Aku Akan Menikahimu

1127 Kata
Setelah setengah jam berlalu, dokter yang menangani Pretty akhirnya keluar dari ruang darurat. Jack, yang telah menunggu dengan gelisah, segera menghampirinya. "Apakah Anda adalah anggota keluarga pasien?" tanya dokter itu, mengamati Jack dengan wajah penuh kewaspadaan. Jack mengangguk ringan, meskipun hatinya berdebar keras. "Bagaimana dengan kondisinya?" tanyanya dengan nada yang nyaris putus asa. Dokter itu menarik napas panjang sebelum menjawab, "Pasien sangat terpukul, dan bagian rahimnya mengalami kerobekan yang harus dijahit. Untuk sementara dia tidak boleh banyak bergerak dan harus menjalani rawat inap di sini." Jack merasakan dadanya semakin sesak mendengar penjelasan tersebut. "Dokter, lakukan yang terbaik untuknya, dan aturkan kamar VIP untuk gadis itu!" pintanya, suaranya sarat dengan kekhawatiran yang sulit ia sembunyikan. "Baiklah, akan saya lakukan sesuai permintaan Anda," jawab dokter itu sambil mengangguk hormat, lalu melangkah pergi meninggalkan Jack yang masih tenggelam dalam pikirannya. Jack menghela napas panjang, rasa bersalah melingkupi dirinya seperti kabut tebal. "Aku, Jack Harrison, malam ini telah melakukan kesalahan besar dan menghancurkan masa depan seorang gadis. Bagaimana jika gadis itu sadar? Dia pasti sangat, sangat terpukul," pikirnya dengan hati yang berat. Seorang suster datang menghampiri Jack, membuyarkan lamunannya. "Tuan, ini adalah barang-barang nona Pretty," katanya sambil menyerahkan sebuah handphone dan kartu pengenalan milik Pretty. Jack mengambil barang itu dengan wajah datar. "Terima kasih," ucapnya singkat sebelum menundukkan kepala, memperhatikan kartu pengenalan itu. Ia membaca nama yang tertera di kartu itu, suaranya pelan namun jelas. "Namanya adalah Pretty Jolie, usianya baru 23 tahun, dan dia adalah karyawan biasa di sebuah perusahaan," gumamnya sambil mempelajari identitas gadis itu. Ia mengerutkan kening, pikirannya dipenuhi pertanyaan. "Selidiki latar belakangnya! Aku ingin mengetahui semua tentangnya!" perintah Jack kepada Luiz, salah satu anak buahnya, dengan nada tegas. "Baik, Bos," jawab Luiz sambil menundukkan kepala tanda hormat. Jack melangkah masuk ke kamar VIP tempat Pretty dirawat. Untuk pertama kalinya, ia melihat paras gadis itu dengan lebih jelas. Wajahnya cantik, bahkan tanpa riasan. Namun, kecantikan itu justru membuat rasa bersalah Jack semakin dalam. "Pretty Jolie, aku telah menghancurkan hidupmu. Aku akan bertanggung jawab dan menikahimu. Mulai hari ini, kau adalah wanita milik Jack Harrison," bisiknya pelan, sambil mengecup dahi gadis itu. Sentuhan itu terasa ringan, namun baginya sarat dengan penyesalan. Ia menyentuh wajah Pretty yang pucat dan dingin. "Pretty Jolie, karena kau adalah gadis yang menjadi korbanku, maka aku tidak akan menyia-nyiakanmu. Malam ini kau telah menyelamatkanku. Aku akan membayar itu dengan seumur hidup," ucapnya lirih, nadanya penuh tekad. Tak lama kemudian, Luiz masuk ke kamar itu, menyela kesunyian yang penuh rasa bersalah. "Bos, saya akan berjaga di sini. Ini sudah malam. Anda kembali istirahat dulu," katanya dengan sikap hormat. Jack menggelengkan kepala, tatapannya tetap terarah pada Pretty. "Tidak perlu! Aku yang akan menjaganya di sini," jawabnya tegas, tanpa sedikit pun keraguan. "Baik, Bos," jawab Luiz sambil melangkah mundur dengan patuh, meninggalkan kamar itu. Jack duduk di tepi ranjang, pandangannya tak lepas dari wajah Pretty yang masih tak sadarkan diri. Sepanjang malam, ia bergulat dengan rasa bersalah yang begitu besar. "Selama hidupku, aku tidak pernah berpikir untuk hidup bersama dengan seorang wanita. Akan tetapi, mulai hari ini aku harus belajar untuk menerimanya di sisiku," batinnya, seolah berjanji pada dirinya sendiri. Keesokan harinya... Jam dinding menunjukkan pukul 07.00 pagi. Jack keluar dari kamar VIP dengan langkah mantap. Wajahnya tampak tegang, menunjukkan bahwa amarahnya belum juga reda sejak kejadian semalam. Di depan pintu kamar, Luiz berdiri dengan tubuh tegap, menjaga seperti biasa. Jack menatap Luiz dengan dingin. "Luiz, kau berjaga di sini. Aku ingin menyelesaikan urusanku dengan orang yang telah meracuniku semalam!" perintah Jack tegas, suaranya penuh determinasi. Luiz segera menunduk dengan hormat, lalu menjawab, "Baik, Bos." Tanpa banyak kata, ia kembali mengambil posisinya, memastikan tidak ada yang mengganggu Pretty di dalam kamar. Setelah setengah jam kemudian... Jack tiba di sebuah klub malam yang ia kunjungi semalam. Ingatan tentang kejadian itu membuat darahnya mendidih. Salah satu temannya, Alex, telah mencampurkan obat per4ngs4ng ke dalam minumannya, sebuah penghinaan yang tidak bisa ia biarkan begitu saja. Dua anggota Jack sudah bersiaga di depan ruangan karaoke tempat Alex berada. Salah satu dari mereka segera melapor, "Bos, orangnya ada di dalam," ujarnya sambil membuka pintu. Tanpa menunggu perintah lebih lanjut, dua anggota Jack masuk lebih dulu. BRUGH! Pukulan demi pukulan mendarat di tubuh Alex, membuat pria itu jatuh terkapar ke lantai. Jeritan kesakitan menggema di ruangan karaoke. "Argghh!" teriak Alex, mencoba melindungi dirinya yang sudah tidak berdaya. Jack melangkah masuk perlahan, tatapannya tajam seperti pisau yang menusuk. Ia berhenti tepat di depan Alex, menatap pria itu yang meringkuk kesakitan. "Jack, ke-kenapa kau melakukan ini padaku?" tanya Alex dengan suara lemah, darah mengalir dari sudut bibirnya. Jack tidak langsung menjawab. Ia menunduk, mengamati Alex yang terlihat seperti pecundang. Suaranya rendah namun penuh amarah. "Kenapa? Kau masih saja berani bertanya kenapa!" Alex menggigil ketakutan. "Jack, apa yang sudah ku lakukan, sehingga kamu begitu marah padaku?" tanyanya lagi, mencoba membela diri meski tubuhnya lemah. Jack mendengus sinis, lalu mengangkat dagunya. "Alex, kita adalah teman lama, dan kau melakukan ini padaku, dan sekarang kau masih berpura-pura tidak berdosa!" bentaknya, suaranya meninggi. Alex menggeleng dengan cepat, wajahnya memucat. "Apa salahku?" gumamnya, matanya memohon belas kasihan. "Kau mencampurkan obat ke dalam minumanku," jawab Jack dingin. "Apa kau merasa kau tidak bersalah?" Alex mencoba bertahan. "Jack, aku hanya ingin membantumu saja dan tidak berniat jahat," katanya lemah, suaranya hampir berbisik. Jack mendekat, mencengkeram kerah baju Alex dengan kasar. Wajahnya hanya beberapa inci dari Alex. "Membantuku dengan cara seperti ini? Apa kau tahu, dengan cara busukmu ini, kau telah melibatkan orang yang tidak berdosa! Apa kau masih merasa kau tidak bersalah!" Jack melayangkan pukulan keras ke wajah Alex. BRUGH! "Aargh!" jeritan Alex menggema, darah segar keluar dari hidungnya. Jack menatapnya dengan penuh penghinaan. "Aku adalah Jack Harrison, dan kau begitu berani mencampur obat ke minumanku!" BRUGH! Pukulan kedua membuat Alex semakin terkapar di lantai. Jack mengalihkan pandangannya ke anak buahnya. Dengan suara dingin, ia memerintah, "Potong jarinya!" Anggotanya segera menjawab, "Baik, Bos," tanpa ragu. Alex yang mendengar perintah itu mulai panik. "Jack, jangan melakukan ini. Aku mohon padamu!" teriaknya putus asa, tubuhnya bergetar ketakutan. Jack menatapnya dingin. "Walau kita adalah teman, kau tetap akan mendapatkan balasannya dariku," katanya, suaranya seperti pedang yang menebas. Alex menangis, air matanya bercucuran. "Aku minta maaf padamu, Jack. Aku bisa mengganti rugi apapun. Asal jangan memotong jariku, aku mohon padamu!" Namun, Jack tidak mendengarkan. Ia berbalik dan meninggalkan ruangan tanpa berkata apa-apa lagi. Di belakangnya, anggota Jack menekan Alex ke meja. Dengan satu gerakan, mereka menancapkan pisau tajam ke meja, tepat di dekat telapak tangannya. "Jangan melakukannya! Aku mohon padamu!" jeritan Alex yang putus asa memenuhi ruangan. Namun, perintah bos mereka lebih penting. Lima jari Alex dipotong sekaligus, meninggalkan pria itu yang menjerit kesakitan. "Arggh!" teriakannya menggema di seluruh ruangan. Setelah selesai, mereka meninggalkan ruangan karaoke, meninggalkan Alex yang menangis pasrah, merasakan kejamnya balasan dari temannya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN