HARAPAN KOSONG

1125 Kata
*** Sejak shubuh Bu Jasmine sudah menyambangi rumah Mbak Sinta. Dia adalah tetangga belakang rumahnya. Bu Jasmine dan Mbak Sinta memang terlihat sudah dekat sejak beberapa tahun terakhir ini. Mbak Sinta dan suaminya juga seringkali berkunjung ke rumah dengan membawa nasi dan berbagai lauk pauk untuk disantap bersama Bu Jasmine, Pak Basir, Evan dan Desta. Sudah seminggu ini Mbak Sinta berjualan nasi dan sayur matang di depan rumahnya. Bu Jasmibe juga turut serta membantu menyiapkan segala keperluan berdagang Mbak Sinta. Selepas shubuh, Bu Jasmibe biasanya membantu Mbak Sinta memotong sayuran dan mengupas bumbu dapur. Pukul setengah 6 pagi warung Mbak Sinta terlihat sudah ramai pembeli. Ya, Meisya bisa melihatnya karena hanya berjarak dua rumah dari halaman belakang rumahnya. Sambil menunggu kepulangan Sang Ibu. Meisya memutuskan untuk mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah. Namun dari kejauhan terdengar suara gedoran pintu dari arah kamar mandi. Hmm, siapa lagi kalau bukan ulah mereka berdua. Kakak Adik tapi seperti Tom and Jerry. Meisya mempercepat langkahnya untuk menghampiri Mereka berdua. Doorr!! Doorr!! Doorrrr!! " Destaa, buruan. Kaka mules aduuhhhh!! " Wajah Evan terlihat sangat gusar dan merah padam menahan sesuatu yang tak terbendung itu. Namun tak terdengar sahutan dari dalam kamar mandi. " Kamu tidur apa mandi sih! astaga Destaa!! Buruan!!" Kali ini Evan menggedor pintu kamar mandi dengan lebih kencang. Beberapa saat kemudian Desta muncul dari balik pintu dengan rambut basah dan handuk yang melilit dipinggangnya. Melihat ekspresi Kakaknya yang sudah tidak tahan itu Desta malah menghalangi langkah kakaknya yang ingin segera masuk ke dalam kamar mandi. " Eeits, salah. Eehh Eehh, lah kok.. " Desta semakin meledek Evan. Namun Evan sama sekali tak menanggapi guyonan Desta, melainkan langsung menubruk bahu adiknya yang sedari tadi menghalangi jalannya. " Awww! Sakit kak! " Desta mengaduh kesakitan. Jedderrr !! Pintu kamar mandi pun ditutup dengan kasar. Meisya dengan malas memutar bola matanya melihat Destaa yang masih mengusap-usap bahunya. " Makanya jangan suka iseng sama kakakmu! Rasain lu! " Meisya menoyor pelan kepala Desta lalu melengos pergi menuju kamar. Beberapa menit kemudian, Meisya menyambar handuk yang tergantung di balik pintu kamarnya. Sekilas ia melirik jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 06.05. Tapi ia belum mendapati tanda-tanda kepulangan Bu Jasmine dari rumah Mbak Sinta. Kok tumben ya Ibu belum pulang juga. Biasanya jam 6 kurang Ibu sudah pulang. Apa mungkin warungnya ramai, jadi Ibu pulangnya agak siangan. Meisya bermonolog dalam hati, mencoba berfikir positif. Lima belas menit sudah berlalu. Meisya, Evan & Desta sudah rapih mengenakan pakaian seragam sekolah masing-masing. Mereka duduk manis diruang makan. Suasana terasa begitu hening. Tak ada obrolan diantara Mereka. Rasa lapar yang begitu dahsyat membuatku Mereka hanya bisa terduduk lemas dan saling pandang satu sama lain, menatap nanar meja kosong yang berada di hadapan mereka. Dari balik tirai pembatas, Meisya juga melihat Sang Ayah yang sedang duduk lesu di ruang tamu. Mungkin Ayah juga sedang menunggu kepulangan Ibu. Beberapa menit kemudian, sosok yang di tunggupun memasuki rumah melewati pintu belakang. Namun Meisya tak mendapati sesuatu apapun ditangan Bu Jasmine. Mereka menunggu kepulangan Bu Jasmine dengan harap-harap cemas. Berharap Sang Ibu pulang dengan membawa nasi berserta lauk pauk, namun harapan itu sirna. Ternyata Bu Jasmine pulang dengan tangan kosong dan wajah yang sangat lesu. " Loh, Ibu nggak bawa apa-apa? " tanya Meisya memberanikan diri pada Bu Jasmine yang sedang berjalan gontai ke arah Kami. Bukannya menjawab, Bu Jasmine malah menghembuskan nafasnya secara kasar dan terduduk lunglai di sebelah Evan. " Nasi sama lauknya mana, Bu?" tanya Desta tanpa basa-basi. Lagi-lagi Bu Jasmine hanya terdiam, hingga bulir bening itupun menetes tanpa permisi. " Bu, Ibu jangan nangis ya. Ibu pulang dengan tangan kosongpun nggak jadi masalah buat Kita. Kita nggak sarapan hari ini pun kita pasti kuat kok. Ya kan Kak Mei, Desta. " Evan mencoba mencairkan suasana sembari menyikut lengan kakak sulung dan juga adiknya " Hhh i-iya. Bener bener. Kita semua kuat kok, Bu. Lihat nih otot Desta!" Desta memamerkan otot lengannya di hadapan Kami dengan ekspresi wajah konyolnya. Melihat tingkah lucu anak bontotnya, membuat wanita yang bergelar sebagai Ibu itu tersenyum manis namun penuh kesedihan. " Maafin Ibu ya, Nak. Ibu sudah menunggu sampai hampir pukul setengah tujuh. Ibu juga sudah selesai bantu-bantu. Tapi Mbak Sinta tak kunjung memberi Ibu apa-apa. Padahal nasi dan juga lauk pauknya masih banyak. Akhirnya Ibu pamit pulang" terang Bu Jasmine sambil terisak. " Ya sudah nggak apa-apa Bu. Kita juga udah sering merepotkan Mbak Sinta. Mungkin Mbak Sinta juga sudah bosan direpotin kita terus. " sungut Meisya kesal. " Kak, nggak boleh su'udzon gitu. Mungkin mbak sinta masih sibuk melayani pembeli jadi nggak sempet kasih apa-apa buat Ibu. Siapa tau bentar lagi Mbak sinta kesini nganterin nasi sama lauk. Ya Kan, Bu? " Lagi-lagi Evan mencoba menenangkan Ibu. " Halah, jangan ngarep Kamu!Pegang nih omongan Kaka. Besok-besok juga mbak sinta nggak akan kasih nasi sama lauk lagi buat ibu. Cari sahabat yang benar-benar tulus itu susah, Bu ! " Meisya berseloroh sembari melirik pada Evan dan juga Bu Jasmine Ibu hanya menghela nafas berat mendengar ucapan anak sulungnya. " Udahlah kak, ngapain jadi debat begini sih. Intinya anak-anak Ibu Jasmine itu kuat. Ayo kita berangkat sekolah. Sudah mepet waktunya lho itu. Semangaattt!! Desta bangkit lalu mencium takzim tangan Bu Jasmine. Disusul dengan Meisya dan juga Evan. Setelah menyalami Bu Jasmine.Mereka menghampirinya Sang Ayah yang masih duduk di ruang tamu. Secara bergantian Mereka juga mencium dengan takzim tangan Pak Basir. " Semangat! Semoga kelak kalian jadi orang sukses!Do'a Ayah yang terbaik untuk kalian semua anak-anak hebat! " Meisya, Evan dan juga Desta sontak menjawab Aamiin secara bersamaan. Rasa lapar yang sedari tadi hampir saja membuat tubuh Meisya kehilangan tenaga, mendadak full power setelah mendengar ucapanku Sang Ayah yang penuh semangat. " Yah, Bu. Mei berangkat sekolah dulu, Assalamu'alaikum.. " ucap Meisya sembari melambaikan tangan pada kedua orang tuanya. " Wa'alaikumussalam, Nak.." jawab Pak Basir dan Bu Jasmine serempak. meisya mengayuh sepeda mini berwarna black and white yang dibelikan oleh Sang Ayah sebagai hadiah ulang tahunnya sejak dua tahun silam. Apa jadinya jika saja dulu Sang Ayah tak memberinya sepeda. Bahkan kendaraan roda dua saja sudah tak punya. Mungkin Meisya bisa menempuh perjalanan selama 20-30 menit lamanya untuk sampai ke sekolah dengan berjalan kaki. Melelahkan sekali pastinya! Beruntungnya Evan dan Desta memiliki sahabat yang mau direpotkan setiap hari. Walaupun Mereka jarang sekali memberinya uang bensin, tapi sahabatnya tak pernah keberatan untuk menjemput Evan dan Desta setiap hari. Semoga persahabatan Mereka tetap akur sampai kelak mereka dewasa nanti. Dengan penuh semangat 45 Meisya menelusuri gang sempit yang masih rimbun dengan pepohonan. Setelah melewati ujung gang. Sepeda yang ia kayuh membelah jalan raya yang sudah ramai dengan lalu lalang kendaraan. Walaupun sejak kemarin siang perutnya belum terisi sebutir nasi dan kawan-kawannya. Tapi Meisya harus tetap semangat menuntut ilmu demi menggapai cita-citanya. *** Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN