentunya kalian harus merangkak seperti anjing.” sinis dengan senyum licik ketua Tim Guangdong.
“Jika kau dan timmu kalah, kalian harus pulang, merangkak seperti anjing sampai pintu gerbang. Dan jangan lupa gonggongannnya!” mingzhi membalas dengan senyum sinis pula.
“Setuju!” dijawab dengan sigap oleh kapten Tim Guangdong.
“Hei hei hei! (berjalan ke arah Mingzhi dengan cepat, lalu mendorong mingzhi sedikit). Kami tidak setuju dengan taruhan yang kau bilang, kami tidak mau terlibat jika kami kalah taruhan ini.” kata Saoqi.
“Tentu saja kalian tidak akan terlibat, karna aku tidak akan menggantikan salah satu dari kalian... Aku akan bermain sendiri!” ujar Mingzhi.
Penonton kembali riuh mendengar pernyataan dari Mingzhi.
“Apa? Dia mau main sendiri?”
“PD sih bagus! Tapi tidak harus bertindak seceroboh itu bukan?!”
“Kau mau main sendiri?! Kau tidak lihat kami mengalahkan lima orang ini dengan mudah? Lalu kau datang dan bilang ingin mengalahkan kami sendirian? Bocah sinting!” kata kapten Tim Guangdong.
Mingzhi berbalik ke arah kapten tim Guangdong.
“Benar! Apa kau tidak pernah mendengar istilah ini? (menatap tajam pada mata kapten tim Guangdong sambil mengacungkan jari telunjuknya). SOLO VERSUS SQUAD!”