Sand masih berdiri dengan santai, kedua tangannya masuk ke dalam saku celana, dan ekspresi wajahnya datar. Dia menunggu dalam kesunyian, apa yang akan diucapkan oleh Vincenzo sebagai jawaban atas permintaannya sebelumnya. Tentunya Sand juga sadar kalau Vincenzo pasti sulit untuk memutuskan, jadi apa yang bisa dilakukannya sekarang hanyalah menunggu dengan sabar.
Sementara itu, Vincenzo masih mencoba menggerakkan seluruh bagian tubuhnya, tetapi tidak bisa berhasil. Apa yang bisa dilakukan oleh pemuda itu tak lain hanyalah menatap tajam Sand dan menahan diri agar mulutnya tidak mengucapkan banyak k********r untuk sekarang. Ia pun menjadi sadar mengapa Sand begitu percaya diri, setelah apa yang terjadi saat ini.
“Jadi, bagaimana menurutmu?” Sand bertanya sekali lagi setelah melihat ekspresi wajah Vincenzo yang sangat mudah ditebak. “Apa yang aku katakan sebelumnya benar, kan? Kalian, dengan kekuatan yang hanya sebatas ini, sudah pasti akan mati bila bertemu dengan Makhluk Buas. Aku bahkan tak yakin kalau kalian akan sanggup melawan kepungan Froggys.”
Vincenzo mengerti kalau Sand sedang mencoba untuk memprovokasinya. Akan tetapi, ia tidak dengan mudah termakan oleh provokasi itu. Sebelum menjawab, pertama-tama ia menenangkan dirinya dengan beberapa kali mmenarik napas panjang, lalu mengeluarkannya perlahan. Pemuda itu kemudian menunjukkan ekspresi wajah serius, menjawab, “Baiklah, aku bisa mempertimbangkanmu.”
Menilai kalau Vincenzo mengatakan hal itu tanpa niat tersembunyi, Sand pun menonaktifkan jurusnya, sehingga Vincenzo dan yang lainnya kembali bisa bergerak seperti biasa. Pemuda itu kemudian berkata, “Di saat seperti ini, aku sarankan kau untuk membuat keputusan berdasarkan logika. Bukan karena emosi atau malah dendam di masa lalu, Vincenzo ….”
Beberapa saat kemudian, Vincenzo kembali bisa tenang, lalu memasukkan kembali pedangnya yang sudah berbentuk cahaya, ke dalam lengan bajanya. Sesuai dengan apa yang disarankan oleh Sand, Vincenzo menyingkirkan perasaannya sejenak, lalu mempertimbangkan semuanya dengan logika untung rugi, dan kemungkinan Sand akan berkhianat atau tidak di masa depan.
Meski sudah cukup lama memikirkannya, Vincenzo masih belum juga menemukan alasan mengapa Sand akan berkhianat di masa depan, kecuali satu hal: Sand mempunyai dendam pribadi padanya. Namun, bila Sand memang memiliki dendam pribadi, maka Sand pasti sudah menghabisi mereka semua tadi. Akan tetapi, pemuda itu tak melakukannya, bahkan tidak berniat untuk itu sedikit pun.
“Aku tidak ingin basa basi dan omong kosong,” kata Vincenzo, tegas kepada Sand. “Katakan dengan jelas dan meyakinkan, apa alasan sebenarnya kau bergabung dengan kami? Dari apa yang aku lihat, kau tidak memiliki niat seperti pejuang atau apa pun, dan tampak hanya seperti orang yang sangat santai saja!”
Tentu saja Sand sudah menebak dengan jelas kalau pertanyaan ini akan keluar dari mulut Vincenzo ketika mulai mempertimbangkan dengan serius. Dan Sand sudah menyiapkan jawaban yang menurutnya cocok untuk menjawabnya. Sand berkata, “Sejujurnya, walau aku terlihat seperti ini, aku sudah sangat muak dengan dunia ini.” Dengan sengaja dia menjeda kalimatnya.
“Hanya itu?” Vincenzo menginginkan sebuah jawaban yang lebih meyakinkan. Namun ini sangat sesuai dengan apa yang sudah diperkirakan oleh Sand.
Sand menggelengkan kepala. “Aku tahu kau pikir itu adalah alasan yang terdengar sepele, tetapi sebenarnya tidak sepele. Kau melakukan perjalanan ini hingga rela melepaskan profesimu sebagai prajurit biasa, pasti juga karena alasan ini, kan?”
Apa yang dikatakan oleh Sand memang benar, ini membuat Vincenzo kesulitan untuk menanyakan apa lagi. Akan tetapi, jawaban yang diberikan oleh Sand masih sangat ia ragukan, sehingga ia pun tanpa mau menutupi apa pun, berkata dengan jujur, “Aku akan jujur padamu, aku tidak bisa percaya kalau kau adalah orang yang akan melakukan atau berniat melakukan hal seperti itu!”
Sand mengembuskan napas panjang, pertanyaan yang dilontarkan oleh Vincenzo, lagi-lagi tepat seperti yang ia duga. “Sebenarnya aku ingin berkata, ‘jangan menilai buku dari sampulnya’, tapi itu tidak akan meyakinkan. Jadi aku akan memberikan jawaban lain.” Sand tampak sangat serius. “Sebelum aku dibawa ke panti asuhan, aku adalah anak dari sebuah keluarga kecil. Namun, keluarga kecilku dihancurkan oleh Makhluk Buas. Sejak saat itu, meski tidak terang-terangan, aku sangat membenci mereka!”
Melihat Sand mengatakan itu dengan sangat serius, Vincenzo tidak lagi bisa mengatakan kalau Sand masih menyembunyikan hal lain. Ini membuat Vincenzo mengembuskan napas panjang, kemudian menyerah karena sudah tak bisa lagi membantah ucapan Sand. “Baiklah, kau bisa bergabung dengan kami. Tapi ….” Kali ini Vincenzo menatap tajam Sand dengan wajah yang mengintimidasi. “Jika kau melakukan sebuah pergerakkan yang mencurigakan. Meski aku harus kehilangan nyawaku, aku sendiri yang akan membunuhmu!”
“Ya.” Tidak ada keraguan sedikit pun terlihat di mata Sand kala mengatakan satu kata yang sangat singkat itu. Ia tidak takut dengan ancaman yang baru saja dikatakan oleh Vincenzo, walau sebenarnya alasan mengapa Sand bergabung dengan Vincenzo dan teman-temannya karena alasan lain. Alasan yang sangat sederhana, tetapi tidak mau dikatakan langsung oleh Sand. Yakni karena Sand dan Vincenzo sebenarnya adalah saudara. Namun, Vincenzo tidak mengetahui fakta tersebut hingga sekarang.
Akhirnya, setelah Vincenzo memutuskan untuk menerima Sand bergabung, Vincenzo pun mengatakan keputusan itu pada teman-temannya, terutama pada Carina. “Aku menerima Sand bergabung dengan kita. Kurasa dia memang memiliki kekuatan yang kita perlukan, dan juga aku tidak melihat dia memiliki alasan lain yang membuatku ragu mengizinkan dia bergabung dengan kita.”
Keith dan Angel menghormati keputusan Vincenzo, serta kagum pada Vincenzo yang masih sanggup membuat sebuah keputusan rasional meski di keadaan yang tidak bisa ia hindari pasti melibatkan perasaan. “Kalau kau pikir begitu, maka kami tidak memiliki alasan untuk menentang,” kata Keith, menyatakan persetujuannya.
Di sisi lain, meski terlihat sedikit ragu, Carina mencoba menenangkan dirinya, lalu menyampaikan pendapatnya, “Kurasa dengan adanya Sand bersama kita, setidaknya kekuatan kita bisa bertambah dan mungkin Vincenzo benar-benar tak perlu lagi memaksakan diri bertarung melawan musuh yang buruk.” Carina setuju dengan Vincenzo bukan hanya karena dia menurut begitu saja pada pemuda itu, tetapi lebih memikirkan bagaimana dan apa yang akan terjadi pada Vincenzo di kemudian hari yang tidak bisa dia tebak.
Mendengar Vincenzo dan teman-temannya sudah selesai berdiskusi, Sand pun memperpendek jarak dengan mereka. “Terima kasih karena sudah mengizinkan aku untuk bergabung. Aku akan mendukung kalian dengan semua yang aku bisa, jadi jangan ragu untuk meminta pertolongan apabila kalian benar-benar membutuhkannya. Aku tidak akan mengabaikan permintaan dari teman.”
“Sudahlah, daripada kita terus berada di sini, lebih baik kita segera memulai perjalanan sebelum sore hari tiba.” Vincenzo segera mengubah topik pembicaraan, lalu mulai berjalan ke arah yang ditunjukkan oleh instingnya. Arahnya masih sama, dan barisan mereka berjalan juga masih sama, tetapi dengan tambahan Sand di sebelah Vincenzo.
***
Mereka terus berjalan menyusuri padang pasir tandus seperti sebelumnya. Vincenzo masihlah yang menjadi pengarah dalam perjalanan kali ini, sedangkan Sand yang adalah anggota baru hanya diam dan terus berjalan tanpa mengatakan apa pun. Selain itu, arah yang ingin dituju oleh Sand juga sama seperti yang ditunjukkan oleh Vincenzo, jadi dia tak mau mempermasalahkannya.
“Oh iya, Sand,” kata Vincenzo memecah kesunyian di saat perjalanan mereka. “Apa kau tak masalah berjalan sesuai dengan jalan aku tunjukkan? Atau mungkin kau sebelumnya ingin pergi ke tempat lain? Jangan sungkan, katakana saja.’’
“Haha. Tidak ada hal yang semacam itu.” Sand tertawa pelan. “Aku sebenarnya sedikit terkejut, mengapa secara kebetulan jalan yang ingin aku tempuh, sama dengan apa yang kau tunjukkan. Jadi, aku hanya akan diam saja. Ini membuktikan bahwa pilihanku untuk bergabung dengan kalian sudah sangat tepat.”
Sejenak Vincenzo melirik Sand, tetapi kemudian memalingkan pandangan kea rah lain. Ia bisa saja mengatakan tak percaya pada Sand, tetapi karena hal itu tidak begitu penting, jadi Vincenzo mengabaikannya saja, menganggap kalau ia tak pernah membahas topik tadi bersama Sand.
Waktu terus berlalu, hingga matahari terlihat akan terbenam sebentar lagi. Seperti sedang memiliki keberuntungan yang bagus, mereka menemukan sebuah gua kosong, tepat beberapa meter di depan mereka, yang bisa mereka manfaatkan untuk berteduh pada malam hari ini. Oleh karenanya, mereka bisa beristirahat dengan lebih tenang tanpa banyak khawatir.
“Terkadang keberuntungan itu ada ternyata ….”
“Mungkin saja dunia tidak ingin membuat kita terus sengsara oleh hal-hal yang sangat menyebalkan, sehingga sedang berbaik hati sekarang, Vincenzo.” Keith menyahut setelah mendengar gumaman kecil dari Vincenzo.
“Apa pun itu, yang pasti kita harus memanfaatkannya dengan baik.” Vincenzo dan teman-temannya pun segera menyiapkan apa yang perlu mereka persiapan untuk tinggal selama satu malam di gua ini. Tentu saja, mereka tidak hanya fokus pada bagian dalam gua, melainkan bagian luarnya juga.
Di luar gua, mereka menyiapkan lima buah batu yang akan mereka jadikan tempat duduk saat makam malam. Selain itu, mereka juga menyiapkan sebuah perapian kecil yang berada di tengah-tengah lingkaran yang terbuat dari susunan lima buah batu tadi, yang mereka buat menggunakan ranting-ranting pohon yang tentu saja mereka ambil dari oasis sebelumnya.
Selama mempersiapkan tempat peristirahatan sementara, Sand ditugaskan untuk memantau sekitar, seorang diri. Sand yang adalah orang baru di kelompok ini, tentu harus mengikuti permintaan dari mereka dan melakukan tugasnya dengan baik. Dia benar-benar mengawasi sekitar dengan penuh tanggung jawab, tidak membiarkan bahaya apa pun mendekat ke arah mereka.
Di sisi lain, Vincenzo yang telah selesai mengerjakan bagian yang perlu ia kerjakan, lantas berdiri di sebelah Sand tanpa mengatakan apa pun. Vincenzo tidak mau berkomentar apa pun, hanya terus mengawasi sekitar seperti yang dilakukan oleh Sand, hingga membuat Sand bertanya, “Apa kau sungguh tidak bisa percaya padaku, Vincenzo? Atau kau masih memerlukan hal lain agar benar-benar tak lagi meragukan kalau aku tidak akan menghianati kalian?” Sand sengaja memaparkan serentetan pertanyaan.
Vincenzo menggelengkan kepala beberapa kali, tampak sangat tenang dengan wajahnya yang datar. “Tak perlu, aku sudah tak memiliki alasan lagi untuk meragukanmu. Aku ikut mengawasi hanya karena aku ingin menghabiskan waktu, itu saja.”
“Tampaknya aku yang terlalu banyak berpikir.”
“Semua orang pernah melakukannya, jadi jangan khawatirkan hal kecil seperti itu.”
Mendengar Vincenzo mengatakan kalimat itu dengan sangat tenang, Sand tak melihat ada kebohongan dalam kalimat yang diucapkan oleh pemuda yang ada di sampingnya itu.