Mince dan Dina terpaku menatap seseorang yang ia kenal betul siapa dia. Mereka menghentikan langkah. Memilih diam dan memperhatikan, dia lah laki-laki yang mengisi hari-hari Dina kemarin. Rasa sesak dan sulit bernafas melihat kebersamaan mereka. Tawa dan pegangan tangan itu bukanlah seperti sedang berteman, malah sebaliknya mereka terlihat sepasang kekasih. Dada kini terasa sakit, lebih tepatnya terluka. Awalnya syaraf bercabang di otak, kini malah terhubung leher dan d**a. Dina menggigit bibir bawah, dia merasakan tangan Mince di bahunya. Dina melirik tatapan Iba sang sahabat, Dina memutar tubuh secara reflek memilih menghindar karena tidak sanggup melihat. Terlebih Igar mencium kening wanita itu dengan senyum bahagia. Air mata seketika jatuh dengan sendirinya, Dina menuruni tangga deng