Ya PakMaaf menggangu Tuan, ini Non Anya melahirkan tadi malam Oh ya nanti saya kirim uang ke Pak Karyo
Laki-laki Tuan bayinya
Iya, saya mau istirahat Pak
Nayaka meletakkan ponsel di dekat kepalanya, tapi sentuhan tangan Nastiti membuat Nayaka tersentak. Ia melihat Nastiti yang meraih ponselnya dan meletakkan di meja kecil dekat tempat tidur.
"Bapak nggak bangun?"
"Masih ngantuk, setelah sholat tadi aku tidur lagi, apa yang sedang kamu kerjakan?"
Nayaka melihat badan Nastiti yang mulai berisi dan semakin bersih. Kulit Nastiti memang putih tapi karena selama hidupnya kurang terawat kecantikannya seolah tertutupi dengan wajah letihnya, tapi sejak berada di apartemen Nayaka kecantikan itu semakin bersinar.
Rambut Nastiti yang masih basah mengingatkan Nayaka akan aktivitas mereka semalam.
"Saya sedang menyiapkan sarapan untuk Bapak." Jawaban Nastiti tak dihiraukan oleh Nayaka, ia tarik lagi wanita itu hingga rebah di atas tubuhnya.
"Kamu cantik Nastiti, seolah orang yang aku rindukan ada di depanku, wanita yang mungkin selamanya tak akan pernah aku lupakan, ia telah mencuri semua hatiku hingga tak menyisakan untuk yang lain."
Dada Nastiti perih seketika, ia memejamkan matanya, jadi ia hanya dijadikan alat saja, saat Nayaka menikmati tubuhnya ternyata wajah wanita lain yang ada di benaknya.
Nastiti semakin memejamkan matanya dan tanpa sadar air matanya telah mengalir deras, penyatuan dan hujaman Nayaka seolah menambah perih jiwa dan raganya. Nayaka bagai kesetanan pagi itu, perih karena gigitan Nayaka juga perih karena setiap desah dan erangan Nayaka selalu saja nama wanita lain yang terdengar di telinga. Hingga puncaknya nama yang diteriakkan pun kembali nama wanita itu.
Nastiti sepenuhnya sadar ia tak boleh berharap lebih, bisa tinggal di tempat mewah, makanan melimpah dan hidup tenang itu sudah lebih dari cukup.
Hingga bulan beberapa kali berganti Nastiti merasakan hal lain ditubuhnya sering merasa letih dan pusing tiba-tiba. Puncaknya saat Nayaka menemukan Nastiti pingsan. Ia segera membawa ke klinik yang ada di area apartemen. Dan alangkah kagetnya Nayaka saat mengetahui dari dokter yang ada di sana bahwa Nastiti hamil, harusnya ia tidak kaget aktivitas yang hampir tiap hari ia lakukan dengan Nastiti memungkinkan Nastiti hamil.
"Kenapa saya ada di sini, Pak?"
Nayaka mengusap rambut Nastiti perlahan, ada rasa iba dalam hati Nayaka juga sedikit sesal karena memanfaatkan tubuh belia Nastiti untuk memuaskan dahaga rindunya pada Lyora.
Tapi tak ada jalan lain, hanya dengan Nastiti ia dapat menuntaskan rindunya pada Lyora yang kini telah semakin jauh darinya.
"Kamu hamil Nastiti, hamil anakku."
Mata Nastiti berkaca-kaca, ia bahagia namun juga sedih. Bahagia karena mau tak mau ada rasa yang tumbuh pada Nayaka tanpa ia sadari. Laki-laki yang sering ia peluk saat kelelahan setelah aktivitas nikmat penuh dosa mereka nikmati. Sering ia pandangi wajah tampannya dan ia susuri tubuh liat Nayaka. Ia tak pernah berpikir bahwa hidupnya akan beruntung namun juga menyedihkan. Tak lama air mata mengalir dari sudut mata Nastiti.
"Tak usah sedih, pasti akan aku nikahi."
Baru saja selesai Nayaka berbicara ponselnya berbunyi. Ia lihat nama ibunya di sana.