Happy Reading!
"Enggh__shh__tuan!" Mawar langsung bangun dan menutup pahanya dengan selimut.
"Siapa yang menyuruhmu menutupnya?" Tanya Revan tajam membuat Mawar menunduk. Ia ketakutan saat mendengar nada tajam yang dikeluarkan oleh tuan Revan.
"Buka kembali!" titah Revan membuat Mawar menggeleng pelan.
"Tapi tuan__"
"Mawar!!" ucap Revan penuh penekanan membuat Mawar dengan tangan gemetar membuka selimut yang tadi menutupi pahanya.
Revan tersenyum tipis. "Sekarang lepas bajumu!"
"Apa?" Mawar langsung melotot kaget.
"Lakukan!" Desak Revan dengan tatapan tajam membuat Mawar terpaksa menurut. Ia perlahan melepas pakaian atasnya hingga kini tubuhnya hanya memakai BH dan celana dalam.
"Su_sudah tuan."Adu Mawar membuat Revan berdehem lalu segera menindih tubuh kecil Mawar dengan memberi sedikit jarak pada perutnya.
"Tuan jangan__" Tolak Mawar yang menolak ciuman dari Revan.
Revan menggeram marah lalu memegang kepala Mawar sedikit kuat. "Jangan menolak atau aku akan bersikap kasar." Ancam Revan membuat Mawar menitikkan air matanya.
"Kenapa menangis?" Tanya Revan kaget.
Mawar terisak. "Hiks_tuan jahat_" Ucap Mawar membuat Revan segera bangkit dari tubuh Mawar.
Tok tok
"Revan, makan siang sudah siap. Ayo ajak istrimu makan." teriak Widya dari depan pintu.
"Iya mah." Balas Revan lalu segera menatap Mawar yang masih menangis.
"Hapus air matamu itu!" Titah Revan membuat Mawar semakin terisak.
"Ck!" Revan berdecak lalu segera mengambil tisu untuk membersihkan air mata yang mengalir di wajah Mawar.
"Dengar Mawar! Jika kau menangis dan membuat orang tuaku curiga maka aku akan membunuh adikmu itu." Ancam Revan membuat Mawar dengan cepat menggeleng.
"Jangan_hiks tuann" ucap Mawar membuat Revan menatap wanita itu dengan tatapan mengancam.
"Berhenti menangis!" ucap Revan membuat Mawar mengangguk dan segera menghapus air matanya.
"Jangan sakiti adik saya tuan, saya mohon." ucap Mawar memelas membuat Revan tersenyum licik.
"Baiklah tapi kau harus berakting dengan baik dihadapan orang tuaku. Jika kau berhasil membuat mereka percaya bahwa kita sudah menikah maka aku akan menanggung semua biaya pengobatan adikmu, bagaimana?" tawar Revan membuat Mawar mengangguk dengan cepat.
"Baiklah tuan, tapi tuan tidak bohong kan?" Tanya Mawar membuat Revan mengangguk.
"Bahkan aku akan memberimu banyak uang." Ucap Revan membuat Mawar menggeleng.
"Tuan menanggung biaya pengobatan adik saya saja sudah cukup, terima kasih tuan." ucap Mawar tulus membuat Revan berdehem. Wanita seperti Mawar benar-benar sangat langka dan ia beruntung karena mendapatkannya meskipun dengan cara yang salah.
"Baiklah. Ingat! Jangan panggil aku tuan. Karena sekarang aku adalah suamimu bukan majikan." Ucap Revan membuat Mawar mengangguk mengerti.
Revan tersenyum puas lalu dengan cepat membantu Mawar berpakaian.
"Ayo!" Ajak Revan yang dengan penuh perhatian merangkul pinggang Mawar berjalan menuju ruang makan.
"Duduklah! Kita makan bersama." Ucap Widya saat anak dan menantunya memasuki ruang makan sedang Bram hanya tersenyum tipis melihat kemesraan anak dan menantunya.
"Pelan-pelan!" Ucap Revan saat membantu Mawar duduk.
"Terima kasih, mas." Ucap Mawar membuat tubuh Revan membeku. Apa ia salah dengar?
Revan tersenyum canggung lalu duduk di samping Mawar.
"Mawar, makanlah yang banyak. Lihat! Mama sudah meminta bibi memasak banyak menu khusus untuk kamu." ucap Widya membuat Mawar tersenyum tulus.
"Baik. Terima kasih mah." ucap Mawar membuat Widya tersenyum senang.
Mawar menoleh pada tuan Revan yang sedang minum di sampingnya. "Mas mau makan apa? Biar Mawar ambilin?"
"Uhukk" Revan langsung tersedak air yang tadi ia minum. Sedang Mawar langsung mengambil tisu dan memberikannya pada tuan Revan.
"Mas tidak papa." tanya Mawar dengan wajah khawatir membuat Revan menggeleng. Ia menatap kedua orang tuanya yang saling pandang dengan senyum menggoda ke arahnya membuat Revan sadar jika Mawar telah berhasil meyakinkan kedua orang tuanya.
Kali ini tanpa bertanya, Mawar langsung mengambilkan tuan Revan makanan. Meski begitu Mawar tidak mengambil secara asal. Beberapa bulan menjadi pelayan di rumah tuan Revan membuat Mawar juga hapal makanan kesukaan tuannya.
"Ini mas_ makan." Ucap Mawar memberikan piring berisi makanan ke tangan tuan Revan.
"Terima kasih. Kamu juga harus makan." Ucap Revan sedikit kaku. Maklum saja ia tidak pernah bisa berbasa-basi seperti itu. Apalagi ini di meja makan dan menurut Revan, akting Mawar sedikit berlebihan.
Selesai makan siang, Revan langsung menarik tangan Mawar ke dalam kamar.
"Kamu mau membongkar rahasia kita dengan berakting berlebihan seperti itu." omel Revan membuat Mawar kembali menunduk. Kenapa tuan Revan hobi sekali memarahi dirinya, batin Mawar.
"Maaf tuan_ tapi berlebihan dibagian mana?" tanya Mawar tak mengerti.
"Mengambilkan makanan lalu bersikap terlalu perhatian. Itu sangat aneh Mawar."
"Tapi ibu Mawar selalu begitu sama bapak." Ucap Mawar membuat Revan diam. Jadi Mawar mencontoh apa yang dilakukan okeh ibunya. Wajar saja mengingat Mawar pastilah tidak punya pengalaman berumah tangga sebelumnya.
"Baiklah. Lupakan saja!" Ucap Revan akhirnya. Karena sebenarnya orang tuanya terlihat percaya pada apa yang Mawar lakukan hanya saja Revan sedikit tidak nyaman atas apa yang dilakukan Mawar. Entahlah, Revan merasa sedikit asing dengan perlakuan Mawar tadi.
"Tuan__" Mawar melangkah mundur saat tubuh Revan semakin mendekatinya.
"Pssttt! Lagipula kita sudah sering melakukannya. "Ucap Revan lalu segera menggendong tubuh Mawar ke atas tempat tidur dan mulai melakukan pemanasan sebelum ia menggempur habis tubuh Mawar.