“Tuan Gwen. Perkenalkan! Ini putraku, Mahesa.” saat Mahesa datang, Leuwis langsung berdiri dari duduknya dan merangkulnya. Bibirnya menyunggingkan senyum pada lelaki paruh baya yang dia panggil dengan sebutan Tuan Gwen. “Oh, jadi ini putramu, Leuwis. Ternyata dia sangat tampan. Kurasa, dia memang cocok untuk menjadi pasangannya Kiran,” ucap Tuan Gwen sambil ikut berdiri, Kiran yang semula duduk pun, kini berdiri di samping ayahnya dan tersenyum pada Mahesa. Dalam hatinya, Kiran merasa takjub. Ia tidak menyangka jika putra dari teman ayahnya itu sangat tampan dan berkarisma. “Haha … kau jangan menyanjungku seperti itu, Tuan Gwen. Kiran juga cantik. Mereka pasti akan menjadi pasangan yang cocok,” balas Leuwis sambil tertawa. “Pasangan? Aku dan Kiran? Apa maksudnya ini? Sebenarnya apa yan