Misunderstood (again and again)

1242 Kata
    “siapa Arthur?”     “maaf Chris, aku sedang terburu-buru. Waktuku tinggal sedikit lagi”     “hei, Giselle. Kamu belum jawab, siapa itu Arthur?!” desaknya.     “dia orang yang paling penting dihidupku. Sudah jangan ikuti aku!” aku sedikit berlari. Arthur memaksaku untuk bertemu pada jam makan siang. Dia memaksaku untuk menemaninya makan siang atau sekedar minum kopi. Sejak dia pulang, hal ini menjadi rutinitasku untuk makan bersama.     “haish! Siapa lagi Arthur?! Kenapa banyak sekali sainganku!” Chris mengacak rambutnya kesal. Beberapa orang melihatnya dengan aneh. Beberapa perempuan menyapanya genit namun Chris tidak mempedulikan mereka. Ia kemudian pergi mencari Kevin yang mungkin masih makan di kantin. ***     “jadi bagaimana kamu bisa tau kalau Giselle menyukai Chris?” tanya Kevin takjub dengan kepekaan Anna pada sahabatnya.     “aku sudah berteman dengannya cukup lama. Dia cukup lambat menyadari perasaannya sendiri. Tapi gerak geriknya berbeda jika dia mulai menyukai seseorang. Bukankah tadi terlihat jelas?” Anna menjelaskan sikap Giselle pada Kevin.     “hmm, tadi kulihat dia mencuri-curi pandang. Bukankah itu hal biasa pada kutu buku?” Anna mendelik marah pada Kevin begitu dia menyebut sahabatnya kutu buku.     “hemm.. maksudku bukan begitu. Tapi, dia memang seperti itu kan?” Kevin berusaha membela dirinya sendiri.     “dia memang terlihat seperti itu untuk menutupi kegelisahannya. Da bukan kutu buku seperti yang orang-orang katakan. Dia tidak suka menjadi bahan pembicaraan dan perhatian orang-orang”     “apa ada alasan dia seperti itu?” Kevin semakin penasaran dengan Giselle.     “dulu banyak sekali lelaki yang ingin mendekatinya, tapi semakin banyak pula perempuan-perempuan yang iri padanya karena dia memang cukup cantik”     “dia korban bully?”     “bisa dibilang begitu. Tapi dia hanya diam saja, tak melapor pada sekolah. Sejak dia masuk kuliah, dia mengubah penampilannya jadi cupu seperti itu..”     “kenapa kamu tidak membelanya Anna? Bukankah kamu temannya?”     “Kevin.. aku membelanya. Tapi kamu tau sikap Giselle, dia tidak ingin memperpanjang masalah. Diam-diam aku melabrak mereka yang mengganggu Giselle...”        Chris tiba-tiba datang dengan mendudukan pantatnya di kursi dengan kasar. Wajahnya berkerut dengan bibir sedikit manyun.     “apa kamu sembelit? Kenapa wajahmu seperti itu?” Kevin heran dengan kedatangan Chris yang seperti itu. Padahal dia tadi pergi dengan baik-baik saja.     “mana Giselle? Dia tidak ikut?” Anna menanyakan keberadaan Giselle pada Chris.     “dia pergi kencan” Chris menjawabnya dengan ketus.     “hah?!” aku dan Kevin kaget mendengar jawabannya. Apa dia salah paham lagi?     “dia pergi kencan dengan lelaki yang bernama ARTHUR!” terlihat jelas kecemburuan Chris dengan memberi penekanan ketika dia menyebut kata Arthur.     “pfft... hahahahaaa..”     “apa yang kamu tertawakan Anna?” tanya Chris dengan rahang mengeras. Rupanya dia merasa tersinggung. Kevin menatapku dengan pandangan tidak mengerti.     “kamu cemburu dengan Arthur?” ucapku sambil menahan tawaku.     “tidak lucu, Anna..” kesalnya padaku.     “Arthur?” tanya Kevin menatapku dan Chris bergantian.     “aku kenal Arthur dengan baik” ucapku setelah berhasil untuk tidak tertawa dengan pernyataan Chris.     “siapa dia?” kali ini mereka bertanya bersamaan.         “dia orang yang paling dekat dan penting untuk Giselle” jawabku pada mereka berdua.     “jadi dia memang punya seseorang?! Seperti apa dia?!” kali ini kali ini Chgris benar-benar tidak bisa menahan marahnya. Dia marah karena bingung dan merasa dipermainkan oleh Giselle.     “apa maksudmu? Arthur adalah lelaki yang tampan dan juga baik hati. Dia selalu memprioritaskan Giselle lebih dari apapun,” Anna mencoba memanas-manasi Chris. “kalau kamu gak percaya padaku, kamu bisa tanya Giselle nanti”     “waaah, ternyata dia seorang primadona. Aku jadi tertarik dengannya..” Kevin berkata dengan sangat jujurnya tanpa menyadari tatapan Chris yang menyalang tajam kearahnya.     “sudah kubilangkan, dia memang punya pesona sendiri” ucapku bangga pada Giselle. “oh, sepertinya kelas akan di mulai 8 menit lagi. Ayo kita segera bersiap. Aku akan menghubungi Giselle dulu” ***     “Kak, aku harus pergi sekarang. Aku ada jadwal kuliah lagi. Barusan Anna telpon” aku berpamitan pada kakakku sebelum pergi.     “cepat sekali, kurasa kita baru lima menit ada disini” protes Arthur karena waktu mereka cepat sekali berlalu.     “jangan berlebihan, kita masih bisa ketemu di rumah” ucapku sebal karena keposesifan kakakku muncul lagi.     “aku hanya kangen adikku..”     “aku pergi dulu. Aku gak mau terlambat” ucapku sambil  berdiri.         “aku akan jemput. Kuliahmu selesai jam 3 kan?”     “oke..” aku memeluk kakakku kemudian pergi menuju kampusku. ***     “apa Giselle terlambat?” Kevin yang duduk di samping Anna menanyakan keberadaan Giselle yang belum tampak batang hidungnya.     “aku sudah menelponnya tadi. Sepertinya dia sedang dijalan” aku membuka ponselkun untuk mengirimi dia sms.     “apa aku boleh tau siapa itu Arthur?” aku melihat kearah belakangku tepat dimana Chris duduk. Chris sedang tertunduk entah memikirkan apa. Aku mencondongkan tubuhku keearah Kevin dan berbisik di telinganya.     “dia itu kakaknya Giselle..”     “serius?” Kevin balas berbisik.     “ya. Tapi jangan beritahu Chris. Biarkan dia kesal sendiri” pintaku pada Kevin.     “ternyata kamu gadis yang nakal juga. Mempermainkan orang seperti itu” aku kembali melirik ke belakang. Takut-takut jika Chris mendengarkan obrolanku. Tapi seperttinya Chris tidak memperhatikan, posisinya masih tetatp seperti semula.     “bukan begitu. Aku hanya ingin tahu seberapa rasa sukanya pada Giselle. Aku gak mau cinta pertama sahabatku berakhir dengan sakit hati”     “tenang saja, aku yang akan menegur Chris jika dia menyakiti Giselle” Kevin begituyakin jika Chris tidak akan menyakiti Giselle.     “lalu janjimu juga harus kau tepati..”     “tenanglah, aku jamin Chris..”     “bukan itu maksudku” aku menyela perkataan Kevin. “yang ku maksud adalah Sebastian..”     “ooh, kak Sebastian. Aku sudah mengajaknya, dia bilang akan datang” begitu kubilang kak Sebastian akan datang, Anna langsung tersenyum sumringah. Aku senang melihat dia tersenyum seperti itu. Rasanya menyejukkan hatiku.     “oh, Giselle!” teriak Anna begitu melihat Giselle yang celingukan mencari tempat duduk. Dia dengan segera menghampiriku.     “kau sudah bertemu Arthur?” tanyaku padanya. Dia masih mencari tempat duduk yang tidak jauh dariku.     “ya. Kevin, apa kau bisa pindah? Aku ingin duduk dekat Anna..”     “tempat dudukmu disini. Disebelahku” ucap Chris tiba-tiba dari belakang. Aku tidak melihat Chris sejak masuk kelas. Kukira dia membolos.     “tapi aku ingin disini..”     “cepatlah duduk” perintahnya. Namun aku hanya berdiri diam. Aku merasa mood Chris sedang tidak baik. Dia sepertinya marah pada sesuatu.     Melihatku diam saja, dia menarik tanganku dan membuatku duduk di sampingnya. Tanpa berkata apa-apa lagi, aku meperbaiki posisi dudukku supaya lebih nyaman. Aku tidak ingin membuatnya lebih marah lagi.     “Giselle, kalau kamu mau kita bisa tukar tempat” tawar Kevin padaku.     “tidak perlu. Tetap di tempatmu Kevin” ucap Chris dingin. Kevin menatapku dengan rasa bersalah dan membisikkan maaf. Aku hanya mengibaskan tanganku, mengatakan bahwa ini bukan salahnya. Kevin kemudian berbalik.     “Apa kamu senang berkencan dengan Arthur”?  Chris bertanya padaku namun pandangannya menatap lurus kedepan.     “hah?”     “apa sekarang kamu jadi tuli?”     “aku gak ngerti maksudmu apa”     “masih aja berpura-pura, kamu hebat sekali”     “Chris, kamu gak perlu sekasar itu pada Giselle” Anna yang sedari tadi mendengar percakapan mereka merasa kesal sendiri. Apa dia tidak bisa bertanya baik-baik. chris tidak menanggapi omelan Anna. Ia masih saja menatap lurus ke depan.     “Gis, lebih baik kamu jelasin padanya yang berpikiran kalau kamu pacaran sama kak Arthur”     “Apa?! Siapa yang pacaran dengannya?!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN