PROLOG

1090 Kata
“Woyy cupu! Jangan lupa kerjain tugas gue, nanti gue kasih lu duit,” ucap seorang perempuan yang memiliki rambut pirang bergelombang. “Denger gue gak?” “Denger,” jawab lawan bicaranya. Nadine Rosela nama perempuan berusia 20 tahun yang memiliki kacamata itu. Kemana mana dia selalu memegang buku. Bukan termasuk mahasiswa yang popular, Nadine bahkan tidak terasa hawa keberadaannya, dia dianggap tidak ada oleh orang-orang di fakultas Seni. Mungkin seperti itu gambaran Nadine jika di kampus. Berbeda ketika malam menjelang, Nadine akan melepaskan kacamatanya, memakai lensa kontak dan mewarnai rambutnya. Dia berdandan sendiri hingga bertransformasi menjadi sosok yang berbeda. Inilah Nadine di malam hari, menggunakan pakaian yang minim yang seksi. “Rose, apa kau siap?” tanya seseorang yang masuk ke dalam ruangannya. “Sebentar lagi, topengku belum tiba.” “Ini, topengmu di sini,” ucap seseorang bernama Belle yang merupakan pemilik klab di sini. Rose adalah nama yang Nadine gunakan saat malam hari, tidak boleh ada yang memanggilnya dengan nama asli. Bahkan yang mengetahui identitas asli Nadine adalah pemilik klab ini. “Mereka sudah menunggu.” “Okay, aku akan segera memuaskan mereka,” ucap Rose memakai topeng miliknya dan membungkus tubuhnya dalam balutan coat panjang. Keluar dari ruangan rahasianya ditemani oleh Belle menuju lantai dansa, dimana music langsung memekik telinga. Ketika Rose keluar, suara DJ langsung memenuhi pendengaran. “Roseeee di siniiiiii!” teriaknya. Rose adalah bintang utama di sini, semua mata pria menatap haus padanya. sedangkan para wanita yang bekerja di sini menatap dengan cemburu, kenapa Rose sangat diistimewakan dan bahkan memiliki kamar tersendiri? Ketika Rose naik ke atas panggung dan membuka pakaiannya, semua orang langsung riuh. Rose adalah seorang penari str*ptis, bagian bagian intim Rose hanya tertutupi kain tipis hingga membuat para pria menggila. Keuntungan yang didapatkan klab ini selalu naik jika Rose yang tampil. Ada penari tiang yang lain, tapi Rose selalu menjadi bintang di sini. mempertontonkan tubuh dan tariannya pada pria yang haus akan sentuhan, menatap lapar pada Rose yang mencoba menggoda mereka lewat tarian. Hanya dalam hitungan jam, Rose bisa mendapatkan beberapa juta dan penggemar pria yang memberinya hadiah. “Mereka ingin menemuimu secara pribadi.” “Kau tau aturanku, Belle. Tidak ada hal yang seperti itu, aku hanya menari untukmu.” “Kalau saja kau mau memberikan tubuhmu, kau akan langsung mendapatkan banyak uang, Rose.” Rose yang kali ini sedang melepaskan make-up dan berubah kembali menjadi Nadine itu hanya tertawa. “Tidak, aku sudah cukup melakukan tarian untuk mata lapar mereka,” ucapnya memakai kacamata, hodie kebesaran dan juga celana kain. Tidak akan ada yang menduga kalau Nadine dan Rose adalah orang yang sama. “Terima kasih untuk malam ini. uangnya akan aku simpan,” ucap Nadine memakai masker dan keluar dari klab itu lewat jalan rahasia. Orang orang hanya akan mengiranya petugas pembersih jika bertemu dengannya. Bahkan aroma tubuh Nadine dan Rose berbeda, bagaikan langit dan bumi. “Ke rumah sakit, Pak,” ucap Nadine pada sang supir taksi. Inilah alasan Nadine melakukan hal gila seperti mempertontonkan tubuh telanj*ngnya pada mereka. karena dia memiliki seorang ibu yang sakit-sakitan. Hanya ibunya yang dia miliki selama ini, Nadine hidup dengan sosok ayah seorang pemabuk dan selalu menganiaya dirinya dan sang ibu. Dia hilang entah kemana. “Ibu, maaf Nadine baru datang.” “Kau kemana saja, Nak? Ibu merindukanmu. Apa bossmu menyuruhmu memanggang lagi untuk besok?” Nadine tersenyum miris, yang ibunya tau kalau dirinya bekerja di salah satu toko kue. “Iya, Bu. Ada orang yang memesan banyak, aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja. lagipula, kerja tambahan membuatku menghasilkan banyak uang.” “Ibu minta maaf membuatmu harus bekerja siang malam.” “Ibu berhenti mengatakan itu.” Nadine menggenggam tangan sang Ibu dan menciumnya. “Nadine akan segera lulus dan menjadi seniman, Nadine akan kaya dan membuat hidup kita lebih baik. Jangan khawatirkan apapun, cukup sembuh saja untukku, Bu.” *** Namun kenyataannya, kondisi sang Ibu terus memburuk dan membuat Nadine merasa sesak ketika mendengar, “Dia harus segera mendapatkan operasinya. Supaya jantungnya bisa berfungsi dengan normal.” Dan biayanya tidak sedikit. Bahkan mungkin Nadine harus menghabiskan waktu tiga tahun jika mengandalkan uang hasil menari. Dia kebingungan, sampai akhirnya mendatangi Belle untuk membicarakan hal ini. “Aku mohon pinjami aku uang, aku akan menggantinya dengan tarianku yang tidak harus dibayar.” “Sayangku, aku minta maaf. Kita ini partner bekerja, bukan sahabat. Aku tidak bisa memberikannya padamu, aku juga tidak punya uang sebanyak itu.” “Aku mohon, Belle. Ibuku sekarat dan butuh bantuan,” ucapnya meminta pertolongan. “Aku bisa menolongmu dengan memberimu jalan. Aku sudah menyarankan agar kau menjual saja keperawananmu itu. harganya akan fantastis, dank au hanya cukup melayaninya satu malam saja. apa kau tidak mau?” Sebelum Nadine bicara, Belle kembali menimpali. “Uang yang kau dapatkan akan banyak. Dan orang yang menggunakanmu tidak akan mengenalimu, Rose dan Nadine itu berbeda.” “Aku takut….” “Aku mengembalikan keputusan padamu. kalau kau menginginkannya, aku akan membantu.” Nadine tidak menginginkan hal ini, tapi keadaan memaksanya untuk mengambil jalan yang sangat dia benci. Karena ibunya sekarat, apa lagi yang bisa dilakukan Nadine selain mengambil langkah ini. Dia tidak mau kehilangan ibunya. Mengatakan persetujuannya pada Belle, wanita itu mengatur pertemuan Nadine dengan pria kaya yang menawar dengan harga tertinggi. Bahkan, sebagian uang sudah ditransfer pada Nadine yang bisa dia gunakan untuk separuh p********n ke rumah sakit supaya bisa langsung menangani ibunya. Malam ini, Nadine bersiap dengan sangat cantik. Menjadi Rose yang selalu didambakan semua orang. Topengnya dilepas, Rose menambahkan banyak make up supaya tidak dikenali. Bahkan membuat beberapa t**i lalat untuk menjadi ciri khasnya. Rose diantar oleh Belle ke sebuah hotel dimana pria itu berada. “Hotelnya sangat mewah, apa dia seseorang yang sangat kaya?” “Kalau dia tidak kaya, dia tidak akan mengirimkan uang sebanyak itu padamu.” Rose menelan salivanya kasar. “Aku takut.” “Tidak usah takut, aku akan di sini menunggumu. Selesaikan dan puaskan pria itu. hanya satu malam ini saja, serahkan dirimu padanya. hanya miliknya. Dan jadilah wanita yang elegant.” Rose keluar dari mobil dan pergi menuju kamar hotel yang dimaksud, bahkan dia sudah memegang kartu untuk bisa naik ke lantai yang dimaksud. Belle benar benar menyiapkan semuanya. Kata Belle, Rose langsung masuk saja. Jadi dia menekan kartunya pada pintu kemudian masuk ke dalam. “Tuan?” panggilnya. “Kau sudah datang? Rose?” Pria itu tengah memegang gelas wine membelakangi. Ketika tubuhnya berputar, Rose menahan napasnya dan mencoba tetap tersenyum. Takdir apa ini? kenapa pria yang akan dia layani adalah dosennya sendiri? wali dosennya sendiri!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN