Lexis

1942 Kata
Tepat pukul 7.15, Aurel sampai di sekolah nya, sekolah barunya sekolah milik nya sendiri. Sejak pertama datang semua tatapan tertuju padanya dan tentunya itu adalah tatapan jijik. Setelah memarkirkan sepeda butut nya, sejenak Aurel menatap sekeliling nya sembari membetulkan letak kaca matanya. Berjalan menyusuri koridor dengan muka datar dan dingin nya, tak peduli dengan orang-orang di sekitar yang membicarakan nya secara terang-terangan. 'Lah anak baru nya kamsek toh' 'Pupus deh harapan gue buat cuci mata' 'Gue kira cantik plus tajir, nah ini jauh' 'Eeww dandan an nya bikin gue ilfil' "Eh eh jangan deket-deket ntar kita ketularan miskin nya lagi' 'Wah target baru nya Talita cs nih' 'Kok bisa sih si miskin itu sekolah di sekolah elit ini? Heran gue' Dan masih banyak lagi cibiran yang di terima Aurel, tapi Aurel hanya memasang muka tembok nya dan terus berjalan menuju ruangan kepala sekolah. "Permisi" panggil nya pada seorang siswi yang sedang membaca bersama 2 teman nya. Siswi itu mengalihkan pandangannya dari buku yang dia baca ke arah Aurel. "Iya ada yang bisa gue bantu?" ucap nya ramah sambil tersenyum tulus. "Em.. gue anak baru, gue mau nanya ruang kepsek dimana ya?" tanya Aurel dan membalas senyum siswi itu . "Oo, dari sini lo tinggal belok kiri terus lurus, ruang kepsek nya ada di samping tangga lo liat aja tulisan di depan pintu nya." jelas nya melihat kedepan dan menggerakkan tangan kirinya menunjukkan arah jalan yang di jelaskan nya tadi. "Oh oke, thanks ya" ucap Aurel tersenyum. "Iya sama-sama " jawab nya dan teman-temannya balas tersenyum pada Aurel. 'R.Kepala sekolah' Begitulah kira-kira tulisan yang terpampang jelas di depan pintu berwarna coklat tua itu. Sebenarnya Aurel sudah tau dimana letak ruang kepsek nya, tapi apa kata siswa disini kalau anak baru langsung tau ruang kepsek, jadi Aurel pura-pura bertanya pada salah satu murid tadi. Tok tok tok Setelah mendengar perintah masuk dari dalam, perlahan Aurel memutar knop pintu dan membukanya. "Assalamualaikum, Pak" ucap nya sopan. "Waalaikumsalam. Eh kamu anak baru itu ya? Ayo silahkan duduk" sambut nya ramah. "Langsung saja ya, kelas kamu di kelas XI ipa 1, perlu Bapak antar, Nak?" tawar nya setelah memberi tau kelas Aurel. "Oh gak perlu Pak, saya bisa sendiri. Kalau begitu saya permisi" ucap Aurel . "Sebentar, nama kamu siapa? Nama Bapak, Jordan Morty panggil aja Pak Jordan " ucap nya mengulurkan tangannya pada Aurel. "Saya Aurelia Laurenz, panggil saja Aurel atau Lauren senyaman Bapak aja" balas Aurel tersenyum. "Oh yasudah kamu boleh pergi" "Terimakasih dan permisi Pak" "Eh si Aurel jadi sekolah hari ini kan?" tanya Yona pada para sahabatnya. "Jadi kok, tadi katanya udah nyampe mungkin lagi di kepsek" jawab Stefi santai tanpa mengalihkan pandangan nya dari ponsel nya. "Ini udah mau masuk loh, masa dia belum dateng sih" ucap Gina cemas. "Udah sih tenang aja, paling bentar lagi dateng" jawab Letta tenang. "Selamat pagi anak-anak" ucap seorang guru, bu Tuti namanya mengajarkan mata pelajaran Kimia datang membuat kelas menjadi hening. "Pagi Buuuu..." balas semua siswa serentak kecuali 6 orang di pojok belakang sana . "Anak-anak hari ini kita kedapatan teman baru... ayo Nak masuk" ucap nya sembari memerintah kan seorang siswi baru itu untuk masuk. "Ayo perkenalkan diri kamu Nak" ucap guru itu ramah. "Aurelia laurenz, Aurel. Bandung. Thank's" ucap nya singkat datar plus dingin. Satu kelas menganga mendengar cara perkenalan Aurel, terdengar banyak siswa yang berbisik-bisik mengenai hal itu. Ini lah Aurel jika sudah berada di lingkungan yang beda. Tak memperdulikan tatapan serta bisikan mengenai dirinya toh dia sudah memperkenalkan diri nya bukan. "Sudah-sudah jangan ribut. Ada yang ingin kalian tanyakan." tanya bu Tuti pada semuanya. Hening "Baik sepertinya tidak ada yang bertanya . Aurel kamu bisa duduk di kursi kosong belakang meja Kania dan Letta." ucap guru itu menunjuk ada dua kursi kosong tepat nya di paling belakang. "Penampilan lo keren juga, cocok deh jadi gembel" bisik Letta menoleh kebelakang dimana Aurel duduk. "Sialan lo" kesal Aurel mendengar ejekan sahabatnya itu. "Letta sejak kapan papan tulis kamu pindah kebelakang?" teriak bu Tuti dari depan sambil bertolak pinggang sedangkan Letta hanya cengengesan. "Maaf Buk tadi kan saya kenalan sama anak baru." alibinya. "Yasudah lanjutkan nanti saja, sekarang perhatikan saya di depan" tegas bu Tuti pada Letta. "Baik Buk" jawab nya. "Hahaha rasain lo" bisik Aurel dari belakang pada Letta. Sedangkan Letta hanya mendengus kesal mendengar suara kemenangan Aurel. Selanjutnya proses belajar mengajar pun berlangsung. Kring kring kring Bel istirahat berbunyi "Baik anak-anak kita lanjutkan pembahasan nya minggu depan. Kalian boleh istirahat, Assalamualaikum " ucap bu Tuti dan berlalu meninggalkan kelas setelah mendapat jawaban dari murid-muridnya. "Yuk kantin" ucap Rani semangat tak lupa menggandeng lengan Aurel. "Heh itu tangan udah kayak monyet aja gelayutan di tangan Aurel. Lepas gak, lo mau penyamaran Aurel terbongkar?" ketus Stefi memperingati. "Yee santai dong, gue kan lupa" kesal Rani melepaskan tangannya dari Aurel. "Kantin" ucap Aurel singkat berjalan mendahului semua sahabat nya. "Yah malah kita yang di tinggal sama di kunyuk" gerutu Stefi "Udah ayo jalan" perintah Kania sambil berjalan menyusul Aurel yang berada di depan. Sepanjang perjalanan semua siswa memberikan tatapan sinis dan jijik pada Aurel, berbeda dengan para sahabatnya yang di puji oleh siswa disana. Tapi Aurel dkk hanya memasang muka datar nya dan terus berjalan menuju kantin tanpa memperdulikan mereka. 'Ih kok si miskin itu jalan nya sama Kania cs sih?' 'Kania cs pasti di guna-guna tuh' 'Merusak pemandangan tau gak' 'Dasar kuman' 'Gak di ajarin ortunya kali buat sadar sama keadaan' 'Gimana mau sadar diri ortunya aja udah jual diri kayaknya' Ucapan terakhir itu membuat Aurel berhenti. Ralat, tidak Aurel saja tapi para sahabat nya juga otomatis berhenti. Aurel yang berada di depan membalikkan tubuhnya kebelakang berjalan ke arah siswi yang menghinanya tadi. Aurel mengeluarkan auranya, aura mengerikan nya. Tatapan nya yang tajam tak urung membuat siswi itu ketakutan, bukan hanya siswi itu tapi semua murid yang melihat nya. "Ulang" ucap nya singkat datar dan dingin menatap intens tepat di manik mata siswi itu. Hening. Siswi itu tak menjawab, dia gemetar dan menundukkan kepalanya. Aurel yang melihat itu geram, dia meraih dagu siswi itu dan menggerakkan nya ke atas supaya bisa melihatnya. "Bisu?" tanya nya singkat dibalas gelengan oleh siswi itu. "Jangan pernah hina orang tua saya kalau anda tidak mau orang tua anda mati sia-sia" bisik nya pada telinga gadis itu. Aurel memejamkan matanya sejenak dan kembali membukanya dan.... Magic. Bola matanya berubah menjadi merah darah, Aurel kembali menatap bola mata gadis itu, dan dalam hitungan detik gadis itu pingsan. Aurel kembali memejamkan matanya dan warna bola matanya berubah lagi menjadi hitam karna softlens yang dia pakai. Kejadian itu membuat keributan di sepanjang koridor tersebut tapi Aurel dkk acuh dan melanjutkan perjalanan nya menuju kantin. "Huft.. gara-gara tu anak, Lexis hampir aja nguasain tubuh nya Aurel, untung aja Aurel bisa kontrol" gumam Letta yang masih bisa di dengar Stefi. Lexis itu adalah alter ego Aurel. Aurel memang memiliki kepribadian ganda. Lexis akan muncul ketika sudah menyangkut ortunya. Hanya sahabatnya dan keluarganya yang tau kalau Aurel memiliki alter ego. "Kalau aja tadi Aurel gak bisa kontrol, bisa terbongkar penyamaran Aurel. Liat aja gak akan gue bikin tenang hidup tu anak" balas Stefi dengan seringaian nya. 7 laki-laki dengan gaya cool nya berjalan santai di sepanjang koridor menuju kantin. Tampang nya yang bak dewa itu membuat para kaum hawa menjerit melihat nya. Siapa yang tahan dengan wajah tampan mereka? 'Aaaa bebeb Axen cool banget sih' 'Anjir pangeran-pangeran gue pada lewat ' 'Boleh gak sih gue karungin trus gue bawa pulang?' 'Ayang twins gue lewat woiii' 'Fix semuanya punya gue' 'Anjir bedak gue kurang tebel ' 'Lipstik gue mana nih? Siapa yang ambil lipstik gue woii' Dan masih banyak lagi yang rusuh gara-gara lewatnya para most wanted itu. "Eh itu rame-rame ada apaan yak?" tanya Yudis menghentikan langkah mereka melihat kerumunan siswa tak jauh dari katin. "Wah pembagian sembako tuh, yuk ah ikut rebutan kita" ucap Sandy sambil bersiap-siap untuk berlari tapi terhenti karna tarikan di kerah bajunya dari belakang oleh Geral. "Malu-malu in tau gak kek orang susah lo" sinis Geral. "Cabut. Kesana" ucap Axen singkat lalu berjalan menuju kerumunan itu di ikuti sahabatnya. "Dasar es" celetuk Levin "Beku" sambung Kevin. "Eh ini ada apaan ya?" tanya Geral pada satu siswi setibanya mereka disana. Semuanya diam termasuk siswi tersebut, malah menikmati pemandangan yang ada di depannya. Bagaimana tidak diam? Most wanted sekolah kini sedang berdiri tepat di depan nya, dengan wajahnya yang bak dewa itu. Bagaimana keadaan jantung nya saat itu? "Ck. Ditanya malah diem. Jawab dong woi temen gue nanya ini" ucap Yudis agak keras membuat siswi itu tersadar dari lamunannya. "Itu a-ada siswi pi-pingsan kak" jawab nya takut-takut. "Pingsan kenapa?" kali ini Levin yang bertanya. "Gak ada yang tau kak, tadi dia di tatap gitu sama anak baru trus pingsan gitu aja" jelas teman nya yang lain. "Oo ya udah thank's ya" ucap Levin "Yuk kantin" ajak Sandy semangat dan hanya di jawab anggukan kepala oleh para sahabatnya. "Mau pesen apa nih?" tanya Rani setelah sampainya mereka di kantin dan duduk di tengah-tengah yang cukup banyak menampung orang. "Kayak biasanya aja deh samain " jawab Yona . "Kalau Aurel jus strawberry aja" ucap Kania, Stefi, Gina dan Letta bersamaan. Aurel yang sedari tadi fokus pada ponsel nya langsung mengalihkan pandangan nya pada mereka dan terkekeh kecil. Mereka memang mengerti Aurel. "Hahaha iya-iya gue tau juga kali, ya udah yuk Gin, Let temenin gue." ucap Rani langsung menarik tangan Gina dan Letta pergi dari sana. "Kalian baik banget sama Aurel, Aurel beruntung punya kalian" ucap Aurel yang sedang menatap mereka satu persatu. "Aurel itu berlian kita, jadi harus kita jaga" jawab Stefi dan di angguki oleh sahabatnya. "Aurel harus bisa kontrol emosi ya, hampir aja tadi Lexis nguasain tubuh Aurel " ucap Kania tegas sambil mengelus rambut Aurel. "Iya-Iya kakak mah bawel" ucap Aurel cemberut membuat yang lain nya terkekeh karna tingkah lucu Aurel. "Makanan datang..!!!" teriak Rani dan Gina membuat semua pasang mata melihat kearah nya. Untung cantik. "Berisik " ucap Yona pada Gina dan Rani dengan pandangan tajamnya. "Hehe pis Yon" ucap keduanya mengangkat jari tengah dan telunjuknya membentuk huruf V. "Udah lah yuk makan" perintah Stefi langsung mengambil bakso miliknya. Mereka makan dengan tenang karna mereka memang tidak suka ada yang berbicara saat makan terutama Aurel. "Ehkem " suara bass itu menarik perhatian para gadis yang sedang memakan makan siang nya itu. Ralat, tidak semuanya, ada 1 orang yang tidak terpengaruh atas kehadiran para most wanted itu. Ya yang datang itu adalah Axen dkk tapi 1 gadis itu masih tetap fokus pada makanannya. "Boleh kita gabung?" ucap Kevin "Hm" deham Kania mewakili semuanya lalu melanjutkan acara makan nya. Mendapat persetujuan dari Kania, Axen dkk mengambil tempat duduk kosong tepatnya di depan tempat duduk Aurel dkk. (Tempat nya hadap-hadapan gitu lo gengs. Ngerti kan yah) "San Yud, lo berdua yang pesen ya kayak biasa samain aja semuanya" ucap Levin tanpa mengalihkan pandangan nya dari ponsel di tangannya. Sandy dan Yudis segera beranjak dari sana menuju ke stand makanan. "Eh itu temen baru kalian ya?" tanya Geral tiba-tiba pada Gina yang berada tepat di depannya, karna melihat ada satu murid yang terasa asing baginya. "Iya, dia Aurel. Dia emang gitu cuek. " jawab Gina. "Kenalin boleh lah" ucap nya lagi. Gina berhenti sejenak dan menatap kearah Axen dkk yang juga melihatnya. "Dia kalau makan gak suka di ganggu, jadi nanti aja" jawab nya datar dan kembali menyendokkan makanan nya ke dalam mulutnya. Axen dkk hanya ber oh ria dan mengangguk kan kepalanya. "Silahkan tuan-tuan di makan makanan nya" sinis Sandy sambil meletakkan nampan makanan nya di atas meja. Ada apa dengan anak itu? "Iya, makasih ya babu" jawab Twins datar. "Sialan lo" umpat Sandy. Selanjutnya mereka makan dengan tenang dan khusyuk. Sampai tiba-tiba....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN