Sebelum pulang dari rumah sakit, bisa-bisanya Re berbincang terlebih dahulu dengan dokter Angkasa, mana itu secara intim, secara terang-terangan tertawa dengan dokter itu, membuat hati Kerl panas, belum pernah Re tertawa sebahagia ini saat bersama dirinya. Kerl sibuk membereskan pakaiannya Re, dan Re sibuk tertawa dengan dokter itu, setelah selesai dengan urusannya, Kerl langsung menarik Re secara tiba-tiba bahkan ia tidak berpamitan kepada sang dokter. Re sudah merintih kesakitan, padahal dirinya baru saja dirawat, dan sekarang ditarik dengan sangat paksa, bahkan rintihan Re pun tak dihiraukan oleh Kerl. Benar-benar manusia tak punya hati, istri baru saja selesai dirawat bukannya disayang malah dikasari.
Setelah di mobil, Kerl langsung mengendarai mobilnya dengan kesal, sesekali memukul setir mobilnya. Re langsung protes atas perlakuan suaminya itu. "Eh, Kerl, kalau mau mati jangan ajak-ajak aku, yang santai dong bawa mobilnya, di sini bukan cuma kamu tapi ada aku dan anak kita, jangan pakai emosi bisa enggak?" kesal Re.
Kerl pun langsung memelankan laju mobilnya, ia masih marah dengan perlakuan istrinya dan dokter tadi yang benar-benar tidak memikirkan perasaannya. Jelas Kerl marah, Re ini adalah istrinya. Tidak ada suami yang tidak marah saat sang istri lebih memilih tertawa dengan pria lain. "Kamu paham enggak sih, Re? Aku itu tidak suka kalau kamu tertawa sama dokter Angkasa, jangan kira aku cemburu, aku cuma tidak suka. Tolong hargai aku sebagai suami kamu, kalau mau genit kayak gitu, jangan depan aku, jangan terang-terangan, malu kalau dilihat orang, nanti mereka berpikir kamu itu istri yang tidak benar. Apalagi sekarang status kamu adalah istri dari seorang Ackerley Grissham, kamu paham sama posisi kamu enggak sih?" Kerl berkata seperti itu seolah-olah dirinya benar dan Re yang salah.
Re terkekeh pelan, kemudian ia menoleh ke arah suaminya dengan tatapan kesal. "Ackerley Grissham, aku salah hanya karena aku ngobrol sama dokter yang merawat aku selama aku di rumah sakit? Itu enggak masuk akal, Kerl. Tolong ya itu bukan perselingkuhan, kalau kamu yang selingkuh jangan bawa-bawa orang lain dong. Kamu kira aku enggak tahu, kemarin kamu bilang mau ke kantor ada urusan, padahal nyatanya kamu ke tempat mantan istri kamu, kalau ada orang yang harus marah itu aku, Kerl, bukan kamu, yang nyatanya selingkuh itu kamu bukan aku, kenapa kamu malah menyalahkan aku?!" Re yang selama inu hanya diam saja, akhirnya emosi sudag memuncak dan tidak dapat ditahan lagi, ingin rasanya ia melampiaskan seluruh kekesalannya kepada Kerl.
Kerl yang masih tidak mau mengalah, ia pun langsung menjawab ucapan istrinya. "Aku memang ke tempat Elleana, tetapi itu bukan perselingkuhan, Re, aku tidak pernah berselingkuh dengan siapa pun selama menikah dengan kamu, kalau aku melakukan one night seks, berarti itu murni cuma untuk hubungan intim tanpa melibatkan perselingkuhan atau apa pun itu."
Kerl berbicara seperti itu, seakan Re adalah wanita yang tidak mempunyai perasaan, seakan Re adalah wanita yang oke-oke saja saat suaminya main gila sama wanita lain di luaran sana, tentu tidak, Re tetaplah manusia biasa yang bisa marah saat suaminya melakukan hal yang menjijikan seperti itu di luarana sana. "Kerl, aku ini istri kamu dan kamu dengan tidak beradabnya justru bilang hal itu! Hey, asal kamu tahu mau itu namanya selingkuh atau tidak, yang jelas kamu sudah melakukan hal yang menjijikan, kamu main gila sama wanita lain, apalagi dengan terang-terangan kamu bilang masih mencintai istri kamu. It's okay, aku terima, sekarang aku sadar, untuk apa aku mempertahankan rumah tangga dengan laki-laki yang sama sekali tidak pernah mencintaiku. Aku salah karena telah kekeuh mempertahankan kamu, mempertahankan rumah tangga kita, kalau begitu, setelah anak ini lahir, kita berpisah saja, aku akan pergi dari kehidupan bersama anak kita, biar dengan leluasa kamu main gila dengan perempuan impian kamu, aku sudah tidak peduli lagi, Ackerley Grissham! Lebih baik aku hidup dengan Angkasa, pria yang lebih baik daripada kamu. Paham?"
Kerl langsung menepikan mobilnya dan menatap Re dengan kesal, entah kenapa ia tidak suka saat Re mengatakan perpisahan, dan akan hidup bersama Angkasa dengan anaknya, sumpah demi apa pun, Kerl tidak suka, ia ingin hanya dirinya yang bersama anak mereka. "Tidak ada yang namanya perpisahan di antara kita, Re, tidak akan, aku tidak akan membiarkan hal itu sampai terjadi, kamu selamanya akan tetap jadi istri aku, dan anak kita, kita yang membesarkan sama-sama, kalau pun ada orang yang harus menceraikan duluan itu aku, bukan kamu yang minta pisah. Paham, Renashila Grissham?"
Re bingung dengan Kerl, dia bilang tidak mencintai dirinya, tapi tidak ingin berpisah dengannya, jadi hubungan seperti apa yang mereka jalani sekarang? Perasaan seperti apa yang Kerl punya untuk Re? Lagi-lagi Re hanya bisa menerka-nerka tanpa tahu jawaban pastinya. "Egois kamu, Kerl, kamu tidak ingin aku yang minta pisah, tapi kamu yang harus menceraikan. Kerl, kalau kamu tidak mau adanya perpisahan sama rumah tangga kita. Berhenti main gila sama perempuan lain, apalagi itu mantan istri kamu, kalau kamu lebih memilih mereka ya silakan, tapi tinggalkan aku, aku enggak bisa hidup dengan pria yang sama sekali tidak bisa menghargaiku sebagai wanita, kamu itu terlalu berengsek dan tidak beradab untuk menjadi suamiku. Lebih baik aku hidup bersama Angkasa daripada kamu yang sama sekali tidak bisa memperlakukanku sebagai istri."
Re pun langsung menceritakan tentang obrolannya bersama Angkasa kemarin, mereka terlalu akrab hanya untuk jadi dokter dan pasien.
Kerl langsung memukul setir mobilnya, saat mendengar cerita dari istrinya, tidak ada seorang suami yang baik-baik saja mengetahui hal itu.
"Angkasa sialan, ingat, Re, kamu jangan pernah berhubungan lagi dengan dokter Angkasa itu. Paham?" ujar Kerl dengan perasaan kesal.
Re menaikkan sebelah alisnya. "Are you jealous?"
Kerl tidak menjawab, ia langsung meraih bibir Re dan memainkan lidahnya di sana setelah Re memberikan akses, ciuman itu semakin intens dan menggairkan, keduanya sama-sama terbuai atas permainaan itu, gigitan Kerl turun ke leher, hingga menimbulkan erangan-erangana yang membuat suasana yang semakin panas. "I want you," ujar Kerl, seraya mengatur napasnya dan menyeka bibir istrinya yang basah.
Re terkekeh pelan. "Oh jadi abis tengkar kalau minta itu?"
"Itu obat tahu, biar enggak stres, lagian kita udah lama enggak main," ujar Kerl sambil mengingat-ingat kapan terakhir kali mereka main.
Re mendesah kesal. "Lagian sering main sama mantan istri, mana ingat main sama istri," balas Re telak.
"Jadi boleh enggak, Sayang?"
Re langsung memukul bahu suaminya pelan. "Dasar, gilira ada maunya, baru panggil sayang. Boleh kok, tapi pas di rumah. Dosa aku kalau nolak keinginan suami, walaupun suamiku tidak mencintaiku."
"Oke. Let's go."
Kerl langsung melajukan mobilnya ke rumah dengan perasaan senang dan tentu dengan suasana yang lebih baik dari sebelumnya.
Dasar manusia labil, kita lihat sampai mana kamu bisa bersikap manis ke aku.
***
Setelah sampai di rumah, tanpa aba-aba, Kerl langsung menggendong istrinya ala bridal style dari mobil sampai ke kamar, ia tidak sabar untuk menelanjangi istrinya. "Kerl, aku mandi dulu ya, biar enak, ini dah lengket banget."
Kerl pun langsung menggendong istrinya sampai kamar mandi. "Oke mandi bareng."
"Yah ini kelarnya bakal lama kalau mandi bareng," ujar Re. "Aku mandi sendiri saja ya."
Kerl menggeleng, ia pun langsung menutup pintu kamar mandi. "Kita kan belum pernah mandi bareng, ingat tidak boleh nolak suami nanti dosa."
"Hm, ya sudah deh, lepasin pakaian aku, malaa buka sendiri."
Dengan senang hati Kerl pun langsung membuka pakaian istrinya dan dengan iseng seraya meraba-raba tubuh istrinya. Kerl pun berbisik kepada istrinya. "Apa pun masalahnya kita selesaikan di atas ranjang, maka semua masalah akan kelar."
Kerl pun langsung melepaskan pakaiannya dan ia langsung menarik istrinya di bawah guyuran shower, ini rasanya sangat menyenangkan bisa melakukan hal ini bersama pasangan halal.
"Kerl, mandi biasa saja ya, nanti saja masalahnya kita selesaikan di atas ranjang," ujar Re, ia berharap, ini mandi yang benar-benar mandi, tanpa ada urusan lain.
Kerl mengangguk. "Oke, beres. Ayo selesaikan mandinya dengan cepat, biar cepat sampai ranjang."
Mereka pun langsung memulai ritual mandi yang benar-benar mandi seperti permintaan Re.
***