“Anne?”
“Ada apa ini? Aku dengar tadi kalian bercerita tentang Sarren, maksudnya?” Anne menghampiri meja kerja tunangannya dan menatapnya penuh dengan rasa penasaran.
“Tidak ada. Kami hanya bercerita asal saja,” jawab Xean.
“Kenapa kamu kemari?” tanya Delano.
“Aku kemari mau menemuimu.”
“Bukankah kita baru bertemu besok?”
“Tadinya aku mau menunggu sampai besok, tapi sepertinya aku sudah tidak tahan,” jawab Anne memeluk sang tunangan. Namun, tidak ada reaksi dari Delano membalas pelukan Anne. “Aku sangat merindukanmu.”
Delano mengangguk. “Tapi kamu datang larut malam begini, buat apa?”
“Aku tadi menghubungi Xean, namun Xean tidak mengangkat teleponku, lalu aku menelpon Sarren, katanya kamu lembur di kantor, jadi aku kemari,” jawab Anne menjelaskan lalu duduk di pangkuan Delano.
“Jangan begini, Anne,” kata Delano.
“Apa aku melakukan kesalahan? Tidak, ‘kan? Aku kan calon istrimu.”
“Tapi aku sedang bekerja, aku tidak suka jika kamu melakukan ini,” kata Delano mencoba menghindarinya.
Xean tak mau mengganggu, ia pun segera pergi meninggalkan pasangan itu, dan memilih melanjutkan tidurnya.
“Sayang, kamu tak merindukanku?” tanya Anne memandang Delano dan bangkit dari pangkuan tunangannya itu. “Padahal aku berharap kamu terkejut.”
Delano tak bereaksi apa pun, dia hanya diam saja dan pura-pura mengerjakan dokumen yang sudah selesai. “Jangan menggangguku, aku sedang bekerja.”
“Kamu bisa kan lanjutkan pekerjaanmu nanti? Ayo kita ke apartemenku,” ajak Anne. “Aku sangat merindukanmu,” ucap Anne.
“Tidak hari ini,” tolak Delano.
“Why?”
Entah mengapa setiap bersama Anne, yang ada dipikiran Delano selalu saja tentang Sarren. Bahkan tadinya Delano akan menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat lalu kembali ke hotel tempat ia dan Sarren tadi bertemu, namun sayangnya sepertinya hal itu tidak mungkin karena saat ini ada Anne yang menunggunya di sini.
“Kamu pulanglah beristirahat,” usir Delano.
“Aku tidak akan pulang jika kamu tidak ikut bersamaku.” Anne merengek.
“Sebentar lagi akan pagi, buat apa aku pulang? Pulang juga hanya akan membuang-buang waktu.” Delano tengah memeriksa kasus yang sedang ia kerjakan melalui monitornya.
“Membuang-buang waktu bagaimana? Aku kan ada, kamu bisa membuang waktumu denganku dan kita tidak tidur sampai pagi,” saran Anne.
“Aku benar-benar banyak pekerjaan, Anne, jadi ada baiknya kamu pulang dan istirahat. Jangan membuatku terus mengulangi perkataanku. Bukankah kamu baru tiba?”
“Iya aku tahu, tapi kan kamu tahu sendiri aku hanya dua hari di LA. Aku akan pergi lagi dan kali ini cukup lama, tidak seperti kemarin hanya 2 minggu. Kali ini mungkin bisa satu sampai dua bulan, jadi aku ingin menghabiskan waktu denganmu selama dua hari sebelum aku pergi.”
“Tapi aku benar-benar sedang banyak pekerjaan. Kamu lihat kan tumpukan dokumen ini? Ini adalah kasus yang harus aku periksa sebelum sidang.”
“Apa kamu selalu menerima kasus sebanyak ini?”
“Mau bagaimana lagi.”
“Aku tahu kamu adalah pengacara hebat dan terkenal, tapi setidaknya kamu bisa meluangkan waktumu untuk calon istrimu ini. Aku juga bela-belain datang kemari larut malam hanya untuk bertemu denganmu.”
“Besok aku akan ke apartemenmu tapi malam ini kamu harus pulang. Beristirahatlah.”
“Aku tidak percaya. Kamu pasti akan berbohong padaku, kamu sudah sering berbohong akan ke apartemenku tapi akhirnya kamu tidak datang sampai aku menunggumu.”
“Kali ini aku pasti akan datang. Jadi pulanglah untuk saat ini dan jangan menggangguku.”
“Tapi kamu janji kan akan datang besok?”
“Iya aku akan datang besok sepulang kerja, jadi untuk hari ini aku minta untuk tidak menggangguku karena banyak sekali kasus yang sedang aku periksa.”
“Baiklah yang penting kamu sudah janji, aku akan pulang,” kata Anne lalu melangkah menghampiri Delano, lalu mengecup bibirnya.
Akhirnya Anne pergi, membuat Delano bisa bernapas lega.
Delano bangkit dari duduknya dan menunduk melihat ke halaman luas firma hukumnya, Anne sudah pergi. Dan, Anne naik ke sebuah mobil dimana ada pria yang duduk di kursi belakang.
Delano juga tahu Anne memiliki hubungan dengan seorang pria dan pria itu adalah sepupu Delano sendiri. Namun, sampai saat ini Anne tidak tahu jika Delano tahu tentang perselingkuhannya bahkan Delano tahu jika Anne pergi ke luar kota bersama Enji.
Sepeninggalan Anne, Delano meraih jasnya dan hendak meninggalkan kantor, Xean tahu gerak-gerik Delano.
“Kamu mau ke mana?” tanya Xean.
“Aku mau ke hotel menemui Sarren.”
“Apa? Bukannya kamu mau ke apartemen Anne?”
“Tidak. Aku mau ke hotel.”
“Astaga pantas saja kamu meminta Anne pergi berkali-kali, ternyata kamu mau mengambil kesempatan ini untuk ke hotel.” Xean menggeleng.
“Memangnya urusannya denganmu apa?”
“Ya sudahlah pergilah cari kesenangan.”
Delano lalu pergi meninggalkan kantor.
***
Sarren bergerak gelisah karena ia merasakan sesuatu di atas perutnya seperti menggelitiknya. Sarren melihat ke arah dinding kaca yang ditutupi tirai berwarna putih ternyata hari sudah pagi. Sarren menoleh dan terkejut ketika melihat Delano ada di sampingnya.
Sejak kapan Delano berbaring dan tidur di sampingnya? Ia pun tidak menyadarinya semalam. Ia baru menyadarinya ketika bangun di pagi hari.
Sarren menurunkan tangan Delano dari atas perutnya lalu meraih ponselnya dan melihat ada 35 panggilan tak terjawab dari suaminya. Sarren terkejut ketika melihat hari telah menunjukkan pukul 11.00 siang, sementara itu Sarren janjian dengan suaminya dipukul 09.00.
Sarren hendak bangkit dari pembaringannya, namun Delano menarik lengannya dan membaringkannya kembali, kali ini Sarren berbaring di atas lengan Delano.
“Kamu mau ke mana?”
“Kamu kan tahu hari ini aku ada janji dengan Jack.”
“Buat apa?”
“Kami mau sarapan bersama.”
“Jangan pergi, tetap disini bersamaku.”
“Tapi—”
“Aku sudah bilang tetap di sini bersamaku. Jangan melawan perkataanku.”
“Tapi kamu harus tahu kalau—”
“Diamlah. Aku ingin dan aku mau kamu tetap di sini dan ini perintah bukan permintaan.”