Bu Barsah

1000 Kata
Setelah Pak Barsah memutuskan untuk memberikan pendidikan pada Rahmat dan Gazi dari rumah, mulai hari itu, sementara menunggu guru untuk mengajar mereka datang, Pak Barsah memberitahu bahwa, Bu Barsah untuk sementara jangan sampai diberi tahu dulu mengenai keluarnya Gazi dan Rahmat dari sekolah, "Nanti, kalo ibu kalian pulang, jangan bilang apa-apa tentang hal ini, ya. Apalagi tentang Gazi yang bertengkar dengan Dodi. Kalian bilang saja bahwa sekolah sedang meliburkan murid-muridnya karena ada rapat guru beberapa hari. Nanti biar Bapak yang akan menjelaskan ke Ibu." Rahmat dan Gazi yang tidak paham kenapa dan karena alasan apa, Bapak melarang mereka bicara ke Bu Barsah. Tapi, demi patuhnya mereka kepada Pak Barsah, maka mereka hanya mengangguk, dan menjawab, "Baik, Pak." Secara serentak. Sekitar pukul sembilan pagi, seorang perempuan, dengan wajah teduh dan penampilan anggun, masuk ke ruang tamu. Tidak berapa lama, Pak Barsah meminta Bu Idar, asisten rumah tangga meteka untuk memanggil Gazi dan Rahmat untuk turun dari kamar mereka menuju ruang tamu. Setelah turun dan sampai di ruang tamu, Pak Barsah memperkenalkan perempuan tersebut ke Gazi dan Rahmat, "Gazi, Rahmat. Ini Bu Intan, guru yang akan mengajar kalian selama sekolah di rumah." Setelah melakukan sesi perkenalan, akhirnya Gazi dan Rahmat memulai pelajaran pertama mereka. Ini adalah hari ketiga Gazi dan Rahmat belajar di rumah dengan Bu Intan. Tidak ada sesuatu yang istimewa sebenarnya, belajar dan mengajar berjalan seperti biasanya. Keadaan mulai kacau dan keributan mulai terjadi ketika Bu Barsah pulang dari liburannya dan mengetahui bahwa Gazi dan Rahmat ada di rumah, alih-alih sedang belajar di sekolah, dan kenyataan bahwa Gazi dan Rahmat sudah tidak sekolah lagi di sekolah umum ini, membuat Bu Barsah bertanya, kenapa pada jam sekolah ini, mereka malah belajar di rumah. Awalnya Gazi dan Rahmat tidak bicara apa-apa atau membuka mulut sama sekali, tapi Bu Idar yang menyampaikan kabar tersebut sebelum Pak Barsah sempat menjelaskan duduk persoalannya. Dan pada akhirnya di tengah-tengah jam pelajaran Gazi dan Rahmat dipanggil oleh Bu Barsah Dan mereka diminta untuk menjelaskan kenapa mereka tidak ada di sekolah malah belajar di rumah, "Gazi dan Rahmat, di antara kalian berdua siapa yang mau menjelaskan atas dasar apa dan apa alasannya kalian tidak belajar di sekolah hari ini dan malah belajar di rumah?" Gazi yang hendak buka mulut, ditahan oleh Rahmat yang akhirnya menjelaskan alasan mereka belajar di rumah, "Gazi dan saya keluar dari sekolah karena perintah Bapak, Bu." Bu Barsah terlihat marah sekali, dia murka, dan setengah berteriak bertanya, "APA ALASANNYA? APA ALASAN KALIAN DIKELUARKAN DARI SEKOLAH?" Pak Barsah yang mendengar keributan di ruang makan, turun, dan mencoba menenangkan Bu Barsah, "Bu, tenang dulu, nanti saya jelaskan. Biarkan anak-anak belajar. Biarkan mereka kembali ke ruang belajarnya." Bu Barsah menggeleng dan bersikeras untuk mengetahui alasannya, "Tidak, tidak ada yang boleh pergi dari tempat ini sebelum saya mendapatkan alasan yang jelas. Belajar itu di sekolah, saya susah payah memasukkan mereka ke sekolah itu, dan kamu se-enaknya malah mengeluarkan mereka, kenapa? JAWAB SAYA, KENAPA?" Pak Barsah yang tidak terima diteriaki seperti itu, balas berteriak dan menjawab pertanyaan Bu Barsah, "KARENA GAZI, ANAK KITA INI, BERTENGKAR DENGAN TEMANNYA. GAZI MEMBELA KITA DARI TEMANNYA YANG NGATAIN DIA ANAK HARAM DAN KITA BERDUA MANDUL! PUAS KAMU?" Gazi dan Rahmat yang mendengar Pak Barsah berteriak, menjengit ketakutan. Setelah mendengar ucapan tersebut, akhirnya Bu Barsah mengalah dan menyuruh mereka berdua untuk kembali belajar, "Kalian berdua, masuk ruang belajar. Ibu mau ngobrol sama Bapak." Gazi dan Rahmat menuruti ucapan Bu Barsah dan kembali ke ruang belajar dan memulai kembali pelajaran mereka dengan Bu Intan. Di meja makan, Pak Barsah menceritakan kronologi dan semua kejadian kemarin secara runut dan terperinci, dia tidak mau ada salah paham antara dirinya dan istrinya, "Anak-anak itu lebih, mereka ternyata se-sayang dan se-cinta itu sama kita. Gazi sampai rela memukul temannya karena dia sangat marah kita diolok-olok oleh temannya. Dan yang harus Ibu tau, kejadian ini rupanya sudah berulang, Rahmat cerita bahwa Gazi sudah beberapa kali dihina dan dikata-katain seperti itu, tapi Gazi memilih diam, dia tidak mau nama baik kita tercoreng karena memiliki anak yang suka berantem dan kemarin adalah puncaknya, Gazi sudah tidak tahan lagi. Dan yang paling bikin saya kecewa, pihak sekolah hanya menyalahkan sebelah pihak saja, hanya Gazi akan diskors dan dianggap bersalah, sementara Dodi, teman yang sekarang ada di rumah sakit, malah tidak ditindak apa-apa, padahal, Gazi jadi marah dan brutal seperti itu, jelas ada penyebabnya. Bukan hanya main pukul dan tidak ada masalah apa-apa. Itulah kenapa aku menarik mereka dari sekolah dan membayar guru untuk datang ke sini, agar Gazi dan Rahmat bisa tetap belajar. Bu Barsah mengangguk, akhirnya emosinya mereda, dia sudah paham dengan apa yang baru saja dijelaskan oleh suaminya, "Baiklah, jika memang itu alasannya. Aku hanya tidak mau Gazi dan Rahmat tidak pergi ke sekolah dan tidak mendapatkan pendidikan apa-apa, sementara kita berjanji untuk menyekolahkan mereka. Aku tidak mau mereka menyia-nyiakan masa mudanya, yang harusnya diisi dengan belajar, malah diisi dengan bermain atau tidak sekolah. Maafkan aku, tidak bertanya dulu ke kamu, malah langsung memarahi mereka berdua. Aku kaget banget, loh, melihat mereka ada di rumah pada jam sekolah. Ya sudah, Mas. Aku ke atas dulu, mau beres-beres." Dan begitulah, Bu Barsah akhirnya bisa menerima alasan yang disampaikan oleh Pak Barsah mengenai kenapa Gazi dan Rahmat belajar dan dipanggilkan guru ke rumah, karena untuk menghindari omongan dan juga perundungan dari teman-teman sekolah mereka atau orang-orang yang ada di sekeliling mereka, tapi tidak mengetahui alasan dan keadaan yang sebenarnya terjadi di rumah itu. Pak Barsah merasa beruntung memilih Gazi dan Rahmat sebagai anak asuh mereka, tanpa diminta, tanpa dipaksa, mereka menunjukkan cinta dan sayang mereka dengan tulus, itulah alasan kenapa Pak Barsah ngotot mengadopsi mereka berdua, dibandingkan dengan anak panti lainnya. Karena sejak pertama kali melihat mereka dan bertemu langsung juga berbincang, di panti asuhan waktu itu, Rahmat dan Gazi, dua anak muda yang unik, karena masing-masing menunjukkan raut wajah yang berbeda dengan anak-anak lain kalau itu. Rahmat yang kalem, tenang bersanding dengan Gazi yang selalu ceria, selalu tertawa, dan terlihat bahagia. Dua sifat yang bertolak belakang tapi justru saling mengisi dan melengkapi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN