Sudah dua jam lamanya, kamar bernuansa gelap itu hanya diisi oleh suara desahan dan kecipak percintaan. Siwanita sudah terlihat lelah dengan mata sayu sedang sipria masih semangat menggerakkan pinggangnya. Revin mengangkat kedua kaki Elia dan meletakkan di pundaknya. Setelah itu tusukannya berubah semakin cepat, miliknya kembali berkedut tanda bahwa dia akan kembali mencapai pelepasan. "Hak pelann-pelann" Elia berusaha memberontak namun sia-sia saja. Kakinya ditahan dan bagian bawahnya terus digempur meskipun ia sudah meminta untuk berhenti. Revin menunduk mengecup perut Elia lalu naik ke area yang paling ia sukai, yaitu dua gumpalan daging milik istrinya yang semakin padat setelah kehamilannya. "Tuaann jangann.."jerit Elia kesetanan. Miliknya sangat sensetif belakangan ini dan tuan R