Leuwis tertawa mendengar suara kesal Mahesa, kemudian ia bertepuk tangan dan memajukan langkahnya semakin dekat ke tempat dimana Mahesa berdiri. "Ternyata kau cukup pintar juga untuk mengetahui semuanya. Benar, aku memang sudah menyuruh Bik Atin untuk memintamu datang. Dan siapa sangka kalau ternyata kau langsung masuk ke dalam perangkap yang kubuat," ucap Leuwis dengan raut bangga yang terpancar di wajah tuanya. Mahesa berdesis, rahangnya merapat demi mendengar apa yang Leuwis katakan. "Sebenarnya masalah apa lagi yang ingin kau bahas, Pa? Kau bisa datang ke kantorku dan bicara baik-baik jika ingin mengatakan sesuatu. Bukannya dengan cara menjijikan seperti ini." Mahesa melipat kedua tangannya di depan d**a, lalu mengangkat kedua bahunya di depan Leuwis. "Cara yang menjijikan?" ul