10. Dunia Baru

1707 Kata
Hari ini, hari kedua Romi mengikuti Danu ke salon. Setelah menetapkan pilihan, hari ini Danu meminta Romi untuk sementara melihat-lihat dulu bagaimana suasana kerja di salon. Kalau memang keputusan sudah mantap, Danu akan mengajak Romi untuk mengambil kursus kecantikan. Hari kedua Romi di salon, kemajuan mulai terlihat pada diri Romi. Romi mulai melihatkan minatnya. Romi jadi sering bertanya pada karyawan Danu perihal apa saja yang sedang dilakukan karyawannya. Banyak hal-hal baru yang dia temui di salon. “Romi, lo perhatikan aja dulu bagaimana proses kerjanya! Nanti kalau ada apa-apa lo tanya aja langsung sama orangnya. Mereka ( karyawan salon ) baik-baik kok, pasti mau nerangin! Tapi tanyanya, tunggu mereka selesai kerja, jangan pas pegang pasien!” Danu menjelaskan pada Romi. “Siap bos!” Romi mengangkat telapak tangan kanannya ke kepala membentuk hormat. “Ah lo Rom, apaan sih!” Danu tersipu. Meski sudah menjadi bos, Danu memang terlihat sederhana. Danu juga sangat dekat dengan karyawannya. “Memang kamu teh bos! Buktinya karyawan kamu teh banyak. Salonnya juga gede.” Romi memuji Danu. “Biasa aja Rom! Lo juga bisa, yang penting lo telaten! Kalau nanti lo beneran berkecimpung di salon, jangan suka pilih-pilih tamu! Semua tamu sama aja! Jangan dilihat dari penampilan mereka! Belum tentu tamu yang kita lihat biasa itu gak punya duit. Justru kadang tamu-tamu seperti itu banyak duit dan gak sayang kasih tempra.” Danu menasihati Romi. “Baik Bos! Kamu teh bilang apa tadi, ehm... tempra? Tempra teh naon?” Romi mengerutkan kedua alisnya. “Jangan panggil bos, gak enak dengarnya! Oh tempra itu bahasa salon artinya tips, uang bonus dari tamu karena pelayanan kita cukup memuaskan. Bonus uang itu biasanya langsung diberikan tamu pada kita yang sudah memberikan pelayanan. Makanya, nanti kalau elo sudah di salon usahakan berikan pelayanan yang memuaskan buat tamu salon. Biar tempranya gedong. Kita orang salon gak mau munafik ya, kita juga butuh uang tips. Tapi tolong utamakan juga pelayanan yang terbaik!” Danu kembali menasihati. Romi menganggukkan kepala. Romi mencoba memahami apa yang diucapkan sahabatnya barusan. “Lo Ngangguk-ngangguk, ngerti gak?” Danu melanjutkan kembali ucapannya. “Iya, aku teh bakal ingat pesan-pesan kamu!” Romi tersenyum kecil. “Iya udah sana, lo lihat-lihat lagi!” Danu menunjuk ke arah tamu-tamu salon yang sedang dilayani pekerja salon. Romi pun menuruti perintah Danu. Romi melihat bagaimana cara melayani pelanggan dengan benar dan sopan. Romi hanya memperhatikan dari jauh agar tak mengganggu kerja pegawai salon. *** Selain sering memperhatikan, Romi juga banyak bertanya pada Desy, yakni kasir DN Salon. Tugas Desy mengurus uang masuk dan keluar para pelanggan. Selain itu Desy bertugas untuk membagi jatah kerja karyawan berdasarkan urutan kedatangan karyawan salon. Tugas Desy selanjutnya adalah menghitung jumlah pemakaian produk salon setiap harinya. Pekerjaan Desy lebih santai dari pekerjaan lainnya. Hanya waktu-waktu tertentu Desy sibuk, seperti pas tutup buku misalnya. Desy harus menghitung jumlah produk yang keluar selama 1 bulan itu. Desi juga harus menghitung berapa pendapatan salon selama 1 bulan. Kebetulan ini pertengahan bulan. Desy tak begitu sibuk dengan pekerjaannya. Kebetulan juga, pengunjung salon tak begitu ramai. “Teh, Romi teh bisa minta tolong gak?” Tanya Romi pada Desy. “Minta tolong apa? Kalau gua bisa pasti gua bantu!” Jawab Desy. “Teteh sibuk gak? Romi teh pengin tahu nama-nama produk salon apa aja?” Teteh bisa bantu Romi?” Romi ingin tahu. “Bisa. Sini, kita ke gudang sebentar!” Desy meminta Romi ke gudang tempat produk-produk salon disimpan. “Tapi Teh, kasirnya gimana? Nanti kalau ada tamu siapa yang jaga?” Telunjuk tangan kanan Romi menunjuk meja kasir. “Gak papa, udah ayo!” Desy mengajak Romi ke gudang. “Titip kasir sebentar ya, gua mau ke gudang! Kalau ada temong, panggil aja!” Ucap Desy pada teman-temannya yang saat itu tengah duduk santai karena gak ada pengunjung salon. “Iye Bu. Ke gudang? Hari ini di gudang, hotel dong biar level dikit!” Ucap salah satu teman Desy. “Ember! Modal dikit dong!” Yang lain ikut menggoda. “Berisik kalian! Cari yang gretong dong!” Jawab Desy dari dalam gudang. “Gilingan lo, maunya yang gretong aja!” Ucap teman Desy. “Habis endes sih!” Jawab Desy lagi. Semua karyawan salon pun tertawa dengan bercandaan mereka sendiri. Hanya Romi yang terlihat diam. “Lo harus biasa bercanda begini Rom! Mulut orang salon memang begini asal nyablak! Jadi jangan sampai lo ambil hati ya?” Desy menjelaskan pada Danu. “Iya teh gak papa! Pelan-pelan Romi akan belajar!” Ucap Romi pelan. Desy menjelaskan produk-produk apa saja yang biasa digunakan di salon. Dari cream creambath, hair spa, smoothing, dan lain-lain. Desy juga mengenalkan nama alat-alat yang dipakai stylist ( penata rambut ) seperti hair drayer, catok, serta cliper. Satu per satu Romi pun mulai mengenal berbagai alat dan produk yang dipakai di salon. Romi benar-benar sudah tertarik dengan dunia salon. Selain banyak pengalaman baru yang di dapat, di dunia salon orang-orangnya suka membuat tawa. Romi merasa selalu terhibur, karena setiap hari ada saja yang membuatnya tertawa. Secepatnya Romi akan meminta Danu untuk mencarikannya tempat kursus. Romi sudah tak sabar untuk memulai belajar bagaimana menjadi seorang hair stylist. *** Seperti permintaan Romi, Danu akhirnya mencarikan tempat kursus kecantikan untuk Romi. Kebetulan ada tempat kursus yang tak jauh dari salon Danu. Romi pun dengan senang hati menerimanya. Hari ini, hari ketiga Romi mengenal dunia salon. Hari ini pula, Romi akan memulai kursusnya di dunia kecantikan. Romi terlihat bersemangat di hari pertamanya dia belajar. Romi yang memang sudah bertekad untuk memulai hidupnya di dunia kecantikan pun mudah menyesuaikan dengan tempat kursusnya. Hari pertama di sekolah kecantikan, Romi diajari bagaimana cara memegang gunting dan memindahkan posisinya dengan benar. Setelah itu Romi diajari bagaimana caranya membagi rambut sebelum digunting atau istilah salonnya parting. Dan ini khusus untuk rambut perempuan. Dengan cepat Romi bisa memahami semua yang sudah diajarkan di tempat kursusnya. Hari kedua Romi diajari model-model potongan rambut. Baik rambut laki-laki ataupun perempuan. Setelah tahu model-model potongan rambut, Romi diajari cara memotong rambut menggunakan rambut boneka. Hari ketiga, Romi harus sudah berani memegang rambut orang beneran. Tanpa disangka dengan cepat Romi bisa menyerap ilmu yang sudah diberikan di tempat kursusnya. Hari berikutnya Romi belajar styling rambut, pewarnaan, serta pelurusan. Satu per satu, Romi mulai menguasai ilmu yang sudah diberikan di tempat kursusnya. Untuk mempercepat kepandaian mencukur rambut, Romi sering membayar orang untuk jadi model rambutnya. Romi rela mengeluarkan uangnya, yang penting dia bisa cepat lancar dan segera menyelesaikan belajarnya. Satu bulan sudah, Romi belajar dunia kecantikan. Romi pun sudah menguasai semua pelajaran yang sudah diajarkan di tempat kursus. Romi hanya butuh waktu lagi untuk melancarkan semua kemampuan yang sudah dia miliki. Seiring waktu berjalan, kemampuan Romi akan semakin terasah sendiri. Kini enam bulan sudah berlalu. Romi akhirnya telah menyelesaikan kursusnya. Romi pun telah lulus dari pendidikan kecantikan yang dia jalani. Tidak hanya kemampuan dalam rambut, Romi juga mulai mengerti bahasa salon, bahasa yang biasa dipakai sehati-hari dalam salon. Dan hanya orang-orang tertentu saja yang mengerti bahasa ini. *** Sekarang Romi sudah menjadi seorang hair stylist. Meski belum semahir Danu, kemampuan Romi tak perlu diragukan lagi. Danu tak percaya, Romi yang awalnya ragu dengan minatnya di dunia kecantikan, kini keraguan itu telah dibuktikan sendiri. Romi bisa menyelesaikan kursus dengan hasil yang cukup memuaskan. Danu hampir tak percaya, dengan kemajuan Romi yang begitu pesat. Dan kini Romi pun memulai kariernya di DN Salon. Meski terhitung hair stylist baru, kemampuannya tak beda dari orang-orang lama. “Rom, selamat ya gua bangga sama lo! Gua gak kira, kemampuan lo bakal secepat ini. Gak sia-sia gua kenalin lo pada dunia kecantikan. Gua yakin, lo bisa jadi hair stylist yang sukses!” Danu berucap pada Romi yang saat itu tengah duduk santai setelah melayani pasien. “Makasih Danu, aku bisa seperti ini berkat kamu! Tapi ini teh belum seberapa dibanding kemampuan kamu, masih jauh.” Romi merasa kemampuannya masih di bawah Danu. “Gak, lo tu sudah hebat! Jarang stylist baru bisa semahir ini! Dan lo gua acungi jempol!” Danu mengacungkan ibu jari tangan kanannya pada Romi. “Jangan gitu atuh, aku teh biasa aja! Jangan bikin aku teh jadi GR!” Romi tetap merendah. “Gua ngomong apa adanya, Romi! Dan gua harap lo tetap pertahankan ini. Teruslah belajar, dan utamakan kepuasan pelanggan dengan kemampuan tangan kamu!” Tangan kiri Danu menepuk lengan kiri Romi. “Iya, aku teh ingat pesan kamu! Kamu teh terus ingatkan aku, kalau aku salah!” Romi masih butuh bantuan Danu. “Romi, gentes!” Suara panggilan Desy pada Romi. Percakapan Romi dan Danu pun berhenti, karena Romi harus kembali bekerja untuk menggunting rambut. “Siap kasirun!” Jawab Romi cepat. “Aku teh mau gunting dulu!” Romi berpamitan pada Danu. Hari berganti, kemampuan Romi semakin terlihat jelas. Romi pun sudah mulai punya pasien sendiri. Danu pun semakin bangga dengan kemampuan sahabatnya. Danu semakin yakin, Romi bisa berjalan sendiri tanpa bayang-bayang Danu. Salon Danu tidak hanya berada di Jakarta. Tapi di luar daerah bahkan di luar pulau pun ada. Satu cabang akan kembali di buka, yakni di Yogyakarta. Melihat kemampuan Romi yang tak bisa dipandang sebelah mata, Danu berniat untuk meminta Romi memegang cabang di sana. “Romi, ada hal yang ingin gua bicarakan sama lo! Gua harap lo jangan berpikiran macam-macam soal ini! Jujur, gua sebenarnya ingin selalu dekat dengan lo. Lo sahabat gua yang baik!” Danu memulai niatannya. “Iya Danu, ada apa? Kenapa kamu teh ngomong gitu? Jangan bikin jantung aku teh bergetar!” Romi merasakan sesuatu yang akan terjadi. “Begini Romi, kebetulan di Yogya, akan gua buka cabang baru. Dan gua butuh orang kaya lo! Gua harap lo mau memegang cabang di sana! Ini semua gua lakukan demi kebaikan lo! Demi kemajuan kemampuan lo! Dan gua yakin pasti lo bisa!” Danu berat mengucapkan semua ini. Romi terlonjak kaget, dia hampir tak percaya dengan berita yang dia dengar barusan dari Danu. Kenapa, Danu meminta Romi yang harus memegang cabang di Yogya? Apa gak ada orang lain yang lebih pantas? Romi berucap dalam hati. Dengan pindah ke Yogya, Romi akan jauh dari Danu. Apa Romi bisa melakukannya? Dan kalau Romi di Yogya, berarti dia harus jauh dengan sahabatnya, Danu. Orang yang sudah banyak membantu Romi saat ini. Karena Danu Romi bisa seperti saat ini, bangkit dari keterpurukan
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN