bertanya padanya

751 Kata
Melihat dia tertegun dan kehilangan kata-kata aku tertawa sinis dan menggoyangkan layar ponsel ke arahnya. "Apa kau punya penjelasan untuk ini? Kenapa diam saja?" "Ah, i-itu aku hanya ...." "Berikan alasan logis yang akan mudah kumengerti dan kupercaya sebab setelah kau merendahkan diriku, Aku butuh penjelasan yang logis sebelum aku menggugat perceraian." "Apa, bercerai?" "Ya, kecuali kau punya alasan kuat agar aku tidak merasa bahwa aku memang benar-benar adalah anjing di dalam rumah ini." "Itu hanya ...." Lelaki itu mendesah setelah tidak menemukan kata kata untuk melanjutkan penjelasannya. "Hanya apa... hanya sebuah bercandaan? Kalaupun bercanda tidak akan sampai separah itu! bahkan kau tidak menamakanku, hanya meletakkan gambar anjing dan nada deringnya juga sama, suara anjing!" "Kenapa kau tersinggung sekali?" "Bagaimana kalau aku ganti gambar nama kontakmu dari suami tersayang menjadi monyet, lalu kuletakkan gambar monyet dan setiap kali kau meneleponku juga akan kupasang ciri khas suara monyet agar aku bisa membedakan siapa yang menelpon, kau atau orang lain." "Aku tak akan tersinggung sebab aku tahu kau mencintaiku," jawabnya melengos. "Hahaha, sungguhkah! ucapanmu bukannya meredakan hatiku, tapi malah membuatku semakin marah. Alasanmu sungguh tidak masuk akal dan kau tidak usah berpura-pura, jujur saja Mas, kau memang menganggapku anjing!" "Ya Allah Kenapa harus rumit seperti ini sih? Aku tinggal menggantinya saja dengan nama Fitiya, lalu semuanya selesai!" Dia mengetik di ponselnya lalu menunjukkan namaku menggantikan gambar anjing tadi. "Ini bukan masalah ganti mengganti ... tapi aku hanya ingin tahu motivasi sehingga kau menyamakan diriku dengan hewan?" "Aku tidak menyamakanmu! aku hanya menyamarkan kontakmu agar teman-temanku tidak menyalin nomor ponselmu lalu mengerjai diri ini?" "Maksudnya?" Aku melipat tangan di d**a sambil menunggu penjelasannya yang tentu saja semakin tidak masuk akal. "Begini fitia... teman-temanku sangat iri dengan kebahagiaanku dan betapa bangganya aku memilikimu, jadi mereka ingin sekali sesekali mengerjai diri ini. Mereka ingin membuatmu cemburu dengan mengatakan kalau aku punya selingkuhan, makanya aku menyamarkan nomor ponselmu agar mereka tidak menemukannya." "Harus sekali dengan gambar anjing?" "Itu agar mereka kesulitan Fitiya, aku sungguh tidak bermaksud, Sayang. Aku .... aku benar-benar minta maaf." Lelaki itu berkata dengan nada gugup dan gemetar, dia mencoba meraih kedua bahuku sambil tersenyum tapi aku menepisnya. Aku tidak mempercayainya, entah kenapa perasaanku tidak percaya, aku tidak yakin alasannya sesederhana itu. Bayangkan saja, jika kita mencintai seseorang maka segala sesuatu tentang dirinya adalah hal yang baik-baik dan manis-manis. Kita ingin memberi tanda dan menamai orang yang kita cintai dengan hal-hal yang baik, tak mungkin, suamiku mencintaiku tapi dia malah menamakan diri ini dengan anjing. Tak mungkin begitu. "Lalu bagaimana dengan nada dering ponselmu yang benar-benar mencirikan panggilanku?" "Astaga, nada dering ponselku memang itu... Itu nada dering default yang berlaku untuk semua panggilan," jawabnya tertawa. Aku semakin tidak percaya saja dan di saat bersamaan tiba-tiba ponsel lelaki itu berdering. Nadanya bukan suara anjing tapi melainkan suara nada dering klasik dari ponsel iPhone. "Lihat kan, kebohonganmu langsung diungkap secara nyata oleh Tuhan!" "Sebentar, aku bisa jelaskan! tapi aku izin dulu untuk mengangkat panggilan!" Ia nampak panik melihat layar ponselnya, lalu segera berlari menghindariku. Gelagatnya aneh sekali, di mana selama ini, dia bisa mengangkat panggilan kapan dan di mana saja. Tiba tiba sebuah panggilan datang, dan dia langsung panik menjauhiku membuat diri ini semakin curiga dan aneh saja. "Ya, ya, aku akan datang aku akan membereskan semuanya, jangan khawatir." Itu jawaban suamiku yang nampak kesal sekaligus gugup ditambah ia terus melirik ke arah diri ini. "Ya, jangan khawatir, sabar sebentar." Usai mematikan ponselnya lelaki itu meletakkan kembali benda itu ke dalam kantongnya. "Siapa?" "Teman kerja, ada sedikit kendala." "Bukannya kantor sudah ditutup jam 05.00?" "Yang namanya bea cukai bisa datang kapan saja. Kau tahu kan' aku bertugas di bandara, bandara itu tidak pernah tutup 24 jam. Jadi kalau ada kendala ,mereka pasti menghubungiku." "Aneh, itu tidak pernah terjadi sebelumnya di luar jam tugasmu." "Ini masih jam tiga sore, ada yang urgent, aku harus pergi!" ujarnya menghindar. Dia mendekat lalu mengecup keningku kemudian buru-buru meraih kunci mobil di nakas, belum sempat ia makan dan ganti baju setelah pulang tadi, tiba-tiba ia harus kembali lagi ke bandara. Tapi karena buru buru, tiba-tiba sepatu suamiku mengalami slip dan tergelincir di ubin, dia terperosok dan jatuh, hingga ponselnya keluar dari kantongnya. "Astaghfirullah." Lelaki itu segera berusaha bangkit dan meraih benda yang meluncur sedikit jauh sampai ke hadapanku. Dia buru-buru ingin meraih ponsel itu. Di momen bersamaan itu, ponselnya kembali berdering, nada klasik itu terdengar kembali, tapi bukan suara anjing, ada nama my Queen terpampang di sana. Besar dan ada emoji jantungnya. My Queen, ratuku ... Waw, aku langsung membulatkan mata.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN