Dua

1174 Kata
"Baiklah, aku tidak suka berbasa basi. Aku langsung keintinya saja. Aku ingin pergi." Cukup lama hening di antara keduanya. Veroniccha yang menatap Davino sambil tersenyum kecil, dan Davino dengan wajah terkejutnya. Perlahan, Veroniccha dengan berani mengambil tangan Davino kemudian digenggamnya tangan itu di atas pangkuannya. Lucu baginya melihat Davino yang masih belum tersadar dari lamunannya sampai kemudian ia tersentak mendengar kekehan kecil dari perempuan di sampingnya. Sekilas Davino merasa bodoh karena tak dapat mengendalikan dirinya di depan objek yang tadi ia targetkan sebagai tokoh yang akan ia jahati. Apa-apaan dengan keadaan sekarang! Bahkan tangannya kini merasa tenang di dalam genggaman perempuan aneh itu yang sialnya menjadi istrinya. Dengan cepat, ia segera menarik tangannya yang kemudian sia-sia. Veroniccha yang terlihat seperti wanita loyo yang mudah ditindas ternyata mempunyai tenaga yang cukup kuat karena Davino tak dapat mengambil tangannya kembali. "Diamlah sebentar. Aku hanya ingin memegang tanganmu tanda perpisahan kita, " Ujarnya santai dan tetap menggenggam tangannya. "Berapa lama kau pergi?" tanya Davino setelah membiarkan wanita itu menggenggam tangannya. "Aku tidak bisa memberi tahumu." Davino kembali terdiam. Kemudian ia berpikir, mungkin ini memang takdirnya. "Pergi saja, aku tidak peduli denganmu." Sepertinya tanpa perlu menjadi jahat, ia bisa kembali bersama Nina. "Aku tahu." Veroniccha merebahkan kepalanya pada pundak Davino dan kini, pria itu tak bergerak sesentipun. Menegang di tempatnya. Entah karena apa. "Huh, lelah sekali hari ini. Oh iya, kau tidak usah memikirkan keberadaanku dimana nantinya. Aku yang akan menghubungimu. Dan kau boleh kembali pada kekasihmu itu." Bola mata milik Davino kembali melebar. Seberapa tahu perempuan ini tentang dirinya? "Kami tidak berpisah." Mungkin menghadapi Veroniccha tidak perlu ia menjadi tokoh antagonis seperti sinetron ratapan anak tiri. Ia hanya perlu mengimbangi kesantaian perempuan itu. Kalau ia membawa emosinya, yang ada perempuan itu akan tertawa di atas kemenangannya. "Baiklah kalau begitu aku jadi lega. Kau boleh berpacaran di belakangku aku tak masalah. Tapi kau tenang aja aku akan setia padamu." Tanpa persetujuanmu, Nona. AKu bahkan mempunyai segudang rencana untuk menarik Nina tetap di sisiku. "Kira kira berapa lama kau pergi?" tanya Davino. "Sebulan lebih jauh." "Kau gila?! Bagaimana jika ayahmu menanyakan keberadaanmu?" ini jauh lebih gila dari prediksinya. Memang, Veroniccha pergi dari hidupnya adalah tujuannya. Tapi, ada dua keluarga yang harus ia beri penjelasan nantinya. "Kau tenang saja. Ia takkan menyelahkanmu jika aku pergi. Aku pasti akan kembali," jawabnya santai. Ia turun dari ranjang dan meraih sepatu ketsnya kemudaian memakainya. "Kau ingin kemana?" tanya Davino masih emosi. "Austria," jawab Veroniccha. Veroniccha melirik jam di tangannya kemudian segera bangkit. Ia sudah cukup gelisah saat melihat ternyata waktunya tidak lah lama. "Vino, aku harus pegi sekarang. Jaga dirimu baik-baik dan maaf karena telah hadir di kehidupanmu." Veroniccha menarik kopernya, mencium pipi Davino secepat kilat, kemudian beranjak menuju pintu. Davino bahkan terdiam saat pintu kamar tertutup kembali. Menandakan bahwa orang itu sudah pergi dari kamarnya. Bukan, ia bukannya laki-laki pengecut yang membiarkan perempuan keluar Malam-malam seperti ini. Niatnya tadi ia ingin menghentikan Veroniccha dan besok Davino sendiri yang akan mengantarkannya ke bandara. Hanya saja, kecupan singkat tadi yang mendarat di pipinya membuatnya kaku seketika. Davino bukanlah laki-laki polos yang tidak pernah berciuman sebelumnya. Apalagi ia memiliki kekasih. Hanya saja.. Ketika Veroniccha yang melakukan itu, rasanya.. Sedikit berbeda.   *__*   Davino masih temenung di kursinya. Berkas-berkas hari ini tidak banyak menumpuk di mejanya. Tentu saja, seharusnya bahkan hari ini ia tidak masuk kantor karena masih dalam cuti pernikahan. Mengingat pernikahan, ia kembali menggeram. Jika dipikirkan, ia memang menginginkan Veroniccha pergi dari hidupnya. Tapi bukan cara seperti tadi malam. Harga dirinya sebagai seorang laki-laki seperti jatuh begitu saja. Ditinggalkan sang istri yang baru beberapa jam dinikahinya. Tepatnya, di saat malam pertama mereka. Jika orang lain tau, pasti itu akan menjadi berita heboh di dunia. CEO TAMPAN DITINGGAL SANG ISTRI SAAT MALAM PERTAMA. Lucu sekali judul berita itu bukan? Dan sepertinya sangat cocok kalau kisahnya dijadikan ftv. Dalam kisah ini, Davino bukanlah menjadi tokoh antagonis, tapi tokoh yang begitu menyedihkan dan ia tak akan suka itu. Memang sih, dengan Veroniccha pergi ia akan kembali bersama Nina. Mengingat Nina, Davino kembali menggeram. Bahkan perempuan  itu tak mengangkat panggilannya sejak semalam! Dengan kesal, ia kembali mengeluarkan ponselnya. Kali ini ia takkan menghubungi perempuan itu. Nina takkan menjawabnya. Tapi setidaknya, ia akan membaca pesan dari Davino bukan? Davino Karllen Sayang, kau sedang apa? Mengapa tak menjawab panggilanku pagi tadi? Aku merindukanmu :( Sepuluh menit berlalu dan balasan tidak kunjung tiba. Davino hampir saja membanting ponselnya saat niat itu dibatalkan karena Nina ternyata membalasnya. Ramanda Nina Aku tak mungkin merindukan suami orang. Sudahlah kau jangan menggangguku lagi, nanti istrimu marah. Aku tidak ingin menjadi orang ke-3 diantara kalian. Davino Karllen Istriku saja meninggalkanku dimalam setelah kita menikah. Ramanda Nina Bagaimana bisa? Davino Karllen Kita harus bertemu sayang. Aku tidak mau berpisah denganmu. Ramanda Nina Aku tidak mau.   Davino Karllen Kau harus mau. Ini demi hubungan kita. Dan aku tidak mau berpisah denganmu, sayang, Ramanda Nina Kau sudah menikah, Dave. Sadarlah. Davino Karllen Pokoknya kita harus bertemu jam makan siang di café biasa dan kau harus datang sayang. Aku tidak menerima penolakan. Setelah pesan yang terakhir terkirim, Nina hanya membacanya tanpa membalas. Namun Davino mengartikan itu sebagai persetujuan bahwa Nina akan datang menemuinya nanti. *­­__*   "Hay sayang. Kau sudah lama?" Davino menyapa kemudian segera duduk di kursi depan perempuan itu. "Tidak. baru saja." Nina menjawab jutek kemudian asik kembali dengan ponselnya. "Kau sudah memesan makanan?" "Belum." Davino melambaikan tangannya kepada pelayan. Setelah memesan, keduanya masih terdiam dengan Nina pada ponselnya, dan Davino memandang gadis di hadapannya. Davino tahu, Nina yang seperti ini tidak akan mau diajak bicara sebelum ia yang membuka mulutnya. Davino mengalah dengan ikut mengambil ponselnya juga dan melihat email yang masuk. Tidak ada yang berbeda. Rata-rata pesan yang masuk adalah seputar bisnisnya. Lalu matanya membulat saat satu pesan yang menarik matanya.   From : Anne_Veroniccha@mail.com To : Davino.Karllen@mail.com Subjek : Selamat Pagi   Vino, bagaimana harimu? Kau sudah makan siang? Disini sekarang sudah pukul 8 pagi, dan berarti disana sudah siang bukan? Jadi ku harap kau sudah makan. Kau pasti heran aku mengirim email padamu. Itu karna aku tidak memiliki nomor ponselmu. Tapi besok pasti aku mendapatkannya. Oh iya, aku sungguh minta maaf karna sudah meninggalkanmu pada malam setelah kita menikah. Aku tidak punya pilihan lain dan aku berharap kau mau memaklumiku. Kau tahu? Saat ini aku sedang berada di gondola. Menyenangkan sekali rasanya dapat mengelilingi Venice dengan gondola. Seperti yang ada di jurnal ibuku, Venice adalah kota yang tenang. Aku dapat merasakannya sekarang. Kau tahu? Aku tidak suka berlama lama berada di Roma. Entah mengapa aku tidak suka akupun tidak tahu. Jadi setelah sampai di Roma aku langsung menuju Pisa, Florence dan setelah itu Venice. Aku berharap suatu saat kau dapat merasakan Venice sepertiku. Tapi tentu saja tidak denganku. Hehe. Vino, mengenai hubungan kita, aku sungguh masih dalam kegamangan. Ku rasa kau juga sama sepertiku. Kau tenang saja, aku tidak akan mengatur hubunganmu dengan siapapun. Terlebih dengan kekasihmu. Karna aku tahu Nina adalah gadis yang baik. Jadi ku harap hubunganmu dengan Nina juga baik baik saja. Aku rasa aku terlalu banyak cerita padamu. Jaga dirimu baik baik ya ;)  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN