RASA SYUKUR

1058 Kata
*** Setelah 15 menit Meisya mengayuh sepedanya, akhirnya tiba juga ia di depan gerbang sekolah. Ia bergegas turun dari sepeda dan menuntunnya menuju tempat dimana kendaraan para siswa-siswi lainnya terparkir di sebelah barat gedung sekolah. Saat hendak memasuki koridor kelas,terdengar suara seseorang yang tak asing lagi baginya. Benar saja, saat ia menoleh kebelakang ternyata Adel sedang berlari kecil menghampirinya. " Astaga, Mei! Sejak diperkiran tadi aku panggil-panggil kamu lho, emang kamu nggak denger? " Bukannya menjawab namun Mei hanya menggelengkan kepalanya. " Padahal tadi kamu juga lihat aku lho, tumben amat jutek banget sih! " Adel terus mengikuti langkah Mei menuju kelas Mereka. " Astaga!! Mei!! Kamu kenapa diem aja sih? Aku punya salah sama kamu? " tanya Adel lagi penuh selidik. Namun masih tak ada jawaban dari Mei. " Mei, jawab dong. Nggak biasanya kamu diemin aku kek gini. " Bibir Adel pun menyerucut kesal karena tetap tak ada respon dari sahabatnya itu. Mei lantas menghirup nafas dalam-dalam dan membuangnya dengan pelan. Ia pun menoleh ke arah sahabatnya yang sedari bawel karena ucapannya tak ia respon sama sekali. " Aku lemas, Del! " ucap Mei lesu. " Kamu sakit? " tanya Adel sembari menempelkan telapak tangannya di jidat sahabatnya itu. " Enggak! " " Terus kenapa? " " Laper! " sahut Mei tanpa basa basi. " Astagaaa! kamu laper? Belum sarapan? Kenapa nggak bilang dari tadi sih? Yuk kita beli sarapan di kantin. " dengan cepat Adel menarik pergelangan tangan Mei kemudian mengajaknya menuju kantin. " Stop, Del! " tiba-tiba Mei menghentikan langkahnya. " Lha, kenapa lagi? katanya kamu laper. Ya udah Ayoo kita beli sarapan di kantin. " Adel menarik lagi pergelangan tangan Mei, namun Mei mencegahnya. " Tapi aku nggak bawa uang, Del. " jawab Mei terbata-bata menahan buliran bening yang sedari tadi sudah menggenang di pelupuk matanya. " Astaga, Mei. Nggak usah dipikirin. Aku yang ngajak berarti aku yang bayarin. Don't worry. Udah ayo nanti keburu masuk. " " Tapiii.. " " Nggak ada tapi-tapian. Udah ayo buruan! " Sesampainya di depan kantin Adel mengambil 3 biji lontong daun dan 3 lembar mendoan yang masih hangat. Kalian tahu mendoan nggak hayo? Mendoan itu makanan khas daerah Jawa Tengah, yaitu tempe dibalur tepung. Tapi tempenya itu tipis banget, setipis dompet author kali ini, hahaha. Rasanya enak dan gurih. Cocok untuk dimakan bersama dengan lontong daun. Apalagi minumnya ditambah dengan teh manis panas. Mantaappp!! Kembali ke laptop, yuk! Ku sodorkan 3 biji lontong daun dan mendoan itu padanya, Mei pun menerimanya dengan kedua tangan yang bergetar hebat. Melihat kondisi Mei akupun turut prihatin. Tubuhnya sampai bergetar hebat, entah sejak kapan perut ia kosong aku tak tau. Mei menyantap lontong dan mendoan itu dengan buliran bening yang mengalir deras di pipinya. Tanpa sadar, Akupun ikut meneteskan air mata. " Mei, kamu yang kuat ya? Badai pasti berlalu kok. Kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan untuk bilang sama aku, ok? " Adel berusaha menguatkan Mei sembari mengusap pelan lengan sahabatnya. " Makasih ya, Del! " " Iya, sama-sama. Kalau boleh tau, sejak kapan kamu nahan laper kek gini? " " Sejak kemarin pulang sekolah " jawab Mei sembari menundukkan kepalanya. " Ya Allah, Mei! Ya udah buruan dihabisin, 5 menit lagi bel masuk. " sahut Adel sembari melirik jam tangannya. Dengan cepat Adel menghabiskan makanannya. " Ini teh angetnya Mbak Mei " Tiba-tiba Ibu kantin menyodorkan satu gelas teh manis hangat dihadapan ku. Sontak Mei pun kebingungan karena ia merasa tidak memesannya. Namun sepertinya Adel paham akan bahasa tubuh sahabatnya, ia lantas tersenyum simpul. Kemudian memberi kode dengan mengedipkan matanya pada Mei. " Terimakasih ya, Bu. " ucap Mei malu-malu pada Ibu Kantin. " Sama-sama mbak. " Teeett...!!! Teeettt....!!!! Teetttt...!!! Bel tanda masuk pun berbunyi. Dengan segera Mereka meninggalkan kantin dan berlari kecil menuju kelas. Mei dan Adel merupakan teman sebangku. Persahabatan Mereka sudah terjalin sejak Mereka duduk di kelas X Sekolah Menengah Atas. Terhitung sudah tiga tahun Mereka menjalin persahabatan, karena memang sejak kelas X mereka selalu saja satu kelas. Bestie banget lah pokoknya, hahay.. Beberapa menit kemudian Pak Daniel, Guru Bahasa Indonesia yang selalu digadang-gadang oleh para ciwi-ciwi karena ketampanan dan juga statusnya yg masih single. Membuat para siswi lebih bersemangat untuk menerima pelajaran yang diampu oleh Pak Daniel. " Assalamu'alaikum, Selamat pagi anak-anak.. " suara bariton Pak Daniel mampu membuat suasana kelas yang pada awalnya riuh, sedetik kemudian berubah menjadi hening. " Wa'alaikumussalam, Selamat Pagi juga Paak!! " ucap para siswi serempak. " Tugas yang kemarin, harap dikumpulkan di meja Saya! " " Mampuss!! Kenapa aku sampai lupa nggak ngerjain tugas sih. Aduuhhhh..!! " Mei bergumam lirih dan menepuk jidatnya. " Kenapa sih? " tanya Adel bisik-bisik. " Aku lupa nggak ngerjain tugas, Del! " jawabku lirih. " Astagaaa!! Siswi yang terkenal paling rajin dan pintar di sekolah, kok bisa gitu lho sampai nggak ngerjain tugas. " " Namanya juga lupa, Del " " Mei, adel! Apa yang sedang kalian bicarakan?! " Suara bariton Pak Daniel tiba-tiba mengagetkan Mereka berdua yang masih saja saling berbisik. " Emmmm, anu pak, anuuu!! " jawab Adel sambil menggaruk garuk kepala yang tak terasa gatal. "Anu apa?! Kalau bicara yang jelas. Ada apa Mei? " " Hmmmm, maaf, saya lupa nggak ngerjain tugas, Pak. " Mei menangkupkan kedua tangannya dengan canggung. " Siswi yang sejak kelas X selalu menduduki peringkat pertama di kelasnya, hari ini tidak mengerjakan tugas. Apa saya tidak salah dengar?! " " Ma-af pak, saya lupa." ucap Mei lirih. " Saya tidak mau dengar apapun alasan kamu. Kamu tahu sanksinya jika tidak mengerjakan tugas dari saya?! " " Tahu, pak! " " Laksanakan!! " titah Pak Daniel dengan tegas. " Baik, Pak! " Ketika Mei bangkit dari duduknya, salah satu pergelangan tangan Mei dicekal oleh Adel. " Meiiii.. " panggilnya lirih dengan sorot mata tak tega. " Nggak apa-apa, Mei. Kan aku sudah sarapan lontong sama mendoan. " Sahut Mei sambil cengengesan. " Iya, tapi Aku nggak tega aja lihat kamu lari-lari keliling lapangan. 10 kali gilaaaaa! Capek banget tau nggak sih? Mana lapangan sekolah kita kek lapangan bola. " " Aku kuat kok. Kamu tenang aja ya. " " Mei! apa kamu tidak dengar apa yang Saya perintahkan tadi! " suara Pak Daniel sedikit meninggi karena melihat Mei yang tak kunjung keluar kelas dan lari keliling lapangan. " Ba-ik, Pak! " " Laksanakan!! Cepat!! " Mei langsung bergegas meninggalkan kelas dan berlari keliling lapangan. ****

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN