Atlas dan yang lainnya sudah berada di depan rumah usang itu yang sudah ditinggalkan selama tiga tahun lamanya oleh sang pemilik. Banyak debu dan kototoran dedaunan berserakan di teras rumah itu. Dinding kayu yang sudah mulai rapuh seperti menyimpan rahasia tersendiri. Atlas tidak bisa sekuat dulu dan tadi, kini air matanya benar-benar jatuh membasahi ke dua pipinya. Lututnya tiba-tiba saja melemas, dia jatuh bersimpuh air matanya terus mengalir jatuh. “Maafkan Atlas yang terlambat menemukan Nenek di sini,” ucap Atlas, bergumam pada tanah yang kering. Lyra dan Thea diam melihat Atlas sangat rapuh, sementara Drew, dia berjalan kearah sahabatnya untuk menenagkan hatinya. Drew tahu betapa sakitnya Atlas saat ini, ditinggalkan oleh orang-orang yang paling dia sayang. “Kita masuk dulu yuk